22. Berteman."Jadi apa rencana lo, buat ngancurin hidup Salsha?" Tanya Amanda pada adiknya itu.
Caitlin merasa terusik karna ke datangan Amanda. Lagi lagi Amanda. Caitlin merasa malas jika harus berhubungan dengan kakaknya. Dia selalu merusak kebahagiaan Caitlin. Apakah dia tidak bisa diam dan duduk manis di apartemennya. Sangat menyebalkan memang.
"Lo gak bisa duduk diem di kelas lo emang! dasar pengusik." Cibir Caitlin Geram pada Amanda.
Dia selalu ada dimana mana, sampai di rumah Karelpun Amanda sering mengunjunginya.
Dia juga pernah memaksanya untuk tinggal bersama dirinya, namun Caitlin masih bersi keras tinggal di rumah Karel. Amanda merasa tak enak pada keluarga Karel namun sifat keras kepala Caitin memang sudah sangat melekat pada dirinya.
Amanda hanya bisa menghela nafas berat.
Adiknya memang benar benar sulit di atur. Namun Amanda tau tentang hatinya, hati dia patah dan dia iri karna popularitas Salsha.
"Beri waktu untuk mereka bahagia. Walaupun dengan sesaat namun beri dia kenyamanan tanpa ada dendam itu de'." Ucap Amanda pada adik kesayangannya.
Dia merindukan sosok Caitlin, dia yang manja tanpa ada tatapan sinis seperti ini. Menurutnya dia sangat menyeramkan, mana sikap manjanya?
"Dia butuh bahagia, dan terlebih lagi lo. Jadi kembali lah ke apartemen lo atau ke apartemen gue. Gue akan membantu elo melupakan semua itu, walaupun untuk sesaat dan sementara." Sambung Amanda dengan perkataan yang serius, dia menatap Caitlin dengan pandangan seserius ini karna dia rindu sosok Caitlin. Adik manjanya,
Caitlin sempat terbawa akan tatapan serius milik Amanda, namun hanya sebentar. Egonya lebih tinggi ke timbang perasaan rindu akan sosok kakaknya.
Peringatkan Caitlin soal bahagia.
"Gue emang butuh bahagia tapi kebahagiaan gue tergantung pada popularitas Salsha." Jawab Caitlin dengan tatapan tersulut emosi. Dia masih keras kepala rupanya.
"De', berhentiin sejenak atau gue kirim lo ke Belanda lagi dan lo gak akan balik lagi ke Indonesia karna ke egoisan lo, inget ini. Gue gak akan main main soal kaya gini." Ancam Amanda. Dia menghela nafas beberapa kali, sungguh melelahkan jika berhadapan dengan adik yang seperti ini. Mungkin dengan ancaman dia akan berhenti walau sejenak.
Namun,,,,, itu
"Dan saat lo ngancem kaya gini. Lo ngehilir gue untuk lebih kejam ke siapa aja lo tau! Bahkan lo juga egois layaknya gue, lo selalu mentingin kebahagiaan Salsha di timbang gue. Lo egois sebagai kakak, adik lo itu gue apa SALSHA!" Ucap Caitlin tak terima. Dia juga menngucapkan kata egois dengan penuh penekanan. Dan itu membuat Amanda sadar akan kesalahannya.
Memang jika dia terlihat sangat membela Salsha. Namun,,, ini bukan menyangkut jika dia menyayangi Salsha lebih dari Caitlin adik kesayangannya itu. Sama sekali tidak, dia salah memahaminya, dia hanya menyayangi Caitlin dan untuk Salsha? Dia tak sayang melebihi sayangnya pada adik satunya ini. Dan tebakannya melenceng sangat jauh!
"Lo salah paham. Gue gak sama sekali mentingin kebahagiaan Salsha, gue Cuma merancang segala hal buat elo bahagia. Lo juga harus tau itu Caitlin Marunta Haldementa!" Ucap Amanda benar benar berusaha membuat Caitlin tau dan paham soal itu. Namun tak semudah itu.
"Lo ngerancang semuanya, lo kirim gue dan mama papa ke Belanda dan setelahnya gue bakal bahagia, IYA? Elo salah besar!" Teriak Caitlin pada kakaknya. Apa ini yang di maksudkan bahagia menurut Amanda? apakah ini? Konyol!
"Bahkan gue lebih sakit dan tersiksa karna rancangan lo itu. Salsha diperebutkan oleh dua cowok yang buat gue makin iri karnanya, dan lo juga tau soal itu. Miris!" Ucap Caitlin lagi lagi membuat Amanda merasa kasian dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kesalahan [END]
Teen FictionPerjuangan cowok dingin mendapatkan cewek manja. °Maret 2018