Semacam sulit memaafkan diri sendiri, saat aku tahu kalau gadis periang itu harus diam selama bertahun-tahun.
- Athalla Dhamia -
Happy Reading 😊
Empat tahun sebelumnya …
Keluarga Angkasa sudah sampai di Bandar Udara Internasional Malpensa Milan, setelah menempuh perjalanan jauh yang cukup melelahkan.
Surya sudah meminta anak buahnya untuk segera menjemputnya, dan saat ini Surya juga Langit tengah memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi mobil. Embun yang awalnya tampak kelelehan pun terlihat kembali bersemangat saat melihat seorang anak kecil yang tengah duduk sambil menggenggam erat balon di tangannya.
Entah mendapat dorongan dari mana, Embun memilih berjalan untuk menghampiri anak itu dan tepat saat Embun hampir sampai di dekatnya, balon itu terbang dan jatuh di tengah jalan, membuat Embun berusaha menenangkan anak itu lalu kembali untuk mengambilnya.
Embun berbalik setelah mendapatkan balon tersebut, membuat anak itu tersenyum sumringah. Semua yang melihatnya pun ikut tersenyum bahagia, termasuk keluarga Angkasa. Selangkah, dua langkah, sebuah mobil yang sebenarnya kecepatannya sangat di bawah rata-rata berhasil menabrak tubuh Embun yang tengah menyebrang, bersamaan dengan terdengarnya suara tembakan yang memekakkan telinga seluruh pengunjung yang ada di bandara.
Embun ditembak, dan tertabrak. Dirinya terpental tidak jauh dari tempatnya berdiri. Orangtuanya dengan segera berlari menghampiri tubuh gadis yang sudah bersimbah darah itu, sedangkan Langit langsung menghampiri pria berhoodie hitam yang masih menyodorkan pistolnya tepat ke arah tempat Embun berdiri tadi.
Vickram Rathore. Entah bagaimana ceritanya hingga dia bisa keluar dari penjara dan bisa sampai di Spanyol. Entah bagaimana caranya dia bisa lolos dari banyaknya alat-alat pendeteksi yang ada di bandara. Yang pasti, seorang Vickram Rathore sedang tertawa puas seperti orang gila saat Langit menghajar wajah tampannya.
"Bajingan! Brengsek!" Bentak Langit, sambil terus memberikan pukulan yang bertubi-tubi di wajahnya.
Vickram menarik kerah jaket hangat yang dipakai Langit dan mendekatkan wajah mereka, "Bahkan kalau lo membunuh gue, adik lo yang sok jago itu pasti udah diintrogasi sama para malaikat penjaga kuburan." Desisnya tajam, lalu dia kembali tertawa tidak jelas.
"Shit!" umpat Langit, lalu mengambil pistol yang tadi dipakai Vickram untuk menembak Embun dan di arahkannya kembali pistol itu tepat di kepala pria gila itu.
Semua yang ada di sana berusaha menghentikkan Langit yang secara perlahan sudah menarik pelatuk pistol yang mulutnya sudah berada tepat di tempurung kepala pria gila di hadapannya.
Seorang pria yang diketahui berprofesi sebagai pengacara menghampiri Langit dan membisikkan sesuatu, "Sir, if you kill him, you will also be imprisoned and you will not see your sister again. Because, for whatever reason, every killer must be severely punished."
Berhasil. Ucapan pria pengacara itu berhasil membuat Langit mau memberikan pistolnya kepada pria itu. Sikap Langit mendapat hinaan dari Vickram yang wajahnya sudah memiliki banyak luka berkat Langit.
"Cualquiera, date prisa y atrapa a este loco. Yo mismo seré un abogado para manejar este caso." (Siapapun, cepat tangkap pria gila ini. Saya sendiri yang akan menjadi pengacara untuk menangani kasus ini.) Ucap pria pengacara itu, dan para polisi bandara segera menangkap Vickram.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Teen FictionAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...