Happy Reading 😊
Satu tahun kemudian.
Hari ini adalah malam kelulusan bagi seluruh siswa dan siswi kelas dua belas SMA Pelita Harapan. Semua merayakan kelulusan mereka dengan penuh cinta dan kebahagiaan.
Ada yang menggambil banyak gambar untuk mereka kenang nantinya, ada juga yang memilih menyimpan kenangannya hanya dengan memori kebersamaan.
Lain halnya dengan Athalla yang memilih duduk di gazebo sebuah hotel bintang lima yang disewa dengan harga tinggi oleh seluruh siswa dan siswi yang baru saja lulus itu. Penampilannya juga jauh berbeda, dibandingkan yang lainnya, Athalla hanya memakai kaus oblong berwarna hitam yang dipadukan tuxedo berwarna dark blue, dan jeans berwarna senada.
Athalla hanya duduk diam di gazebo, sambil terus memperhatikan notebook miliknya yang selalu dibawa ke manapun olehnya sejak setahun yang lalu. Kegiatannya selalu sama, menunggu balasan dari ribuan e-mail yang dikirim olehnya kepada gadis yang sejak kecil dicintainya.
Bayu dan Yusuf memilih untuk menghampiri temannya yang selama setahun terlihat sangat menyedihkan.
"Tha, ini malam kelulusan. Have fun dong."
"Tau nih! Galau kelamaan juga ngga baik!" tambah Yusuf sambil terus mengunyah cup cakes yang tadi sempat diambilnya.
Athalla tetap memilih diam sambil memainkan jari jemarinya yang terus mengetikkan pesan yang akan dikirimnya kepada gadis itu. Gadis yang entah mengapa benar-benar menghilang bak ditelan waktu, setelah kepergiannya menuju negara lain yang cukup jauh.
"Tha, woy! Stop it, please!" seru Moza yang tiba-tiba saja datang dan langsung merampas notebook berlogo apel milik Athalla.
Athalla berdecak kesal, "Apaan, sih?"
"Lo yang apa-apan? Jelas-jelas Embun dan keluarganya benar-benar udah tenang di sana, ya jangan diganggu lah."
"Tenang? Apa lo akan tenang Za, kalau sahabat dari kecil lo ngga ada kabar selama setahun terakhir? Apa lo akan tenang?"
Moza terdiam. Ingin membantah, tapi dia takut kalau hal yang dia tutupi selama setahun akan terbongkar. Tidak dibantah pun, Athalla bisa saja semakin menjadi-jadi.
Athalla tetap harus menjalani hidupnya, kan? Dengan atau tanpa adanya Embun Angkasa.
"Lo ngga bisa jawab?"
Moza menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Athalla tajam. "Gue khawatir, pake banget. Dari kecil udah bareng sama dia itu bikin kita terikat, Tha. Tapi gue ngga berlarut, gue meyakinkan diri bahwa Embun baik-baik aja, gue yakin dia baik-baik aja. Karena kalau dia memang ngga baik-baik aja di sana, apa dia ngga akan merasa bersalah saat tau kalau orang-orang yang dia sayangi berhenti menjalani kehidupan dengan normal?" bentakkan demi bentakkan yang dilontarkan Moza membuat suasana yang awalnya meriah menjadi hening seketika.
Sudah bukan rahasia umum lagi kalau selama setahun ini mereka memang sering beradu paham perihal masalah Langit dan Embun yang tak kunjung selesai. Seluruh gema musik dan hentakkan kaki yang tadinya tengah merayakan kemeriahan malam hari ini benar-benar berhenti, dan membuat fokus mereka berubah ke arah sekumpulan sahabat yang sangat terkenal di SMA Pelita Harapan ini.
Moza berjalan maju mendekati Athalla yang tetap duduk di pingiran gazebo, lalu tanpa segan dia langsung melemparkan notebook tersebut ke hadapan Athalla. Moza memilih pergi meninggalkan tempat itu, melupakan kesenangannya atas kelulusannya, dan memilih memupuk kesedihan yang selama setahun terakhir ditanggung olehnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...