Degup jantung Siyeon berkejaran. Memutari luasnya sabana dibawah terik matahari. Tangannya pasti terasa dingin dalam genggaman Jeno.
Dalam hati ia merutuki pilihan 'truth' Jeno tadi yang menyebabkan Mark bersorak senang.
"cepet bilang semua yang lo rasain sama Queen gue! Biar dia ga teriak-teriak di telpon Ghina karena lo ajak ke perpus kemarin." Kata Mark.
Siyeon mendesis kearah Herin. Ia tak tau bagaimana cara Herin mengatakan pada Mark tentang telpon tengah malamnya.
"mata lo biasa aja, nyet! Gue lagi vidcall pas lo telpon. Bukan salah gue kan?" Bela Herin.
Semua pandangan mengarah kembali pada Jeno dan Siyeon. Keduanya duduk ditengah lingkaran yang kiri berantakan.
"gue ga pernah tau temen gue bakal se-anjing ini. Kaga biarin rahasia punya gue sendiri." Ucap Jeno.
"udah bilang aja!" Paksa Haechan.
Jeno menusuk kedalam mata Siyeon dengan pandangan tajamnya yang mengisyaratkan rasa yang menggebu.
"Mos. Kuncir tinggi. Kaos kaki biru batas lutut. Berputar dilapangan. Itu awal gue ketemu elo. Liat lo dari lantai 2 sekolah. Menganggap lo sebagai gadis bego yang mau jalanin hukuman ga masuk akal dari Hilal. Tapi semua penilaian gue berubah saat lo berlari membantu temen lo yang jatuh dilapangan. Keperdulian lo. Cerianya elo. Senyum. Hidung. Mata. Semua sukses merubah keseharian gue yang selalu siapin kamera. Jangan tanya berapa jumlah foto lo dikamar gue." Jelasnya.
"berapa lapis?" Potong Haechan.
"ratusan!!" Celetuk Renjun.
"ganggu nyet! Seperti yang lo tau. Gue anti sosial. Gue ga berani untuk sekedar say hi walau sering berpapasan sama lo. Kantin menjadi tempat bersejarah karena interaksi kita pertama kali. Perpus jadi tempat terindah karena gue pertama kalinya berani ngomong sama lo. Gue seneng saat Herin narik lo kedalam perpus untuk absen bulanan walau lo selalu berakhir dengan dongeng romansa yang kini bukunya berakhir dikamar gue." Lanjutnya.
"dia mohon sama penjaga nya!" Celetuk Jaemin.
"ganti berkali-kali lipat." Celetuk Mark.
"kesempatan buat pacaran boongan sama lo itu gue anggep sebagai awal gue mulai hubungan serius sama lo. Kita masih muda. Iya. Tapi gue ga mau ada satu orang lainpun dihubungan ini. Jinsol. Guanlin. Ataupun Shuhua. Gue semakin jatuh cinta sama lo."
Para gadis menggigit telunjuknya saat Jeno memindahkan tangannya ke pipi Siyeon. Hanya mengusap lembut penuh sayang.
"gimanapun kedepannya. Gue pengen lewatin semua sama lo. Kalo gue bisa. Kemanapun gue pergi, hanya elo tempat gue kembali."
"sstttt... Jangan nangis, rin." Bisik Mark pada Herin yang kini menangis.
Herin menundukkan kepalanya. Bersembunyi dilengan Mark yang terus mengusap punggungnya.
"lo tau sayangnya gue sama lo kan? Jangan tinggalin gue karena alasan apapun." Ucap Jeno.
Siyeon mengangguk walau tak mengerti ucapan Jeno. Ia juga tak mengerti arti tatapan sendu orang-orang disekitarnya. Jeno membawa tubuhnya bersandar dibahu pria itu.
"ada apa kak? Apa yang gue ga tau?" Tanya Siyeon.
"ga ada. Every thing is okay. Just believe in me. Okay?" Jawab Jeno.
Siyeon mengangguk.
"kok jadi baper gini sih? Lo sih mark pake nanya ginian!" Ucap Jaemin.
Jaemin beranjak. Meraih satu kaleng soda. Menenggak kasar.
"gue seneng bisa kenal kalian di masa muda gue." Ucap Haechan.
"gabakal lupa sih sama kalian semua. Yang udah dukung gue dan mau dukung gue dan siyeon." Timpal Jeno.
"hahaha... Ini terdengar aneh. Tapi gue sayang kalian semua." Ucap Renjun.
"daun itu mulainya dari kecil. Berkembang dan terus besar. Menguning hingga lepas dari tangkai." Ucap Jaemin.
"langsung artinya aja sih?! Ribet lu." Ucap Haechan kesal.
"berisik lu. Biar pada percaya kalo gue jago sastra lebih dari Dilan." Ucap Jaemin.
"cukup jadi jaemin. Jangan Dilan. Gue ga mau saingan sama Milea." Celetuk Seoyeon.
"gue tetep pilih lo, seoy. As always." Jawab Jaemin.
"jadi artinya?" Tanya Renjun.
"eh? Hahahaha.. Kita itu kayak daun kecil dulu. Ketemu ga sengaja jadi se-grup saat MOS. Jadi temen kelas juga. Ditambah Mark yang semakin buat kita lengket satu sama lain. Dan akhirnya pisah untuk masa yang akan datang." Jelas Jaemin.
"kalian adalah bagian terbaik di hidup gue. Saat gue masuk dengan logat bule aneh. Jeno ngasih buku tebel yang setiap malem harus gue baca dan besoknya setoran ngomong indo ke Haechan. Diajari Renjun budi pekerti. Punya temen aneh kayak Jaemin. Kalian debes lah." Jelas Mark.
"jagain renjun di singapur ya, nay. Ingetin buat makan. Gue ga mau ketemu dia jadi makin kurus." Ucap Jeno.
"sialan!" Maki Renjun.
"haha.. Siap. Kampusnya deket kok, jen. Bisalah gue apelin tiap hari." Goda Nakyung.
"digas gantian ren. Pepet!! Siapa tau nubruk ye kan?" Ucap Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
aimer.
Fanfiction𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝 ㅡ 𝐣𝐞𝐧𝐨 𝐟𝐭. 𝐱𝐢𝐲𝐞𝐨𝐧 🌼 ❝In the dark, i can see your light.❞ ©deyleeas, 2018