40. Penghianatan Sahabat terdekat.
Kenapa saat gue mulai menjauh dari dia. Dan gue dapet yang lain rasa ini masih aja tumbuh. Bahkan gak menghilang sedikit pun. Batin seseorang mengkilahkan pikirannya.
Cinta yang selama ini ia rasakan jauh di lubuk hati jika dirinyalah yang mempersulit.
Apa gue putusin dia. Dan gue rebut Salsha dari Aldi? Tanya batinnya yang menyeruak begitu saja.
Ini konyol. Ini jahat dan ini penghianat. Namun rasa cintanyalah yang membuatnya seperti ini.
"Gue bakal putusin dilla dan rebut salsha dari Aldi." Putus Iqbal melangkah masuk pada mobil yang akan ia tumpangi pulang.
Yang ia pikirkan hanya kesenangan. Sudah lumayan lama ia menyimpan perasaan yang sangat menyebalkan ini. Mungkin inilah saatnya.
Kamar Dilla.
"Gak ada angin gak ada apa kenapa lo mutusin gue? Gue aja gak ngebebanin elo kok." Teriak cewek di sebrang sana yang memang sedang sengat kesal.
Iya.
Keputusan Iqbal meminta putus dari Dilla benar benar ia lakukan. Entah bagaimana kelak karma yang akan Iqbal dapat.
Menghianati hatinya. Menghianati sahabatnya. Dan merebut pacar dari sahabatnya. Eh bukan merebut, tapi akan merusak hubungan sahabatnya.
Cinta itu keji. Sekeji pecokor yang berkeliaran dimana dimana.
"Gue gak sayang sama elo Dil. Lo cuma pelampiasan cinta gue. Tinggal terima aja si apa susahnya." Ucap Iqbal kesal dengan mantan pacarnya ini.
Lebih tepatnya 5 menit yang lalu. Sangat sulit jika berhadapan dengannya. Harus mencari alasan yang logis.
"Beri alasan yang logis. Kalo lo gak cinta dan pengen putus dari gue." Jawab Dilla yang mungkin sudah sangat remuk jika di bayangkan.
"Gue suka sama sahabat gue. Dan sahabat gue itu udah ada yang punya. Jadi plis lo itu cuma pelampiasan Dilla!" Bentak Iqbal mulai emosi. Berbicara dengan Dilla harus mengeluarkan kata kasar dahulu. Jika tidak dia tak akan paham.
"Bulshit." Sekarang Dilla yang telah berteriak dan menimbulkan ringisan pada telinga Iqbal.
"Gue bakal rebut Salsha dari Aldi. Dan lo, gue gak peduli dengan lo." Bisiknya memberitahu.
"Bakal gue bunuh juga lo Bal. Dasar cowo sinting!" Gertak Dilla. Sisinya terdengar menyeramkan.
"Cowo sinting ini juga yang pernah bikin lo nyaman." Ucap Iqbal menyombongkan diri.
"Sebelum lo rebut Salsha dari kak Aldi. Gue bakal ngancurin hubungan mereka. Sebelum lo dapetin Salsha." Ucap Dilla santai.
"Jangan macam macam!" Ucap Iqbal khawatir dengan posisinya.
"Lo cuma sampah bagi gue Dil. Jadi gak ada lagi dilla yang gue sayang. Lo cuma sampah busuk yang berani nantang gue tanpa berfikir."
"Lo cuma cewek lemah. Selemah debu yang akan selalu gue sapu dan gue tiup dengan gampang." Bisik Iqbal membuat emosi Dilla kian mengkilat.
"Sekali lo melangkah detik itu juga lo bakal kehilangan semuanya. Dan gue bakal rusak semuanya."
Sambungan telfon terputus sepihak. Dilla yang telah memutuskannya.
Dia menjerit keras. Bukan ini yang ia inginkan.
Ia di khianati dengan alasan yang konyol. Hidup Salsha tak akan aman mulai saat ini.
Ia meringkuk di kamarnya, tak segan segan ia berteriak kesal dan meberantakan kamarnya sendiri dengan beribu banyak kekesalan.
"Dasar Iqbal sialan!" Teriak kencang Dilla sembari melempar kursi riasnya pada kaca besar di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kesalahan [END]
Teen FictionPerjuangan cowok dingin mendapatkan cewek manja. °Maret 2018