-23-

50 6 2
                                    

Sinar mentari pagi mulai menerobos sela-sela tirai ku. Aroma habis hujan tadi malam masih terasa. Aku merapikan tempat tidur dan keluar menuju teras. Pandanganku terhenti saat melihat seorang laki-laki bersepatu sport putih duduk di bangku taman depan rumah. Akan sangat tidak lucu jika itu adalah seorang Kama bukan. Faktanya rumah kami sangat berjauhan. Jaraknya mungkin sekitar 15 kilometer an.

"Lohh! Lo ngapain disini?!" Teriak ku dari teras.

Rupanya itu benar-benar Kama. Aku hampir pingsan dibuatnya.

"Emang kenapa? Nggak boleh?" Jawabnya santai.

"Ya nggak gitu, secara rumah kita jauh Kam. Yang bener aja. Elo kesini naik apa? Sama siapa? Nggak kejauhan?" Tanyaku bertubi-tubi.

"Udah yuk ah lari lari pagi kan enak. Tadi gue udah izin your mother" ucapnya seraya membuatku terkejut bukan main.

"Whatt??!! Demi apa?!"

Suara dari lain arah memanggilku. Dapat dipastikan itu adalah mama.

"Kak! Sini" seru mama dari kejauhan.

"Eh mah kok ada Kam..." ucapku terpotong.

"Sstt... biarin ajalah. Udah sana siap siap tadi Kama udah izin ke mama" urai mama.

"Lah ini tehnya buat siapa?" Tanyaku kebingungan.

"Buat mama sama Kama"

"Aku? Mana?"

"Buat sendiri" singkat mama. "Udah sana huss"

"Anak sendiri diusir" jawabku seraya menuju kamar.

Dari kejauhan aku melihat mama membawakan nampan ber-isi-kan dua cangkir teh. Kama tampak kebingungan melihat mama menemuinya.

"Kam ini diminum tehnya" bujuk mama.

"Eh.. iya te.. em.. repot repot" jawabnya sedikit gugup.

"Enggak kok tante malah suka Kama kesini" kata mama mendefinisi. "Hmm.. udah berapa bulan sama anak tante?"

Kama yang awalnya meminum teh dengan kondisi yang baik baik saja berubah menjadi kondisi mengenaskan. Penyakit batuk yang ia alami satu bulan yang lalu kembali kambuh saat mama menanyakan hal se klimaks itu.

"Em.. ehm... jalan delapan bulan te" katanya sedikit ragu.

"Delapan bulan? Wahh... tante aja sama om cuman pacaran empat bulan, tapi habis itu langsung nikah"

"Wah.. berarti udah saling percaya ya"

"Ya gitu. Kalo Sean gimana ke kamu?" Tanya mama menelisik. "Dia suka nyusahin kamu nggak?"

"Haha... tante bisa aja. Enggak kok te. Kebiasaannya dia kalo nge chat saya trus lama nggak saya buka, dia langsung nge hapus chat nya"

"Masa?? Kalo sama tante udah di interogasi tu anak Kam" ucap mama seraya membuat Kama tertawa.

"Jangan te, kasihan. Ntar Kama jadi sasarannya lagi"

"Nggak bakal lah" kata mama santai.

"Ekhemm....." urai ku di sela sela obrolan mereka.

"Eh udah?" Tanya Kama membual.

"Mama sama Kama ngomong apa aja?" Tanyaku serius.

"Ih kepo" singkat mama.

"Yaelah main rahasia rahasiaan" jawabku mendesah.

"Ya udah yuk lari" ajak Kama mengalihkan pembicaraan.

"Hm" singkatku.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang