Happy Reading😊
Langit tengah menunggu Embun yang masih diperiksa Dokter di dalam sana, sampai seorang gadis datang menghampirinya dengan menggunakan sebuah kursi roda.
"Langit!" panggilnya lirih sambil menyentuh bahu Langit dengan lembut, membuat Langit menoleh dan terkejut melihat keadaan gadisnya yang sangat memprihatinkan.
Wajah yang pucat, tubuh yang ringkih, dan rambut yang mulai menipis.
"Vega? Kamu ngga papa kan?"
Vega tersenyum sambil menggeleng, "Ini kenapa?" tanya Vega sambil menyentuh lebam di sekitar wajah Langit.
Langit menangkap tangan Vega tepat saat tangannya menyentuh bagian luka di bibir Langit. Langit mengecup tangannya lama, membuat Vega tidak bisa lagi menahan tangisnya.
"Aku sayang sama Langit." ucap Vega lirih sambil berusaha merengkuh Langit, membuat Langit berinisiatif untuk mendekatinya dan memeluknya lebih dulu.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Langit disela-sela pelukan mereka. Vega hanya menggeleng dan semakin mengeratkan pelukan mereka.
"Ve, lo ngga boleh lama-lama di luar kayak gini, balik ke kamar yuk?" ajak Moza membuat Vega mengangguk.
"Kamu duluan ya, nanti aku ke sana kalau Embun udah ada yang nemenin."
"Nanti kita tukeran aja, gimana?" saran Moza yang diangguki Langit.
Moza dan Vega meninggalkan Langit bersama dengan dua orang polisi yang mengawalnya. Tak lama Surya datang dengan Raina yang ada di belakangnya.
"Gimana Embun?" tanya Surya panik, membuat Langit tersenyum dan langsung meminta Surya untuk duduk bersamanya.
"Lagi diperiksa Dokter, Pah." jawab Langit berusaha menenangkan.
Seorang Dokter muda keluar dari ruang ICU tempat Embun dirawat.
"Gimana keadaan Embun, Dok?" tanya Surya cepat sambil menghampiri Dokter tersebut.
"Tidak parah, Pak. Hanya butuh istirahat yang cukup dan juga makan yang teratur. Embun sangat kelelahan karena seharian tidak tidur, dan tidak makan. Sebaiknya juga jangan biarkan dia banyak berpikir. Kalau gitu saya permisi, Pak, Bu." jelas Dokter tersebut lalu pamit kepada mereka.
Surya, Raina, dan juga Langit segera memasuki ruang ICU untuk melihat keadaan Embun.
Raina lebih dulu berhambur untuk memeluk putrinya dengan erat. "Kan Mama sudah bilang, buat apa repot-repot membantu seorang kriminal?" ucap Raina kepada Embun yang masih dalam keadaan tidur, membuat Surya yang mendengarnya langsung mencekal tangannya kuat-kuat, dan menariknya keluar dari ruangan tersebut.
"Apa sih, Mas?!"
"Kamu yang apa-apaan?! Ngga seharusnya kamu ngomong kaya gitu di hadapan Langit!"
"Lho, tapi memang benar kan dia itu kriminal?"
"Dia anak kamu Raina! Harusnya kamu menguatkan dia dan bukan membuatnya semakin terpojok!" sentak Surya frustasi.
"Saya malu punya anak seperti dia Mas! Saya malu!" balas Raina dengan sama kesalnya, membuat Surya mengangkat tangannya berniat untuk menampar wajah Raina, namun dihentikan oleh seseorang.
"Jangan sentuh calon istri saya!" tegasnya membuat Surya berdecih sinis.
"Kalian pengkhianat memang pantas bersama!" sindir Surya lalu kembali masuk ke dalam kamar rawat Embun, meninggalkan Raina bersama Dhamia --selingkuhannya.
Surya melihat Langit masih saja memandangi wajah Embun dengan pandangan merasa bersalah. Berkali-kali juga Surya melihat putranya itu mengusap ujung matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Novela JuvenilAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...