[15] Civil War

3.5K 503 9
                                    

Mobil Jeno sudah terparkir didepan gerbang rumah Siyeon.

Selama seminggu terakhir selalu seperti itu.

Jeno yang notabene nya gak terlalu perduli banget walaupun ingin tahu. Hanya memilih patuh dan menunggu gadis itu.

Pintu disampinya terbuka. Dia segera melajukan mobil putih berlogo salah satu merk ternama.

Siyeon diam sedari masuk kedalam mobil. Jeno masih tak acuh namun hal itu mengusiknya.

"Lo kenapa?" Tanya Jeno akhirnya.

Bayangan Siyeon seolah maju beberapa saat. Ia membayangkan apa yang akan dipikirkan orang-orang tentang Bunda? Apakah mereka masih bisa berteman dengan Siyeon? Satu hal yang pasti. Ia khawatir.

"Hey! Lo kenapa?" Tanya Jeno lagi.

"Gue takut. Khawatir. Entah itu rasa apa kak. Gue gak nyaman."

Kedua tangan Siyeon berpautan. Saling menggenggam menguatkan. Sekarang ditambah tangan pria disebelahnya. Tangan besar itu menggenggam dua tangan Siyeon.

"It's okay. Itu bukan masalah besar." Jeno menenangkan.

Jeno memandang Siyeon sejenak sebelum lampu berganti hijau kembali.

"Semoga." lirih Siyeon.

Mata Siyeon terpejam.

Ia berdoa agar semua seperti ucapan Jeno. Semua akan baik-baik saja.

Ting.

Kak Haechan
Lo dimana? Sama Jeno kan?

Bangren
kita tunggu digerbang. Lo jalan sama kita. Semua bakal baik-baik aja, yeon.

Lami
gunain abang gue! Dia pasti jagain lo.

Mark
anak-anak bakal lindungin lo. It's okay, ndut.

Siyeon mendengus geli membaca pesan dari kakak kelasnya yang sedikit gila itu.

Dan sebagai Info, sepertinya hari ini Mark akan menyatakan secara resmi rasanya kepada teman Siyeon, Herin.

Namun bila keadaannya seperti ini. Apakah itu terjadi?

"Planing kita hari ini banyak. Jadi lo jangan ngilang gitu aja!" Ingan Jeno.

Mobil Jeno berhenti didepan Mark yang tengah berdiri didepan gerbang.

Jansen kembali menggenggam tangan Siyeon. Satu tangannya mengusap pelipis Siyeon.

"Angkat muka lo. Siyeon gadis kuat!" Ucap Jeno menyemangati.

Siyeon mengangguk dan keluar seperti tanda yang diberikan Jeno.

Mobil Jeno masuk kearea parkiran dan kembali secepat mungkin menghampiri Siyeon yang berdiri dibelakang teman-temannya.

"Kita masuk sekarang." Perintah Jeno.

Mereka semua berjalan seperti sebuah benteng untuk Siyeon.

Dideret depan, Haechan dan Renjun.

Disamping Siyeon, Herin dan Mark.

Dibelakang, Jeno dan Jaemin.

Siyeon menunduk malu saat mendengar cibiran siswa-siswi disana.

Entah itu mengatakan keadaan Irene ataupun perlakuan Haechan Cs kepada Siyeon.

Jeno sedikit menarik rambut Siyeon yang digerai. 

"Angkat wajah lo." Jeno berbisik dengan nada datarnya.

aimer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang