24. Licik

995 82 0
                                    

Happy Reading😊

Pukul 19:45 di Markas Thunder.

"Mau gue kasih dongeng dulu sebelum kita taruhan nyawa?" tawar Petir sembari membuang puntung rokoknya yang masih sisa sedikit, dan mendorong Langit menjauh.

"Dongeng ini gue kasih judul Cinta Pertama Vega,"

"Ngga usah kebanyakkan basa-basi!" desis Langit mulai geram.

Petir tertawa meledek karena berhasil memancing emosi orang di hadapannya.

Petir berjalan mendekati tempat Langit berdiri, matanya menerawang seolah-olah mengingat kenangannya dengan Vega terdahulu.

"Dulu… Dulu banget… Iya dulu banget…" Petir mengulur ceritanya, membuat Langit geram dan tanpa basa-basi lagi dengan segera menendang Petir tepat di bagian perutnya, membuat Petir terhuyung beberapa sentimeter ke belakang.

Petir hanya tersenyum remeh melihat Langit yang benar-benar sudah sangat emosi, "Lo segitu pingin tahunya tentang masa lalu gue dan Vega?"

"Kalau lo cuma buang-buang waktu perihal kematian lo, gue akan kasih waktu walau ngga lama. Silahkan!" desis Langit dengan pandang mata yang tajam.

Petir hanya terkekeh lalu duduk di salah satu sofa yang sudah usang yang ada di pojok ruangan itu. Petir duduk sambil menatap Langit dan memantik lagi rokoknya yang baru, diikuti oleh Vickram dan Akbar.

"Gue dan Vega dulu dijodohin, awalnya Vega sedikit bermasalah, tapi lama-lama gue bisa buat Vega jadi berubah pikiran," ucap Petir masih dengan menatap Langit yang sudah lumayan surut emosinya di ujung ruangan sana.

Langit menatap Petir intens, mendengarkan setiap cerita Petir yang terlihat seperti sebuah kebenaran, tapi Langit masih harus hati-hati karena Langit yakin sedikit banyak Petir akan menyelipkan kebohongan-kebohongan di dalam setiap ceritanya.

"Sampai akhirnya, pada suatu hari sang putri kecelakaan, ya ngga sang putri aja sih, tapi gue juga." ujar Petir lagi dengan sesekali menyesap rokoknya, ada perasaan bersalah yang terselip di wajahnya namun dengan segera dia menetralkannya.

"Dia koma, hampir setahun. Awalnya gue setia nungguin dia, tapi saat denger diagnosa dokter dua bulan sebelum dia bangun dari koma, kalau dia punya penyakit dalam yang cukup parah kalau dibiarkan tetap hidup, mana sudi gue nikah sama orang penyakitan. So ya, gue tinggalin lah dia." ucapan Petir sukses menyulut kembali emosi dari dalam diri Langit. Langit sudah bersiap akan menghampiri Petir tapi penjelasan Petir kembali menghentikannya.

"Tadi, gue sengaja nemuin Vega di UKS saat gue tau kalau lo mau kesana. Bikin drama memuakkan perihal gue mau balikkan sama dia padahal sebenarnya gue ngga mau lagi sama cewek kayak dia-"

"Apa maksud lo cewek kayak dia, hah?!" ucap Langit geram memotong perkataan Petir.

Petir terkekeh sambil membuang puntung rokoknya ke sembarang arah, "Iya, cewek kayak dia, yang penyakitan, bego, dan murahan-"

Brak!

Langit menendang sebuah kotak kayu yang ada di hadapannya tepat kearah Petir dan teman-temannya duduk. Petir menunduk menghindari kotak tersebut dan membiarkan kotak tersebut hancur karena terbentur tembok di belakangnya.

"Sabar dong, dongengnya kan belum selesai!" seru Petir sambil bangkit berdiri dengan terus menatap Langit tajam.

"Dia ngga sabar buat ketemu malaikat maut, Tir!" ucap Vickram semakin memanas-manasi suasana.

"Salah!" teriak Langit dengan tangan yang merogoh tas pinggangnya, Langit menemukan belatinya dan dengan segera mengeluarkannya dari dalam tas lalu dilemparkannya tepat kehadapan Petir.

The Twins [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang