Part 25

358 26 0
                                    

25. Main ke rumah Aldi.

"Ih kita ketemu lagi." Seseorang bersuara, "Gue tertarik." Ucap Andra memandangi cewek yang ia yakini tak sengaja tertabrak kemarin.

Mungkin saat ini Andra benar benar mulai tertarik. Dari tadi malam ia merasa di hantui dengan bayang bayang ke senangan.

Cewek tadi hanya bisa tertunduk malu karna pujian dan pendapat Andra tadi, lagi lagi di buat senyum dengan respon tadi.

"Kenapa nunduk, tatap gue. Mungkin pas lo natap gue lo bisa jadi pacar gue." Andra terlihat berjalan mendekat ke arah cewek itu.

"Lo ngomong apa si." Cewek tadi mulai bersuara, ke datangan Andra ke tempat ini membuat konsentrasinya lenyap dan tergantikan dengan rasa gugup dan malu.

"Kayanya gue mulai tertarik sama cewek."

"Dan hati gue mulai berpindah setelah ke Salsha." Lanjut Andra membuat cewek tadi menegang seketika saat mendengar nama Salsha di sebutkan.

"Kenapa hm?" Tanya Andra bingung.

"Ada masalah dengannya."

"Eng-ngak. Mungkin gue salah maksud." Jawab cewek tadi mulai berfikir positif.

"Boleh kenalan?" Andra menghela nafas dan berusaha tak gugup di depan cewek dan memang terlihat sangat cantik ini.

"Tentu." Jawab ia sambari melepas buku yang ia baca sadari tadi.

"Andra."

"Caitlin."

"Kita pacaran?" Putus Andra dengan mata berbinar senang.

"Eh-

Kantin.

"Ngomong ke gue ke sal. Gue di diemin mulu."

"Kemaren tuh gak sengaja." Ocehnya lagi.

"Entar gue beliin apa aja deh. Asal gak mahal mahal."

"Kere amat lo Ar." Ucap Bastian ikut andil dalam ketengkaran kakak beradik ini.

"Dia aja yang baperan gitu aja marah ke gue sampe sekarang." Jawab Ari tak terima.

"Elo yang kelewatan nyet. Udah tau baru pulang asal nyemprot aja. Kalo gue jadi Salsha juga bakal gue diemin elo lah." Kompor Iqbal dengan alis yang terus ia naik turunkan.

"Bantuin dong beb." Pinta Andra pada pacar yang memang sudah di anggap sayang oleh Salsha.

"Kalo soal ini gue gak bisa beb, takut kena semprot. Heheh." Tolak alus Stefi dengan kekehan.

Jujur wajah Ari sangatlah lucu. Bahkan 1 meja ini hanya bisa menertawainya. Dan membuat Salsha tersenyum. Jujur dia hanya kesal pada Ari, tak marah sedikitpun. Namun ia hanya mengerjainya.

"Itu salah lo Al. Gue jadi salah semprot harusnya kan, elo yang kena. Malah lo pergi gitu aja. Jadi yang kena semprotan salsha deh. Bantuin gue." Ucap Ari tak mau di salahkan. Awalnya memang untuk aldi namun yang terkena malah Salsha.

"Salah lo sendiri, gangguin gue si kemaren. Iye iye gue bantuin ah. Kasian amat muke lo kaya ketakutan gitu." Ucap Aldi tak tega.

"Maafin Ari Sal. Kasian dia kaya tersiksa gitu, kaya mau mati tapi susah di ambil nyawanya. Jadi keliatan ngeden gitu Sal. Maafin ya." Ucap Aldi sedikit tebih keras membuat Ari mau tak mau harus Melotot. Sunggu tak terima.

"Iya iya. Gue gak marah kok." Jawab Salsha santai.

"Eh anying. Lo bilang gue lagi mau mati, lo bilang gue kaya lagi ngeden. Gue kasih tau juga lo gimana posisi gue pas lagi boker." Ucap Ari tersulut emosi dengan ucapan Aldi tadi.

Bukan Kesalahan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang