[Belum direvisi. Masih banyak penggunaan kata yang salah]
Tidak perlu mengungkapkan rasa
Karena kita saling merasa hal yang sama
Tidak perlu berkata cinta
Karena kita saling jatuh cinta
Empat syarat dalam cinta yang begitu sulit, yaitu
mengungkapka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HARIini sekolah masih belum belajar efektif, hanya beberapa pengenalan materi dan pengenalan identitas yang diberikan oleh beberapa guru, seperti di kelas Wulan. Gadis itu sudah menguap beberapa kali mendengarkan kisah pribadi wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan, soboring.
"Wulan" Merasa terpanggil, Wulan menoleh ke samping sembari mengangkat alisnya, "iya?"
Tera mendekatkan wajahnya ke telingga Wulan, membisikan sesuatu, "itu ibuknya baru belajar ngomong ya? ga diem-diem." Tera terkekeh begitu juga Wulan.
Setelah bercakap sebentar, kini mereka berdua kembali hening hingga Wulan memecahkan keheningan tersebut, "Ter"
"Kenapa?"
Wulan menghela napas, "hmm....cowok yang itu, namanya siapa?" tanyanya seraya menunjukan pria yang sedang tertidur dengan menutup wajahnya dengan buku yang berdiri tegak.
Tera menggelengkan kepalanya, "gatau."
Wulan cemberut, menghembus napas pasrah.
"Karin," Wulan memanggil seorang perempuan yang ada duduk di depannya, Wulan sudah mengenal Karin karena waktu kelas 11 gadis itu sekelas dengan Wulan.
Karin menengok ke belakang, "iya?"
Wulan mendekatkan wajahnya ke depan seraya membungkukan tubuh, "cowok yang duduk di sana tu namanya siapa?" tanyanya seraya menunjukan pria yang sama yang tadi ditunjukan untuk Tera.
Karin menatap pria itu dengan tatapan tajam, mencoba mengingat siapa pria tersebut, "lupa....Tapi dulu pas kelas 10, gue pernah sekelas sama dia, tapi gue lupa namanya, maaf." Karin terkekeh.
Wulan mendengus.
Karin kembali menoleh ke belakang sembari berbisik, "kok nanya namanya?Naksir ya?" Wulan spontan kaget, dia hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi salah tingkah.
"Ciee salting." Goda Karin.
Wulan berdecak, "apaan sih." Ujarnya seraya menempuk bahu Karin, gadis itu terkekeh.