Happy Reading🌞
Embun dan Langit tengah berlari menyusuri koridor menuju kelas, di belakang mereka seorang guru BK galak yang sebenarnya sudah malas mengurus mereka tengah mendumel sembari sesekali berlari kecil.
"Embun! Langit!" teriaknya, cukup kencang hingga membuat beberapa murid yang sedang melaksanakan pelajaran olahraga di lapangan jadi menoleh dan tertawa melihat kelakuan The Twins.
Bu Dilah sudah sangat lelah berlari, lagi pula Embun dan Langit memang sangat sulit untuk di atasi. Mereka kurang disiplin, troublemaker, dan hobi membuat guru-guru emosi –salah satunya Bu Dilah.
"Ah terserah kalian aja, lah!" teriak Bu Dilah lagi, kali ini berhasil menghentikan langkah Embun dan Langit yang baru ingin menjajaki tangga menuju lantai atas.
Embun dan Langit bertatapan dengan wajah bingung, mereka sedikit mendekati Bu Dilah yang sedang duduk bersandar di kursi koridor depan kelas sepuluh.
"Kenapa, Bu?" tanya Embun, heran.
"Apanya yang kenapa?" bentak Bu Dilah, membuat Embun mengerjap.
"Iya, Ibu tuh kenapa kok tiba-tiba nyerah gitu? Ah ngga seru nih si Ibu!" lanjut Langit, di angguki oleh Embun.
"Ibu capek ngejar-ngejar kalian, nanti kalian Ibu kasih surat panggilan orangtua aja, ya!"
"Hah?!" jawab mereka, kompak beserta ekspresinya.
"Mangkannya, kalau ngga mau dapat surat panggilan orangtua tuh ya jangan nakal-nakal!" cerca Bu Dilah, lagi.
"Si Ibu! Baru ngejar kita aja capek, apalagi ngejar doi!" sindir Embun, di iringi tawa Langit.
"MASUK KELAS KALIAN! ATAU KALIAN SAYA HUKUM SKORS DAN SURAT PANGGILAN ORANGTUA!" teriak Bu Dilah, bertambah kesal karena di ledek Embun.
"Duh jomblo emang sensian ya Em kalau udah bahas doi, mah!" sindir Langit lagi, membuat wajah Bu Dilah memerah karena marah dan juga malu.
"CEPAT!!" bentaknya lagi, membuat Embun dan Langit berlari sekencang mungkin hingga hilang karena menaiki tangga.
"Tuhan, untung aja modelan mereka cuma satu disini. Kalau ngga bisa mati saya kalau begini terus." keluh Bu Dilah pada diri sendiri, lalu berjalan menuju ruang BK dengan langkah yang lambat.
*****
Sampai di kelas Embun segera menghempaskan bokongnya di kursi, dia telat lima belas menit dan masih belum ada guru. Moza dan Vega juga entah sedang berada di mana.
Embun menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya yang dia letakan di atas meja. Sedikit memejam karena rasa kantuk mulai menyerang.
Brak!
Embun berjengit terkejut dan bersiap memaki siapa saja yang menganggu tidurnya pagi ini, akan tetapi dia urungkan saat dia melihat Bu Melisa selaku guru Matematika sedang menatapnya tajam.
Embun meringis, "Hay, Bu!" sapanya, sambil sesekali menguap.
"Kamu ke sekolah cuma numpang tidur, hah? Emang kamu kira ini apartemen?" bentak Bu Melisa, membuat Embun duduk dengan malas.
"Namanya juga ngantuk ih, Bu!"
"Keluar kamu dari kelas saya!" usir Bu Melisa, membuat Embun menaikkan sebelah alisnya.
"Ibu udah beli kelas ini?"
"Apa maksud kamu?" tanya Bu Melisa, bingung.
"Ck!" Embun berdecak. "Ibu bilang ini kelas ibu, emang kapan ibu beli kelas ini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/147603676-288-k958528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Novela JuvenilAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...