Happy Reading..
👑
Bunyi yang dihasilkan jarum detik dari jam dinding yang terpajang di dinding kamar tertangkap oleh telinga Quinzy, ya hanya suara itu yang selalu menemani Quinzy setiap harinya tanpa jeda, seolah menyadarkan dan mengingatkan Quinzy jika ia hanya hidup seorang diri dalam sepi.
Dulu sekali saat keluarga nya masih utuh Quinzy tidak begitu mendengarkan bunyi jarum detik dari jam atau bahkan ia mengabaikan padahal dirumahnya ada banyak sekali jam yang terpajang. Itu karna ada banyak sekali hal-hal menyenangkan yang lebih sering ia dengar, seperti mendengar dongeng yang dibacakan oleh Esseline, nyanyian atau permainan piano Edward atau celotehan dan tawa dari William.
Sekarang Quinzy tersadar, waktu tidak akan pernah bisa terulang kembali seperti jarum jam yang terus berjalan maju memutari waktu dengan konsisten tanpa merasa bosan dan lelah.
Waktu menunjukan hampir pukul 11 malam, disaat para remaja diluar sana tengah menikmati keindahan malam minggu Quinzy menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Sembari berbaring ditempat tidur matanya tidak sedikitpun beralih dari jam dinding yang terpajang di dinding bercat merah muda itu.
Terkadang terbesit dalam pikiran Quinzy, untuk menerima, untuk kembali menjadi Quinzy yang ceria dan melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya namun itu tidaklah mudah, hatinya tetap sakit. 7 tahun masih belum cukup untuk Quinzy menyembuhkan lukanya, ditambah luka yang ia terima selama 6 tahun belakang.
"Hey Quinzy Arabella.. Keluar lo"
Mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Quinzy mengalihkan tatapannya pada pintu kamar yang sudah terbuka lebar. Seseorang yang berada disana membuat Quinzy mengubah posisinya menjadi duduk, siapa lagi jika bukan Clarea? seseorang yang mengetahui password apartemen Quinzy. Ya gadis itu tengah berdiri di ambang pintu memakai rok mini hitam dipadukan dengan atasan crop berwarna senada yang dibalut dengan jaket army berwarna dasar abu-abu.
Quinzy menaikan sebelah alisnya, sembari menatap sahabatnya itu dari atas sampai bawah "apa?"
Clarea melangkahkan kakinya memasuki kamar namun bukan menghampir Quinzy, gadis itu berjalan menuju walk in closet dan memilih-milih pakaian yang Quinzy punya.
"Hey.. What are you doing?" Tanya Quinzy saat dirinya mengikuti Clarea menuju walk in closet.
Clarea menoleh lalu menyentuh bibirnya menggunakan jari telunjuk "Ssssst, ga usah banyak tanya. sekarang lo pake ini dan ini, buruan.." Kata Clarea sembari memberikan hotpants berwarna hitam dan atasan off shoulders bermotif bunga mawar.
"Apaan sih Cla? Ga jelas banget"
"Udah buruan sana ganti, waktu kita ga banyak Quin" Clarea mendorong tubuh Quinzy agar memasuki kamar mandi guna mengganti pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Q U I N Z Y {COMPLETED}
Teen FictionQuin itulah nama panggilan dari seorang gadis bernama Quinzy Arabella Edeline, Quin kecil sangat bahagia karna kehidupannya bak seorang putri, ia cantik ceria pintar dan memiliki segalanya. Quin mempunyai mimpi ia selalu mengatakan jika dewasa nanti...