18. Membingungkan.Ruang Dokter.
"Anak anda mengalami koma sesaat. Memang koma ini berlangsung tidak terlalu lama mungkin paling lama 1 hari. Kondisinya lumayan kritis jadi anak anda masih dalam keadaan dialam bawah sadar." Jawab dokter pada bunda dan ayah pasien.
"Tapi anak saya gak papa kan dok?" tanya bunda posesif.
"Gak papa kok bu, ibu jangan khawatir." Jawab dokter itu santai dengan menatap keluarga dari pasien yang ditanganinya itu.
"Makasih dok kami pergi dulu." Pamit mereka dan dibalas anggukan kepala oleh dokter tersebut.
Sepasang suami itu menghela nafas. Mereka keluar dan tepat diluar mereka sama sama menghena nafas lega.
Ruang Rawat Aldi dan Bastian.
"Gue gak nyangka sama apa yang kalian alamin, harusnya kita ngelawan bareng bareng Al. Bukan kalian berdua. Gue sedikit nyesel nolongin Ari. Kalian semua pada bonyok. Dan tinggal gue yang ganteng kan gak lucu." Ucap iqbal. Mulutnya sedikit bergetar mengucapkan kalimat itu, walaupun dengan kekehan.
Perasaan menyesal tertanam dan tertinggal dipikiran iqbal.
Keadaan kembali hening. Hanya ada suara dari layar monitor dari keduanya.
"Pas gue kesana liat kalian udah gak sadar. Gue takut. Gue takut kalian ninggalin gue. Gue belum siap. Gue gak siap." Ucap iqbal lagi. Air mata lolos dari pelupuk mata iqbal.
Orang tua Bastian dan Aldi hanya menangis mendengar kabar yang Iqbal berikan. Dan saat ini merekapun tengah menangis.
Orang tua mereka bahkan tak menyangka persahabat dari anak anak mereka akan sedekat ini. Sungguh ini diluar ekspetasi siapapun.
"Mereka sampai sedekat ini. Aku gak nyesel pindah ke sini karna Basti yang minta. Mereka emang gak bisa dipisahin." Ucap mama Bastian. Dia tersentuh dengan persahabatan anaknya.
"Bahkan aku gak pernah liat Iqbal sesedih ini. Iqbal itu susah buat nangis. Dan liat bahkan sorot mata dari Iqbal terlihat sangat menyakitkan."
"Makasih ya. Kalian orang tua hebat yang bisa melahirkan anak anak se manis mereka. Dan sangat beruntungnya Aldi mempunyai teman se dekat ini karna mereka. Dan kita juga senang karnanya." Ucap mama Aldi tersenyum saat mengutarakan isi hatinya.
Para mama hanya berpelukan dan melempar senyum. Sungguh momen ini harus diabadikan.
Kamar Andra.
Pusing.
Itu yang Salsha rasakan saat ini.
Mungkin karna obat bius yang diberikan penculik itu. Penculik? Iya.
Salsha bahkan baru ingat jika dirinya diculik. Eh. Tapi tunggu, tempat apa ini? Ruangan apa ini? Ini bahkan terlihat seperti kamar apartemen, bukan seperti markas penculikan.
Salsha menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa pening itu lagi.
Dan saat sepenuhnya terbuka Salsha melihat kesekeliling ruangan itu. Dan ternyata benar ini apartemen, bukan markas.
"Ada apa ini?" Tanya Salsha pada dirinya sendiri.
"Ini tempat apa? Atau mungkin gue bakal dilakuin yang enggak enggak. Enggak mungkin." Pikir Salsha. Dengan terburu buru Salsha berdiri dan mencari pintu untuk keluar.
Dan dia baru sadar jika dia tidak di ikat ataupun dibingkam.
"Kalo semisal gue diculik kan, gak bakal dibiarin kaya anak ayam gini ya. Berarti gue gak diculik. Gue curiga sama pelakunya nih. Pengen gue bejek bejek. Berani beraninya dia nyulik gue dan gue baru inget kalo temen sama abang gue bonyok karna nih dia." Dumel Salsha. Bibirnya tak kehabisan kata untuk mengucapkan segala sumpah serapah yang ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kesalahan [END]
Teen FictionPerjuangan cowok dingin mendapatkan cewek manja. °Maret 2018