Happy Reading🍁
Ps: Ini partnya sambungan dari part yg kemarin yah😋
*****
Langit mengintip isi kelasnya melalui jendela yang menghadap langsung ke meja guru. Saat dirasanya kelas tersebut kosong tanpa ada sang guru, Langit mengelus dadanya lega.
Namun tak berapa lama kemudian telinga kanan Langit di tarik oleh seorang guru berbadan tambun. Guru tersebut adalah Pak Sidiq, guru mata pelajaran Fisika di kelas Langit -–XI IPA 5.
"Ngintipin apa kamu, hah?"
"Aduh, Pak sakit. Lepas dulu, Pak." lirih Langit.
Pak Sidiq melepas tarikannya pada telinga Langit, membuat Langit mengusap telinganya yang memanas.
"Kamu telat?" tanya Pak Sidiq dengan tangan yang di letakkan di pinggang.
"Ya biasa, Pak." ringis Langit.
"Ngga bisa ya sehari aja ngga telat? Kamu itu sebentar lagi kelas dua belas, Langit!"
"Lah Bapak juga telat, kan?"
"Maksud kamu apa?"
"Lah Bapak, ini kan udah jam ngajar. Tapi Bapak masih di sini aja ngobrol sama saya, artinya Bapak telat." jelas Langit sambil cengengesan.
"Enak aja kamu! Saya ini disiplin tau ngga!"
"Disiplin apaan, Pak? Jujur aja sih, Pak!" desak Langit, membuat guru berbadan tambun tersebut membuka matanya lebar seperti akan keluar.
"Lari keliling lapangan seratus lima puluh kali, dan bersihkan koridor lantai satu dan dua. Sekarang!" teriak Pak Sidiq, membuat Langit mengerjap.
"Saya di suruh lari supaya apa, Pak?"
"Supaya badan kamu semakin atletis!" jawab Pak Sidiq, asal.
"Bapak ikut lari juga ayo!" ajak Langit, membuat Pak Sidiq memicingkan matanya.
"Selain Bapak juga telat. Bapak kan gendut banget tuh, jadi harus banyak olahraga supaya badannya atletis kaya saya." jelas Langit, sambil memainkan alis matanya menjadi naik turun.
"LANGIT ANGKASA!" teriak Pak Sidiq, membuat Langit berlari dan hilang di telan belokan koridor.
Pak Sidiq baru akan membuka pintu ruang kelas XI IPA 5, namun sebuah suara membuat emosinya kembali memuncak.
"Kirain Pak Gendut mau ngejar saya, eh ngga taunya-"
"LANGIT!" bentak Pak Sidiq, membuat Langit tertawa terpingkal-pingkal.
Pak Sidiq memasuki kelas, dan melihat semua muridnya tengah menatap keluar jendela. Menyaksikan seluruh interaksi memacu emosinya antara dirinya dan Langit Angkasa.
"Ngapain kalian?" tegas Pak Sidiq, membuat mereka tunggang langgang kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Saya kira Bapak ikutan lari keliling lapangan bareng sama Langit," ucap Bayu, sambil menahan kekehannya.
"Memangnya kenapa?" sinis guru itu.
"Lah bukannya Bapak mau diet? Nah salah satu cara diet tuh dengan lari keliling lapangan kayak Langit, Pak." jelas Jaylani membuat teman-temannya menahan tawa.
"Diam kalian!" bentak Pak Sidiq.
"Ah Bapak marah-marah terus. Marah ngga bikin kurus, Pak. Bapak harus sering ngikutin Langit supaya perut Bapak isinya roti sobek, bukan lemak bakso." tambah Yusuf, membuat wajah Pak Sidiq memerah menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Teen FictionAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...