"Emangnya apa sih keuntungan jadi pengganggu? Kok kalian suka banget gangguin kebahagiaan orang lain? Banyakin dzikir deh, supaya bisa bahagia juga dan ngga perlu ganggu kebahagiaan kita."
- Langit Angkasa -
Happy Reading🌻
Langit sampai di ruang UKS sekitar lima menit kemudian. Langit sedang sibuk mengintip suasana di dalam UKS takut-takut kalau yang berjaga adalah Guru Kesehatan dan bukan anggota PMR.
"Aman kayaknya." gumam Langit lalu mulai melangkah untuk menyentuh handle pintu.
Langit baru akan membuka seluruh pintu, namun sebuah suara menghentikan kegiatannya dan membuat dia seperti sedang mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.
"Ve dengerin aku dulu-"
"Tir, aku ngga mau lagi berurusan sama kamu. Udah sana, nanti keburu Moza datang."
Petir mengusap wajahnya kasar, "Aku nunggu saat ini Ve, saat kamu sendiri dan ngga di temenin monyet-monyet itu-"
"Petir!" tegur Vega, menghentikan ucapan hinaan Petir tentang teman-temannya.
"Mangkannya dengerin aku dulu Ve." mohon Petir lagi, membuat Vega mengangguk mengiyakan.
"Aku masih sayang kamu!"
Seperti petir di siang bolong, kalimat yang baru saja di ucapkan Petir membuat Langit tercengang sekaligus bingung dengan apa yang sedang di dengarnya.
"Kita udah selesai. Sejak lama!" tegas Vega membuat Petir tersenyum miris.
"Harusnya aku ngga pindah ke sekolah ini-"
"Iya harusnya ngga usah, karena aku benci liat kamu terus-terusan sama Langit!"
"Langit pacar ku. Dan dari sejak saat kamu ninggalin aku, aku udah lupain kamu!"
"Aku ngga ninggalin kamu, aku hanya-"
"Hanya bosan menunggu gadis yang sudah kamu buat koma selama hampir setahun?" tebak Vega tepat mengenai sasaran.
"Ve ngga gitu-"
"Langit?!" seruan Moza dari luar UKS terdengar sampai ke dalam UKS dan membuat Petir juga Vega terkejut.
Langit pun sama terkejutnya, tapi dia segera menetralkan wajahnya dan berbalik untuk pergi meninggalkan UKS menuju lapangan untuk melaksanakan hukumannya.
Untuk pertama kalinya, Langit dengan senang hati menjalankan hukuman yang di berikan padany.
"Lah, cabut?" bingung Moza lalu mulai melangkah ke dalam UKS dan menjadi lebih terkejut dari sebelumnya karena ada Petir di sana.
"Ngapain lo, hah?!"
"Gu… gue… nyari obat merah. Iya itu si Vickram luka-luka," gugup Petir, membuat Moza memicing.
Petir yang tidak ingin di tanya-tanya lebih banyak lagi segera berjalan dengan cepat keluar menjauhi UKS. Membuat Moza semakin aneh melihatnya.
"Dia beneran ngambil obat merah, kan?"
"Iya, Za."
"Lo ngga di coel-coel, kan?"
Vega tersenyum tulus dan menggeleng, "Ngga Moza."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins [COMPLETED]
Подростковая литератураAmazed Cover by @widya_may "Buat gue, Embun adalah langit, tempat gue meminta dan selalu diberikan, tempat gue mencari kehangatan dan selalu berakhir dengan kenyamanan. Embun adalah sebagian dari hati gue. Yang nyakitin dia sama dengan nyakitin gue...