Suasana meja makan sedikit canggung. 3 orang dewasa yang saling berhadapan. Juga Siyeon dan Jiheon yang tak saling membuka suara. Hingga Suho berdeham.
Irene beranjak. Ingin menyiapkan makanan namun bersamaan dengan Seohyun yang juga bangun dari kursinya.
"mba aja."
"ngga. Seohyun aja."
Siyeon mendengus. Menatap dua wanita itu lalu mengambil piring Papanya. Ia yang akan menyiapkan makanan.
"makasih sayang."
"ya, Pa."
"Makasih, yeon." ㅡirene
"terima kasih, Siyeon." ㅡseohyun
Siyeon hanya membalas dengan senyuman. Menyerahkan piring Jiheon yang sudah diisi nasi. Juga piringnya.
"selamat makan."
Mereka mengangguk. Menikmati masakan mbok Tika yang menatap dari ujung dapur. Ia berharap semua yang terbaik.
Suho kembali berdehem. Menarik perhatian mereka semua.
"tadi papa sudah berdiskusi dengan mama kalian." Ucap Suho.
"Saya dan mas Suho akan berpisah." ㅡSeohyun
"ma?" Tanya Jiheon.
"Jiheon bisa memilih. Ingin tinggal bersama Mama kamu. Atau papa." Kata Irene.
Seohyun meraih tangan putrinya. Air matnya menitih. Membuat Jiheon tak tega dan membalas genggaman Seohyun.
"tinggalah bersama Papa, jav. Mereka akan menjaga Jiheon lebih baik dari Mama." Ucap mamanya.
"tapi ma?"
Wajah Seohyun terangkat. Ia sadar betul. Tidak akan pernah ada kata adil dalam poligami. Tetap ada yang terluka.
"Jiheon denger mama, ya? Mama bukan mau pisah sama Jiheon. Mama ngerasa, kalo Jiheon disini. Jiheon akan dididik lebih baik dibandingkan Jiheon bersama Mama di Surabaya. Boleh Jiheon pulang kerumah mama. Mama gabakal nolak Jiheon. Mama sayang Jiheon lebih dari yang Jiheon pikirin. Mama terlalu egois selama ini dan hanya memikirkan diri mama. Jiheon bilang mau punya saudara, kan? Disini ada Siyeon. Mama yakin tante Irene akan jaga Jiheon." Jelas Seohyun.
Jiheon hanya mengangguk tanpa bisa berkata apapun.
"maafin Seohyun untuk semua yang pernah Seohyun lakuin, mba, mas. Tante Seo minta maaf ya, yeon." Siyeon beranjak. Menuju kursi Seohyun disebrang meja. Sebuah pelukan ia berikan kepada Seohyun.
"maafin Siyeon juga ya, Ma. Selalu kurang ajar selama ini." Ucapnya.
Suho dan Irene membiaskan senyum atas hal ini. Semuanya pelajaran bagi hidup mereka kedepannya.
°°°
Ponsel diatas ranjang berdering dengan kencang. Menarik perhatian Siyeon daripada Buku kimia didepannya walau ia sudah mencoba untuk mengabaikan.
Jeno's Calling
"apa?"
"Assalamu'alaikum."
"Eh. Wa'alaikumsalam, kenapa?"
"Ini yang bicara rindu, yeon. Bukan Jeno."
"Rindu?"
"Rindu denganmu. Eaaa."
"Najis hahaha."
"Jangan ketawa!"
"Kenapa? Gak ada larangan kok."
"Gue larang lo ketawa dan larang bikin gue tambah gila denger tawa lo."
"Kenapa sih?"
"Lebih cantik dari milea, walau lebih cempreng."
"Bgst gagal ngefly."
"Untung dilan 1990 ya?"
"Kenapa emang?"
"kalo 2018. dia pasti suka sama lo, hehehehe."
Siyeon ikut terkekeh geli. Namun hanya sebentar sebelum nada Jeno kembali kaku.
"nyokap gimana?"
"rujuk."
"Jiheon?"
"lo suka ya sama jiheon? Dari sore nanyain dia mulu perasaan?"
"lo cemburu ya sama jiheon? Dari sore sensian mulu?"
Lalu keduanya hening. Siyeon hanya mengamati jendela kamarnya yang menampilkan balkon dingin.
Ia beranjak. Mendekat."dia itu sayang sama lo! Dia kemarin pas minta dijemput sempet cerita ke gua betapa pengennya dia punya sodara."
"mama seo juga bilang gitu."
Siyeon melambai saat melihat Jihoon tengah membaca buku tebal dibalkon. Menghadap kearahnya.
"kak jaf!" Sapa Siyeon.
"sapa oy?"
"Yeon!" Sapa Jihoon balik.
Lalu keduanya saling memandang dan hanya diam.
"Yeon! Siapa?"
"weekend joging bareng?" Tanya Jihoon.
Siyeon ikut berteriak. Mengatakan bahwa ia bersedia.
"eh sianjir. Siapa hoy?"
"Brisik lo. Untuk sayang."
Jeno hanya mendengus geli mendengar balasan Siyeon. Tangannya mengangkat foto Siyeon dengannya saat ulang tahun SMA bulan lalu.
"kak? Hoy!"
"hmmm?"
"gue tutup ya telponnya kalo lo cuma diem."
"abis lo asik sama yang lain sih!"
"cemburu bilang."
"bilang"
Lalu mereka kembali tertawa. Menghiasi indahnya malam dengan suka setelah duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
aimer.
Fanfiction𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝 ㅡ 𝐣𝐞𝐧𝐨 𝐟𝐭. 𝐱𝐢𝐲𝐞𝐨𝐧 🌼 ❝In the dark, i can see your light.❞ ©deyleeas, 2018