Happy Reading..
"Jika kegelapan yang menjadi ketakutanmu. Tenang saja, aku akan menjadi cahaya yang menerangi setiap langkahmu"
arthurghawira
👑
Bagi Arthur, untuk saat ini tidak ada yang lebih penting dari sosok Quinzy yang selalu hadir dalam benaknya. Bahkan setelah mendapat kabar dari Arion, Arthur meninggalkan bola basket kesayangannya begitu saja di lapangan basket pribadi yang berada dibelakang rumah.
Dengan sigap Arthur langsung berlari menuju kamar, mengganti pakaiannya lalu mengambil kunci mobil serta dompet yang di taruh di atas nakas.
"Mom, Leo pergi yaaa" Teriak Arthur saat menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa sembari memakai bomber jaket nya.
"Loh loh loh.. Kamu mau kemana? Buru-buru sekali" Alesia yang sedang berada di ruang santai pun menghampiri Arthur yang terlihat berjalan tergesa-gesa.
"Leo mau pergi ketempat teman mom urgent urgent sekarang mommy jangan banyak bertanya dulu karna Leo sedang buru-buru Oke? Leo berangkat dulu I love you mom" Ucap Arthur tanpa titik koma seraya mengecup pipi Alesia lalu setengah berlari menuju pintu utama rumah.
Alesia menatap punggung Arthur yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang saat melewati pintu utama "I love you more nak" Gumam Alesia.
Disaat Alesia akan berbalik tiba-tiba saja suara Arthur membuat wanita paruh baya itu menghentikan pergerakannya dan menatap ke asal suara "mom, si Brownly masih dibelakang bilang sama bibi tolong diamankan kayanya mau hujan Bye mommy".
Setelah mengatakan itu, Arthur kembali menghilang membuat Alesia menggeleng-geleng kan kepalanya sembari terkekeh. Brownly adalah nama bola basket kesayangan milik Arthur, anggap saja karna memang bolanya berwarna coklat untuk itu Arthur menyebutnya Brownly.
👑
Langit sudah berubah warna menjadi mendung kehitaman, menandakan malam akan segera tiba dan Quinzy masih tetap setia meringkukan tubuhnya diatas tempat tidur, sudah seharian ini Quinzy tidak melakukan apa-apa bahkan untuk sekedar mengisi perutnya, gadis itu hanya menutup kedua matanya dibalik selimut tebal yang menggulung tubuh kurusnya.
Bunyi yang dihasilkan oleh jarum detik jam dinding terdengar sangat jelas, suhu badan Quinzy pun masih sama, tidak ada perubahan bahkan gadis itu terkadang mengigil karna merasakan dinginnya udara yang menusuk memaksa masuk kedalam pori-porinya.
Tidak lama kemudian hujan pun turun dengan deras disertai petir dan angin yang membuat Quinzy membuka kedua mata. Quinzy menoleh kearah jendela yang tidak tertutup oleh gorden, bisa ia lihat dengan jelas jika diluar sana hujan sangat deras membuat Quinzy semakin merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Q U I N Z Y {COMPLETED}
Teen FictionQuin itulah nama panggilan dari seorang gadis bernama Quinzy Arabella Edeline, Quin kecil sangat bahagia karna kehidupannya bak seorang putri, ia cantik ceria pintar dan memiliki segalanya. Quin mempunyai mimpi ia selalu mengatakan jika dewasa nanti...