[44] Rindu dan buku

2.6K 343 9
                                    

Sudah seminggu Jeno disini. Menghabiskan pagi hingga sorenya dikampus untuk segala macam tes yang diajukan. Tangannya meraih ponsel diatas nakas. Sudah seminggu juga ponsel itu ia non aktifkan. Ia hanya tak ingin menambah kekecewaan Siyeon. Katakan dia bodoh karena tak berani berkata jujur. Katakan dia bajingan karena meninggalkan gadis itu saat ia mengumbar segala ucapan rasanya pada Siyeon. Dia hanya takut Siyeon bersedih menuju keberangkatannya. Hanya satu bulan ia disini. Mengurus berkas juga segala macam tes.

"hubungin kek. Jangan diliatin doang hapenya. Kalo gue jadi Siyeon sih bakal gue bunuh lo!" Ucap Lami.

"dia kecewa." Balas Jeno pelan.

"banget lah!! Gila lo." Ujar Lami.

Lami menuju balkon untuk berkomunikasi dengan Haechan. Meninggalkan Jeno dalam hening.

Jeno beranjak. Keluar dari kamar apart dengan jaket tebal ditubuhnya. Setidaknya itu menghangatkan walau tak sebanding dengan pelukan Siyeon. Dia rindu gadis nya. Sangat.

Jeno berjalan menuju taman didekat menara eiffel. Duduk diatas rumput hijau yang rapih. Memejamkan matanya. Merasakan terpaan angin malam membelai wajahnya.

"Jeno! Bisa bantu aku mengawasi David? Dia sedang bermain. Aku ingi membeli sesuatu." Ucap Wendy.

Jeno mengangguk. Mendekati bocah 9 tahun yang bermain dengan bola sepaknya. Ibu bocah itu adalah tetangga kamar apart Jeno. Mereka bertemu beberapa kali.

"apa kau akan menulis surat untuk pacarmu lagi, Jeno?" Tanya David.

"panggil aku kakak. Kau tidak sopan!" Dengusnya.

David terkekeh pelan. Membawa bolanya dan duduk disamping Jeno.

Jeno mengeluarkan satu lembar kertas juga bolpoin dari saku jaketnya.

'Dibawah menara tinggi dibalut Rindu.
Apa lo tu gue ke paris? Lo tau gue sekolah disini? Mau ikut atau tetap disana?

Siyeon.
Gue tau bajingan kayak gue ga pantes buat lo.
Yeon, maaf kalo ga sempet bilang soal keberangkatan gue seminggu lalu. Iya. Iya. Lo bener. Gue emang ga berani bilang sama lo soal keberangkatan gue.
Gue ga mau lo nangis. Gue ga mau liat tangisan lo. Cukup saat kita dimobil gue terakhir kali.
Gue harap lo tetep jadi kutub selatan. Jangan pernah mikir buat berpaling dan jadi kutub utara.
Gue sayang lo. Sama seperti sebelumnya.
Gue rindu elo.
Lebih dari yang lo tau.'







Amarahnya memuncak. Ia ingin memarahi siapapun yang ada didekatnya. Namun ia cukup tau diri bahwa ia tengah berada dikantin sekolah.

1 munggu lebih 2 hari.

Siyeon ingin membanting ponsel ditangannya saat melihat postingan Lami yang memperlihatkan gadis itu, Jeno danㅡJinsol! Terlebih tangan Jeno yang terlihat meraih bahu Jinsol juga Lami. Katakan dia berlebihan. Namun Siyeon masih belum bisa menerima kepergian Jeno begitu saja. Ia ingin bertemu Jeno. Memarahi. Bila ia bisa.

"jangan lo banting hape gue, anjir!!" Jerit Herin yang hp nya hampir dibanting oleh Siyeon.

"sabar. Kali cuma ga sengaja ketemu." Ujar Mark menenangkan.

"ga sengaja?! Jinsol itu di belanda. Mereka di Paris." Dengusnya.

"ketahuan posesif nya nih bocah." Celetuk Haechan.

aimer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang