Part 38

328 24 0
                                    

38. Gak ngerjain bareng di hukum bareng.

"Yang." Seseorang berusaha memanggil pasangannya dan memecahkan tatapan yang sepenuhnya melihat semuanya dengan tatapan kagum.

"Apa." Jawab pasangannya dengan masih terfokus pada suasana juga keadaan di sekitarnya. Dia tak memperdulikan keberadaaan kesayangannya itu yang telah mendesain juga memasang semuanya. Tentu dengan harga yang cukup terbilang mahal.

"Madep sini dong yang, kenapa malah kamu masih fokus sama keadaan di sekeliling kamu sedangkan yang lebih sempurna ada di depan kamu."

"Kamu ngigo?" Tanya Salsha yang mulai terpancing dengan percakapan kekasihnya itu. Percaya Diri sekali dirinya.

"Ini asli loh yang, tanpa bahan timbal juga. Ganteng 'iya', keren 'selalu', cool 'cowo kamu pasti cool dong', tampan 'dari lahir', wangi 'always', sempurna 'pasti, pacar kamu harus sempurna, kamu perfec, cantik, imut. Pacarnya juga harus begitu'." Aldi membanggakan dirinya yang menurutnya sangat sekali layak untuk di pamerkan.

"Kurang kurangin bualan gak gunanya yang. Aku gak suka sama orang yang bisanya ngomong doang." Menghentikan ucapan Aldi yang menurutnya sangat sangat berlebihan.

"Fakta yang-_

"Kurang kurangin." Perintah Salsha mengulangi ucapanya tadi.

Pacarnya juga manusia jelas dia juga harus memahami lawan bicaranya itu. Apa perlu Salsha memberi isyarat lebih?

"Iya iya." Jawab Aldi melemah, dia hanya butuh tanggapan dan sanjungan. Walau sedikit ia juga menginginkannya terlebih dari gadis yang ia cintai setelah mamanya, ia jaga setelah mamanya, dan ia sayangi melebihi gadis manapun.

Mereka berdua melanjutkan makannya dengan beebagai canda tawanya, kesan romantis ia munculkan guna mempererat hubungan dan ikatannya.

Tangan Salsha ia genggam dengan halus dan lembut. Ia usap dengan ibu jarinya membuat Salsha memerah walaupun sedikit. Salsha menunduk menutupi roma merah itu dan berusaha memakan makanannya kembali.

"Aku dapetin kamu itu susah. Jadi aku gak bakal sia siain kamu begitu aja." Ucap Aldi di sela sela sisi keromantisan itu berlangsung.

"Aku itu cewe, aku gak bakal semudah itu ngasih kepercayaan dan rasa cinta aku ke sembarang orang. Mungkin kamu yang berhak dengan perasaan yang aku rasakan."

******

"Gandeng terus al, jangan di lepas." Sindir Bastian yang melihat sepasang kekasih itu.

Ini masih terbilang pagi, namun semua siswa di sekolahnya sudah berlalu lalang dengat tergesa gesa. Tidak dengan sepasang kekasih yang tadi sempat di sindir oleh sahabat dari laki lakinya ini.

Bukannya Aldi melepas genggaman dari tangan Salsha justru dirinya malah lebih menguatkan memperlihatkan jika Salsha hanyalah miliknya. Tak perlu berkoar koar di setiap pengguhung dunia juga sudut kelas untuk memberitahukan jika Salsha miliknya. Cukup dengan saling meneggenggam di sekolah itu juga dapat menyimpulkan atas hubungan keduanya.

"Lo udah mandi bas?" Tanya Aldi tak memperdulikan sindiran tadi, berniat membalas dengan sedikit kecerdikannya.

"Kenapa emang?" Bastian bertanya balik dengan sesekali mencium ketiaknya. Namun hasilnya nihil, ia tidak bau. Apa maksud pertanyaan Aldi padanya.

"Udah belum?" Tanya Aldi lagi. Dan membuat sahabatnya merasa benar benar bingung hingga kikuk sendiri.

"Lo ngerjain gue ya? Gue udah mandi. Wangi juga kenapa lo nanya begituan si."

"Mandi lo kurang wangi, pantes casie gak mau mesra sama lo." Aldi mengucapkan ucapannya tadi tanpa melihat respon temannya itu. Ia segera pergi meninggalkannya dengan kebeingungan belaka.

Bukan Kesalahan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang