34. Yang penting diterima."Hati gue gak bisa di mainin. Hati gue bukan hati milik lo. Akan ada rasa canggung saat gue sama lo ada hubungan. Dan gue saat itu mungkin waktu demi waktu lo bakal gak suka dengan kelakulan gue."
Perkataan Salsha masih terngiang ngiang di otaknya. Aldi merubah posisinya dari telentang menjadi tengkurap. Ia membuat bantal miliknya menjadi tumpuan di dagunya.
"Apa pas gue pacaran sama dia, gue sama Salsha bakal malu malu kucing gitu." Banyak sekali kengiang ngiangannya.
"Begonya gue tuh. Gue gak pernah pacaran. Deket sama cewek aja gak pernah, gimana gue paham sama apa yang dia omongin." Eww!
"Cinta gue bahkan real juga fakta. Jadi buat apa gue takut kalo rasa cinta gue bakal hilang bahkan luntur gitu aja."
"Gue bahkan di buat gemes sendiri sama apa yang dia lakuin. Jadi gue gak harus takut sama apa yang dia takutin. Gue bakal tetep suka dan cinta sama dia. Keputusan gue emang udah mantep buat pacaran sama dia."
"Pikiran gue kaya mau nikah besok aja sama dia." Aldi membenamkan wajahnya pada bantal sejenak.
Kemudian....
"Gue kasih tau ini, dan lo harus inget apa yang gue kasih tau. 'Hati, Mata, Perasaan juga Pemikiran memang bisa bersatu, tapi ada kalanya dia saling bertarung dan membagi 4 elemen itu menjadi 2 elemen yang saling bermusuhan.' Lo bakal paham saat lo pikir mateng mateng bagaimana kedepannya, saat hati lo berkata, mata lo ngeliat, perasaan yang lo rasain juga pemikiran yang selalu bergelut dengan ego yang gak mau kalah."
"Hati, Mata, Perasaan juga Pemikiran. Ini mah bener bener gue di suruh dewasa. Sifat ke kanak kanakan gue harus gue keluarin semua biar gue jadi dewasa." Aldi berjalan pada meja belajarnya, ia melirik pekerjaan rumahnya yang sudah siap sadari tadi. Ia membolak balik kertas yang sudah ia kerjakan dengan waktu 15 menit itu.
"Hati dan juga mata bisa saling bertautan karna, hati berkata sesuai dengan apa yang kita liat. Dan soal mata, mata yang akan mencari antara kebenaran juga kedustaan. Ada kalanya kita melihat kebenaran menjadi dusta saat hati memang menentang. Tapi hati juga bisa menerima jika dustalah yang membenarkan."
"Kalo gue suka sama dia gue harus percaya sepenuhnya sama dia. Dan mulai dari titik awal tanpa keraguan." Ucapnya mantap tak bergigih.
"Dan saat kita punya hubungan apa lo siap ngelawan itu semua dan lo akan percaya sepenuhnya sama gue?"
"Gue siap." Semoga gue siap. Ralat batinnya. Aldi berdiri dan segera memasukan buku pr nya pada tas ransel miliknya. Dan dengan segera ia berjalan ke arah ranjangnya.
"Perasaan juga dengan pemikiran, kalo elo memiliki perasaan yang sangat sangat lebih. Perasaan akan menjadi tameng pertama untuk kehancuran cinta kita. Kalo perasaan yang kita miliki sangat besar kata hancur tak akan pernah ada, tak akan ada. Pemikiran sangat penting, di waktu kita yang beranjak mulai dewasa, kita akan mengalami emosi juga kelabilan tertentu. Jadi perasaan dan pemikiran akan menjadi satu."
"Apa gue perlu belajar sama hulk dulu ya, gue gak sering marah. Tapi gue gak bisa jamin kalo orang pendiem kaya gue marahnya biasa biasa aja." Ini fakta!
"Gue aja pernah marahian kucing tetangga gue yang muntah di atas kasur gue."
"Berfikir berfikir berfikir." Seraya memainkan jemarinya ia ketukan pada atas pahanya.
"Jadilah diri sendiri tanpa copas siapapun, cuma itu itu yang dia mau. Oke oke gue bakal ngerubah diri gue buat diri gue sendiri." Putusnya Segera menarik selimut sebatas dada.
"Jika lo sanggup dan siap ngelakuin juga mempertahanin hubungan sama gue. Gue akan terima elo, dan kasih jawaban dan buat gue yakin kalo gue gak salah cinta bahkan sayang banget sama elo Al."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kesalahan [END]
Teen FictionPerjuangan cowok dingin mendapatkan cewek manja. °Maret 2018