Part 15

341 31 4
                                    

Selamat untuk kamu yang berhasil menjawab dan jawabannya benar. Aku tag biar kalian makin sering nebak hehe. DianAfrizal

15. Greget.

"Bahkan elo gak inget. Betapa bahagianya dulu elo sama mereka Cait. Elo gak inget Salsha selalu ngalah sama elo. Dia nyoba buat nerima kenyataan kalo kalian pacaran. Dan Salsha udah buang perasaan dia. Disaat Salsha menemukan cinta yang baru. Cinta yang benar benar tulus. Elo bakal halang halangin mereka. GAK CUKUP ELO RUSAK DIA. GAK CUKUP?" Bentak Amanda.

Dia sangat marah. Emosinya meluap hingga keubun ubun. Tanggannya tak lagi diam. Tangannya meremas kuat tanda kemarahan benar benar menyeliputi matanya.

"Gue gak bakal merasa cukup kalo Salsha slalu diatas gue. Dia gak pantes. GUE YANG PANTES. BUKAN DIA." Teriak Caitlin.

Amarah dan marah yang mereka rasakan bersamaan.

Jelas.

Mereka sama sama tersulut emosi.

"Ego lo masih tinggi. Gue yakin pasti elo disana bertindak kejam kesiapapun. Tatapan lo terpancar. Hanya ada dendam tak ada tatapan kasih sayang dimata lo." Ucap Amanda datar. Benar benar datar. Tanpa ekspresi. Tanpa senyuman. Tanpa tatapan.

"Bukan urusan lo!" Ucap Caitlin acuh.

"Gak seharusnya elo gila karna cinta. Lo cantik. Elo bisa balik lagi sama Karel kalo emang elo bener bener sayang sama dia. Gak semuanya lo pandang dengan dendam. Lo butuh bahagia. Begitupun mereka." Ucap Amanda.

Tapi lebih jelasnya menasehati.

Dia sangat malas berhadapan dengan Caitlin. Gak selamanya. Gak semuanya. Caitlin memang keras kepala.

"Perasaan iri. Tak selamanya baik. Dan gue gak mau elo sampe melakukan tindakan konyol sekalipun. Jangan buat perasaan iri lo jadi dendam. Dendam besar itu gak baik. Gue gak mau kalo elo terjerat polisi apalagi sampe masuk ke jeruji besi hanya karna iri, dendam dan cinta." Ucap Amanda lagi.

Lagi lagi Amanda menasehati catlin. Namun amanda tau jika catlin tak akan mau dengar.

Dia memang marah. Namun rasa sayang tak bisa ia tutup tutupi hanya dengan amarah. Amanda memang menyayanginya.

Mana Caitlin yang Amanda kenal.

"Gak usah so nasehatin gue! Bukannya elo yang ngajarin gue! Elo yang ngajarin gue buat berusaha keras demi cinta gue. Gue udah berusaha keras. Dan cinta gue berlandaskan dendam dan iri. Dan so. Gue kejam karna ulah lo sendiri!" Ucap Caitlin terus terang.

Memang benar jika Amanda yang mengajarinya. Tapi tak selamanya apa yang Amanda ajarkan menyangkut kerja keras. Dan Amanda tak benar benar mengajarkan akan hal kekejaman. Itu tidak mungkin.

"Dulu gue gak ngajarin elo bertindak bodoh kaya gini. Elo boleh cinta sama seseorang. Seenggaknya cintai dia dengan hati lo. Bukan dengan dendam untuk menghancurkan seseorang. Dan sekarang gue tau. Cinta lo buta. Buta karna perasaan yang gak berguna. Cintai dia dengan hati dan perasaan. Jangan buat dia pergi karna kebodohan lo. See. Dia pergi dan lebih memilih dia. Gue saranin kejar Karel. Bukan Aldi, yang jelas jelas gak ada rasa sama elo!" Jawab Amanda.

Amanda menatap nanar Caitlin.

Bukan ini yang Amanda inginkan.

Setidaknya dengan Amanda berkata seperti itu. Caitlin sadar. Jika mengejar popularitas itu boleh. Tapi gunakan cara yang benar. Tanpa menyakiti dan berusaha menghancurkan, siapapun.

Tak ingatkah Caitlin jika sahabatlah yang akan datang jika keadaannya mengalami keterpurukan?

Dan apa respon Caitlin???

Bukan Kesalahan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang