[29] Mimpi

2.9K 402 0
                                    

Herin menghela napas lelah setelah mendengar semua penuturan Siyeon tentang kisah kebohongan atas status itu dengan kak Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Herin menghela napas lelah setelah mendengar semua penuturan Siyeon tentang kisah kebohongan atas status itu dengan kak Jeno.

"gue ngerasa bersalah aja sama kak Shuhua. Dia keknya sayang banget sama kak Jeno." Kata Siyeon.

"tapi gini deh yeon. Misal kita abaikan soal perasaan kak Sha. Lo masih mau lanjut ga sama kak Jeno? Soalnya gue liat dijuga serius sama lo walau sebelumnya gue ga tau kalo kalian cuma boongan." Tanya Herin.

Siyeon diam. Ia menggigit bibir bawahnya.

"gue ga tau. Waktu diaㅡ"

"apa?"

"waktu dia nyium gue. Gue ga bisa ngerasa detak jantung gue karena gue mikir mau meledak."

"dia nyium lo?" Kening Herin mengkerut.

Siyeon melotot dan berlari menuju pintu kamarnya. Mengunci sebelum suara teriakan Herin sampai keluar kamarnya.

"jawab gue, nyet. Dia nyium lo? Sumpah?"

Siyeon mengangguk ragu. Lalu beringsut masuk kedalam selimut.

"gila sih. Berarti kak Jeno serius sama lo!"

"serius apaan?"

Herin membaringkan diri disamping Siyeon. Berbisik dibawah atap rumah Siyeon yang seolah ingin ikut mendengar.

"kak Jeno itu anti sosial banget orangnya. Dia post foto di IG aja anak-anak udah sujud syukur."

"lebay as always." Cibir Siyeon.

"tapi gini, yeon. Dia itu hampir tiap hari anter jemput elo walaupun ada mang doni yang siap sedia anterin lo kemanapun."

"terus? Dia kek taksi pribadi gue."

Herin memukul kepala Siyeon dibalik selimut. Gemas mendengar jawaban tak acuh gadis itu.

"sakit, monyet ragunan!" Sungut Siyeon.

"lo sih ga pekaan! Kelamaan jomblo sih." Ledek Herin.

"sok lu. Baru jadian sama Mark kemarin juga."

Herin diam. Ia ikut kedalam selimut.

"dia tau soal ini?" Tanya Herin.

"ngga kali. Lo tau kan cowok lo bego nya sama kayak kita?"

"iya sih. Eh! Tapi dia pinter nyet. Tai lo."

"pinter bahasa Inggris."

Kedua kalinya kepala Siyeon bertemu dengan telapak tangan Herin.

"lo bego pake banget loh yeon!"

"anjir. Sakit. Lagian canda doang nyet."

"jelas dia pinter bahasa Inggris lah! Orang dari luar." Sungut Herin.

"eh gue senin besok ke Aussie. Main ke rumah nenek. Sekalian ketemu Felix."

"sumpah? Ajakin gue dong!" Kata Herin.

"percuma gue ngajak lo. Felix juga paling kalo ketemu elo dongkol nyet. Kalo diajak ngobrol ga nyambung, gitu kata Felix pas lo pulang dari rumah gue."

"serius? Putus dah harapan gue."

"inget Mark nyet!"

Ting.

Markqu💕
aku udah sampe

Herin memandang Siyeon sejenak.

"dijemput ya? Yaudah sono." Usir Siyeon.

"tapi lo gabakal nangis lagi kan?" Tanya Herin.

"ngga. Gue bukan bocah. Paling gue minum rinso biar ga nangis." Canda Siyeon.

"yeon! Jangan bunuh diri dong."

"ngga lah nyet. Canda gue."

Herin beranjak. Memakai kembali sepatunya dan memperbaiki bajunya. Meraih tas dan memeluk Siyeon sebentar.

"gue duluan nyet." Pamitnya.

"mau gue anter sampe luar?" Tanya Siyeon

"ngga usah. Mark sama Jeno. Lo didalem aja. Dan jangan bantah gue!" Kata Herin.

Siyeon mengangguk. Lalu menutup pintu kamarnya setelah Herin pergi.

Ting.

Jeno
gue nitip coklat dimang doni buat lo. Dimakan ya. (1)

Siyeon melempar ponselnya keranjang lagi. Ia terduduk diatas karpet merah kamarnya.

Mulai menangis.

Siapa yang bilang bahwa dia baik-baik saja? Dia tetap sakit karena keputusannya sendiri. Namun ia juga kasihan dan merasa bersalah dengan kak Shuhua juga Jinsol

"Harusnya gue nolak." Kata Siyeon sambil terisak.

Mbok Tika membuka pintu dan memasukkan kepalanya. Segera Siyeon menghapus air mata yang menggenang.

"non kenapa?" Tanya Mbok Tika.

"ngga. Tadi nonton film sampe nangis, mbok. Ada apa?" Elak Siyeon

"ada yang nitipin coklat buat non. Den Jeno. Lagi berantem ya non?" Tanyanya.

Siyeon tersenyum kecut. Mengatakan pada mbok Tika agar menyimpan coklat itu saja.

"mau mbok bikin apa gitu non?"

"nggak mbok. Siyeon mau packing."

Mbok Tika mengangguk dan membawa coklat itu keluar.

Siyeon beralih meraih ponselnya lagi. Mematikan ponselnya. Berbaring dan berangsur menuju mimpi yang membujuknya untuk berkunjung.

Ia bermimpi bertemu dengan Irene yang tengah bermain dengan seorang gadis kecil dihadapannya.

"dia siapa bun?" Tanya Siyeon dalam mimpinya.

"dia? Sayang, kenalkan. Ini kakakmu, kak Siyeon." Ucap Irene.

Kening Siyeon mengerut. Ia tak mengerti. Sedang gadis dihadapan ibunya berangsur mendekati Siyeon.

"kak Siyeon." Sapa gadis kecil itu.

"dia Jiheon. Anak angkat ayah sama bunda."

Mata Siyeon membelalak dan terbangun.

Mata Siyeon membelalak dan terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aimer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang