20. Khilah cerita tentang mantan.
Jam istirahat.
Semua siswa berhamburan keluar kelas. Seperti anak Sekolah Dasar memang. Namun itu sudah fakta karna layaknya mahluk ataupun robot yang telah bekerja selama beberapa jam sebelumnya merasa lelah, haus, dan tentunya lapar.
Kebahagiaan telah hadir lagi. Membuat siapa saja juga merasa senang.
Aldi, Ari, dan Bastian. Mereka telah kembali ke rumah masih masih, dan betul apa yang dikatakannya jika besok mereka akan langsung sekolah.
Dan lihatlah sekarang. Mereka juga terlihat bersenang senang karnanya.
Sekarang mereka telah melahap pesanan mereka masing masing. Dengan sesekali mereka membuat lelucon dan membuat semuanya tertawa lepas bahagia.
Adakah yang tau tentang itu? Tentang jika setelahnya akan ada masalah.
Bukan terlihat masalah. Namun hanya perselisihan tentang rasa yang kembali hadir.
"Lo kenapa dah Sal, diem mulu. Biasanya aja lo paling rame." Tanya Bastian pada Salsha yang tengah lahap memakan pesanannya.
"Gak papa." Jawab Salsha singkat, terlihat seperti tempo dulu. Pendiam, dingin, dan acuh.
"Mungkin lagi mikirin handphone yang ilang itu kali." Ucap Iqbal yang ikut menyambar. Dia sedang meminum es jeruk pesanannya.
" Belom bilang ke bunda?" Tanya Ari pada adiknya itu. Dengan sesekali memakan makanan yang ia pesan,
"Belom." Jawab Salsha malas.
"Entar gue bilangin ke bunda. Tenang aja." Ucap Ari santai. Hal se kecil itu bahkan dapat Ari selesaikan dengan singkat. Jangan dibuat pusing dong.
"Hm." Jawab Salsha. Namun......
"Itu handphone kesayangan gue dari smp belom pernah ganti. Gue gak mau ganti." Rengek Salsha yang sadari tadi cuek sekarang mengutarakan keinginannya.
"Ih manja banget si lo. Tinggal beli yang baru juga. Masa iya gue minta tolong ke polisi buat cariin hp lo. Dengan bantuan anjing pelacak!" Ucap Ari merasa risih pada Salsha yang menggelar predikat dan status sebagai adik manjanya sadari kemarin.
"Iya lah." Jawab Salsha enteng. Tanpa beban sedikitpun.
"Njir. Mustahil bego!" Maki Stefi kesal pada sahabatnya ini.
"Apaan si elo ah." Ucap Salsha dingin pada Stefi, entah mengapa dia sangat malas jika berurusan dengan Stefi. Mulai dari kemarin, dan alasannya kita akan tau setelahnya.
"Elo lagi kenapa lagi sal?." Tanya Aldi lembut pada Salsha. Dai sadari tadi hanya makan dan diam. Memperhatikan Salsha yang selalu berubah ubah entah karna apa.
"Brisik ah." Jawab Salsha kesal.
Sadari tadi hanya ada pertanyaan Salsha kenapa, salsha kenapa. Gak ada yang lain?. Bikin kesel aja.
"Lagian elo handphone dari smp gak pernah ganti kaya gak punya duit aja. Motor aja keren hp gak pernah ganti. Gak papa lah sal, itung itung sedekah." Ucap Casie mulai ingut ambil andil dalam perbincangan mereka.
"Sedekah papa lo peyang. Pokoknya gue gak bakalan beli handphone kalo handphone gue gak balik." Ucap Salsha mantap, tanpa memikirkan ekor dibelakangnya.
"Yakin? Lo aja gak bisa diem kalo ada handphone. Sekarang lo bilang gak bakal beli?." Cibir Ari. Dia bahkan sampai malas melihat Salsha yang selalu memegang handphone setiap saatnya.
"Gue gak yakin." Ucap Iqbal. Semuanya tampak meremehkan Salsha.
"Gue juga gak yakin. Lo mau ngapain kalo kita semua lagi megang handphone? Gigit jari? ngiler? Hahah." Sambung Bastian dengan perkataan yang sangat benar benar jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kesalahan [END]
Teen FictionPerjuangan cowok dingin mendapatkan cewek manja. °Maret 2018