Minggu pagi yang cerah tanpa embun ini adalah waktu yang pas untuk bersepeda dengan ayah dan Attala. Seperti biasa, ketika ayah tidak ada dinas ke luar kota, aku, ayah, dan Attala pasti meluangkan waktu untuk sekedar menikmati udara segar ala pedesaan di sekitar komplek yang aku tinggali. Rasa penat setelah pulang dari wisata edukasi kemarin akan hilang dalam sekejap.
Udara yang segar ini memang pas untuk orang yang sedang boring, kecewa, sakit hati, dan putus asa sepertiku. Namun bersyukurnya karena semua itu sudah sirna sekarang. Hanya tinggal fase pemulihan saja.
Dalam kesejukan embun pagi itu, aku tertuju pada sebuah ayunan yang sewajarnya tidak aku naiki. Iya, ukurannya untuk anak seusia paud dan TK. Tapi aku sama sekali tidak menghiraukan hal itu.
Di ayunan itu aku melamunkan sesuatu yang nggak seharusnya aku lamunin.
"Kama"
Argh! Nama itu muncul lagi di benakku. Mengapa disaat yang seperti ini nama itu pasti muncul kembali.
Ayah dan Attala sedang berlarian di sudut taman. Tapi kenapa seperti ada yang membisikkanku nama itu lagi. Siapapun itu dapat dipastikan bahwa sebentar lagi ia akan tewas di tanganku (just kidding).
Kurang lebih sepuluh menit aku melamun, handphone ku berdering.
Kama:
Lo ngomong apa sama Dita?Kenapa tiba tiba Dita? Masalahku dengannya saja belum benar-benar terselesaikan. Ia malah menambah Dita dalam rangka memperkeruh keadaan.
Me:
Dita?
Gue nggak ngomong apa apa sama Dita. Emang kenapa?Kama:
Nggak kenapa-napa cuman dia kemarin chat akuApa mungkin ini ada sangkut pautnya dengan sikap Dita yang tiba tiba aneh setelah mencoba menenangkanku semalam?
Me:
Dia chat apa?Kama:
AdadehPertanyaan terakhir dariku. Ada apa dengan Kama? Mengapa ia lebih friendly sekarang ini? Kata demi kata, akhirnya kami bisa berbicara seperti dulu. Komunikatif. Kalimat demi kalimat membuatku lupa akan suatu hal. Bukankah aku sudah move on? Benar begitu? Tapi tak tau mengapa rasanya berat untuk meninggalkannya.
Seakan akann... Takdir bilang jika dia akan jadi milikku. Tapi yang bener aja. Ah! Khayalan semata yang tak perlu di rekayasa.
Menit demi menit berlalu. Aku ingin sekali mengungkapkan satu hal.
Me:
Lo mau nggak bantu aku?Kama:
Bantu apa?Me:
Bantu move onKama:
Dari siapa?Me:
Lo masa nggak tau sih? Coba inget-inget lagi deh.Kama:
Siapa? Mantanmu?Terkadang Kama ini bisa membuatku setengah gila dengan berbagai atraksinya.
Me:
Eh bukan, ngapain mantan dibawa bawa segala.Kama:
Trus siapa dong?Me:
Udah deh, lupakan
Lagian juga nggak pentingIngin aku untuk menyelesaikan perdebatanku dengan Kama. Karena aku tidak ingin menambah masalah masalah baru yang mungkin akan membuatku lebih hancur. Namun belum genap sepuluh detik, ia kembali mengirim pesan yang membuatku agak yah.. Begitu
Kama:
Mau move on dari gue?
Nanya nihMe:
Iya nggak ya, nggak tau dehKama:
Ngaku aja, iya kan?Me:
Iya dehKama:
Ehm.. Gini aja, kita sering ngobrol.
Cuman jangan sampai keterusan.Hah. Aku mendapat sebuah cara move on dari seseorang yang memang ingin buat aku move on.
Ini yang susah. Gimana caranya? Menurut pengalamanku sebelumnya, aku dan Kama tak pernah seperti itu. Sekali berbicara pasti akan menyebar sampai kemana-mana. Entah itu membahas inilah itulah.
Ketika sudah larut malam, dan aku berada di akhir pembicaraan.
Me:
Makasih udah buat gue ketawaKama:
Iya sama sama.
Gue juga seneng bisa buat lo ketawa.Deg. Yang itu tadi beneran Kama? Raykama Arkananta? Yang bener aja. Mimpi apa aku semalam sehingga seaneh itu ia melakukan sebuah revolusi. Sempat ku tampar wajahku dan rasanya perih. Ini bukan mimpi, ini nyata. Benar-benar nyata untuk sebuah kenyataan. Antara bingung, senang, bahagia dan kacau. Semua bercampur menjadi satu.
Aku tertawa kecil melihat dream cather yang tergantung di jendela kamarku.
Dia terlalu sulit untuk aku lupakan. Mungkin aku nggak akan bisa melupakannya. Sebuah kemustahilan.
Di tempat tidurku aku memejamkan mata dan bergumam,
"Kama itu The One and Only??"
Benarkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...