14. Jangan Biarkan Dia Sendiri

1.3K 110 0
                                    

Surya dan Raina telah sampai diruangan Dokter Adam.

Menanti Dokter Adam berbicara membuat Surya dan juga Raina berkeringat dingin didalam ruangan yang dipasangkan Ac ini.

Dokter Adam membuka jas kebanggan para Dokter dan meletakkan nya di kursi yang dia duduki.

Dokter Adam berdeham lalu menatap wajah dua orang dihadapan nya "Jadi begini, apa Tuan Surya dan Nyonya Raina baru saja mengatakan hal yang membuat kondisi psikis Embun menurun?"

Surya dan Raina mengerutkan kening. Namun tak ayal Surya mengangguk "Tadi saat Embun sadar kami langsung membicarakan masalah-" ada jeda diantara ucapan nya Surya seperti berat mengucapkan kalimat selanjutnya "-perceraian kami" lalu Surya berdeham untuk menetralkan rasa sesak nya.

Dokter Adam cukup terkejut. Bagaimana bisa kedua orang dihadapan nya membicarakan masalah yang sangat serius kepada anak nya yang jelas-jelas sedang dalam penanganan medis.

Dokter Adam ingin marah. Namun dia merasa dia mempunyai hak untuk itu. Dokter Adam memang sangat tahu masalah yang dihadapi keluarga dihadapannya. Sejak Embun dan Langit masih kecil, Dokter Adam sudah menangani mereka. Menganggap mereka seperti anaknya sendiri. Karena Dokter Adam pun tidak mempunyai anak selama 20 tahun pernikahannya.

"Maaf Tuan Surya" ucapan Dokter Adam mengejutkan Surya dan Raina dari lamunan mereka. Dokter Adam tersenyum lalu menjelaskan "Sejak saat kecelakaan yang dialami Embun beberapa tahun lalu, saya adalah satu-satunya Dokter yang sanggup menanganinya. Saya tahu betapa lemahnya kondisi fisik Embun. Saya selalu meminta Langit untuk memantau keadaan Embun. Jangan buat dia merasa sendiri. Jangan buat dia mengingat kejadian bertahun-tahun lalu" Dokter Adam berdeham untuk menjeda ucapannya.

"Tapi saya juga tahu, anak laki-laki yang saya berikan amanah untuk menjaga adiknya juga memiliki masalah pada mentalnya. Bagaimana tidak? Diumur sekecil mereka, mereka sudah melihat pertengkaran orang tua, mendengar kalimat cacian dari orang dewasa yang seharusnya menjadi panutan bagi mereka. Tapi, saya tahu bahwa Langit lebih bisa mengendalikan diri dibandingkan Embun. Emosi Embun sangat terguncang Tuan, Nyonya. Sebenernya saya cukup senang saat melihat Embun datang diantar oleh kedua orang tuanya. Saya pikir keluarganya telah kembali. Tapi saya salah. Ternyata yang dia alami lebih berat dari beberapa tahun lalu".

Surya dan Raina masih fokus mendengarkan. Sedikit terkejut mendapati kabar bahwa putrinya memiliki gangguan terhadap mentalnya. Kemana saja mereka selama ini? Bukankah sebagai orang tua harusnya mereka lebih tahu? Tapi mengapa Dokter dihadapan mereka jauh lebih mengerti tentang keadaan putra dan putri mereka.

"Mungkin Tuan dan Nyonya berfikir, mengapa saya yang notabenenya hanya orang asing begitu mengetahui keadaan anak Tuan dan Nyonya" Dokter Adam berdiri menghadap taman rumah sakit. Sedikit tersenyum "Saya sudah menikah. Tapi saya tidak diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk sekedar memiliki atau bahkan membesarkan anak. Saat melihat Embun dan Langit datang beberapa tahun lalu saya sangat bahagia. Keceriaan mereka saat itu masih melekat jelas di memori saya. Saya selalu memantau mereka dari jauh. Tapi saya tidak memantau bagaimana keadaan keluarganya" Dokter Adam berbalik. Melihat wajah kedua orang dihadapannya yang sedang menunduk sangat dalam.

"Kalau kalian masih ingin bercerai" Dokter Adam menjeda lalu melangkah mendekati Surya dan Raina. Duduk dihadapan mereka dan berkata "Biar saya yang urus Embun dan juga Langit. Istri saya akan sangat bahagia memiliki putra dan putri angkat seperti mereka"

"Maksud Dokter apa?" Raina menatap nyalang Dokter Adam. "Pembicaraan sepanjang ini hanya karna Dokter ingin meminta anak kami? Seperti kami tidak bisa mengurus mereka saja" Raina berdecih.

"Bukankah kalian memang tidak bisa mengurus mereka?" dan BOOM! Layaknya bom dihadapan mereka. Kata-kata yang diucapkan Dokter Adam menyambar sampai kebagian dalam hati mereka.

"Kami bisa merawat mereka" ucap Surya pelan

"Dengan memisahkan dua darah daging yang selalu bersama hanya demi keegoisan kalian?" Dokter Adam tersenyum senang karena berhasil memancing emosi mereka sebagai orang tua yang harus memikirkan anaknya. Bukan sepasang suami istri yang akan berpisah karena berbeda pemahaman.

"Mereka hanya butuh kalian. Lengkap dengan kebersamaan dan perhatian yang diberikan kalian. Apa itu sulit?" tanya Dokter Adam.

"Lalu kami harus apa Dok?" tanya Raina disela isak tangisnya.

"Hanya diri kalian sendiri lah yang tahu apa yang harus kalian lakukan"

"Kalau begitu kami permisi. Terima kasih Dokter Adam" ucap Surya menggiring Raina keluar dari ruangan tersebut.

Dokter Adam hanya mengangguk lalu tersenyum. Memperhatikan sepasang suami istri yang berjalan berdampingan. Dokter Adam tahu bahwa mereka saling menyayangi. Kesibukan yang membuat mereka berbeda paham. Ini memang tujuan Dokter Adam. Memberikan sedikit pelajaran kepada orang yang beruntung namun tidak pernah bersyukur.

*****

Sesuai janji guys:) sudah ditagih di dm, di wa wkwk. Aku senang kalian suka cerita ku. Tapi jangan lupa vote lah yaaa dududdu.

Jangan lupa juga baca cerita ku yang Moveon Is Moveon yahhh:)

See u soon❤

Bekasi, 31 Juli 2018

The Twins [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang