Part 4

483 44 2
                                    


4. Jalan.

Stefi dan casie memesan makan untuk Salsha karna dia lupa tidak makan dan mengaku lemas saat berbelanja. Dan keadan yang pas dan tepatnya emreka. Mereka bertemu denga Aldi, Iqba, dan Bastian di Kafe yang sama.

UHUK.

Aldi yang sedang minumpun terbatuk karna perkataan Casie tadi.

"Elo kenapa Al?" Tanya Stefi.

"Gue gak papa. Keselek aja." Jawab Aldi masih dengan batuknya Dengan jawaban se adanya.

"Jawab Sal." Dasak Casie penasaran.

"Gue balik dari sekolah, langsung mandi. Dan kalian pasti tau apa yang gue lakuin setelahnya." Jawab Salsha singkat dan melanjutkan kunyahannya.

"Elo tidur. Dan bangun dibangunin bunda lo. Setelah mandi elo, Chat kita. Dan ngajak kita. Lo langsung pergi dianter supir tanpa sarapan, gitu gitu mulu agenda lo." Ucap Stefi tak bercermin.

Sedangkan Salsha hanya mengangguk anggukan kepalanya. Karna yang dikatakan Stefi semuanya benar. Dan di lain hati ada hati yang berbunga bunga. Bukan hanya hati bibir yang selamanya dingin dengan sekitar. Sekarang bisa tersenyum selebar ini. Sedangkan yang di samping Aldi. Malah melihatnya bingung dan kagum.

Seorang Aldi sedingin es dari kutub selatan. Dan cuek bisa bisanya tersenyum sepanjang jalan raya. Hal itu membuat temannya merasa heran bagaimana tidak.

Dia cowok yang paling dingin cuek dan jarang tersenyum. Tapi lain halnya jika dia di rumah Aldi anak yang bodo amat an. Dan dia slalu nurut apa yang dibilang mamanya karna dia anak mamanya.

Dia bahkan akan tampil dengan wajah biasa saja. Lelucon selucu apapun olehnya tidak di pikirkan. Di pikirkan saja tidak apalagi di respon. Tapi Aldi slalu menurut. Tak heran jika Aldi di sayang. Namun masih ada sifat yang tidak disukai mamanya.

Aldi adalah orang yang sangat tidak peduli sekitar. Bahkan sifat dingin Aldi menurun dari papanya. Jadi mama Aldi tak heran dan sudah sangat kebal dengan sifat mereka.

Walaupun papa Aldi dan Aldi memiliki sifat yang sangat dan lebih dari dingin mereka selalu sayang pada mamanya.

"Elo kenapa si al." Ucap Iqbal dengan wajah bingungnya, Aldi tersenyum?

"Elo senyum. Dan ini gue ngliat elo senyum pertama kali seumur hidup gue temenan sama elo. Bahkan elo gak pernah senyum semanis ini." Ucap Bastian dengan wajah dan nada yang super banget kaget.

"Gak usah lebay deh." Ucap Salsha menyela.

"Gimana gak lebay, kalo emang aldi bisa senyum itu rekor banget. secara dia emang gak bisa senyum." Celetuk Iqbal.

Manusia yang tak memiliki ekspresi senyum. Emang ada? Sedangkan Aldi masih saja diam, malas merespon.

"Elo kenapa. Si?" Tanya Iqbal karna kesal ucapannya tak kunjung di jawab. Ia meneriaki Aldi dengan kencang pas diposisi telinganya. Dan membuat empunya. Langsung menggosok telinganya.

"Biasa aja dong, gak usah sampai ngerusak gendang teling gue." Gerutu Aldi tak terima.

"Elo si, ditanya bener bener diem aja." Ucap sambung Bastian.

"Brisik."

"Mulai lagi ni. Bocah." Gumam Iqbal.

"Timezone yuk." Ajak bastian pada teman satu mejanya itu. Lebih tepat teman yang bergabung pada meja pesanannya itu.

""Yuk lah"" Jawab Iqbal, Stefi dan Casie kompak.

Sedangkan Aldi dan Salsha masih sibuk dengan handpone dan minumanya.

Bukan Kesalahan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang