Siyeon menggigit bawah bibirnya sebelum memulai bicara tentang kejadian kemarin kepada Herin yang kini menatapnya tak sabar.
"Yeon! Kita kenal udah hampir 2 tahun loh." Kesal Herin.
"Gue baik baik aja Rin. Kemarin ga ada apa apa kecualiㅡ"
"Apa?" Tanya Herin.
"kecuali dia..."
"Dia apa?"
"Gue ga ngerti jalur otak dia."
"Yeon!" Bentak Herin
"Dia meluk gue." lirih Siyeon.
Radar alamiah Siyeon yang bisa menebak respon Herin membuat dia mengangkat tangan untuk menutup telinga.
Herin menjerit tak percaya.
"Ini kantin plis!"
"SUMPAH DIA??" Teriak Herin.
"Teriak lagi gue bacok lo, Rin. Dia itu bilang gini. Ekhem. 'Lo ga perlu jelasin ke gue. Gue tau otak lo cukup buat sadar kalo tadi itu salah'"
"Terus?"
"Ya gue ngerasa berdosa banget dong karena kayak gitu. Lagian perasaan gue lagi ngga karuan. Papa bawa si itu kerumah lah. Bunda yang belum nunjukin perkembangan dan Shuhua yang selalu ngusik. Lo tau kalo gue ga bisa marah kan, Rin? Kemarin gue ngomong gitu ke dia aja udah diluar kendali."
"Kemarin keren sih." Puji Herin
"Keren biji mata lo!!! Jadilah kemarin gue hampir nangis didepan si curut."
"Terus?"
"Dia meluk gue. Ga mau liat gue nangis kali. Malahan gue yang jadi bener-bener nangis dipundak dia. Malu anjir."
"Uuuhhhh mau!!!" Jerit Herin.
"Hoy Mark!!!"
Siyeon melambai kearah Mark yang berjalan menuju bangkunya. Disamping Mark ada Jeno. Siyeon tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.
"Siyeon. Gue bawain Jeno nih, Hehe." ucap Mark.
"Kerja bagus."
"Lah gue kenapa, nyet?!" Tanya Jeno.
"Lo sama gue aja. Biar mereka ngomong berdua."
Siyeon menarik Jeno kebangku lain.
DEG.
Jeno melepas tangan Siyeon dan duduk tak acuh.
"Kenapa harus misah sih?" Tanya Jeno.
"Mereka lagi ada masalah. Herin ngambek karna kaga keburu di taken."
"Oh." Respon Jeno.
"Lo kenapa sih kak? Makin pendek aja tuh kata."
"Gak. Males." Ucapnya cuek.
"Serah deh ya yang minjemin jaket ke mantan tapi gue engga."
Sungguh Siyeon mengucapkan nya dengan nada bercanda. Namun sepertinya Jeno tidak.
"Gue udah meluk lo. Masih kurang?" Tanya Jeno.
Siyeon seketika mati kutu. Ia menyerang Jeno dengan candaan namun pria itu membuanya tak bisa berkata.
♥♥♥
Buku matematika dengan segala macam deret angka didalamnya seolah tak menarik.
Jeno lebih memilih membuka jendela kamarnya dan merasakan terpaan angin malam.
Menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
aimer.
Fanfiction𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝 ㅡ 𝐣𝐞𝐧𝐨 𝐟𝐭. 𝐱𝐢𝐲𝐞𝐨𝐧 🌼 ❝In the dark, i can see your light.❞ ©deyleeas, 2018