[39] Jihoon

2.7K 359 1
                                    

Senyum cerahnya memulai hari pagi ini. Ia menghampiri Jihoon yang sudah menunggu diteras.

"Bun. Siyeon jogging sama kak Jihoon." pamit Siyeon.

Lalu keduanya mulai jogging setelah keluar dari gerbang rumah Siyeon. Hanya memutari komplek beberapa kali sebelum Siyeon mengeluh bahwa ia telah lelah.

"masa udah capek sih? Baru berapa puteran?" Tanya Jihoon.

"6. Satu puteran hampir setengah kilo." Keluh Siyeon.

Jihoon terkekeh. Tangannya terjulur untuk mengacak rambut Siyeon. Lalu keduanya duduk dibangku taman komplek.

"Tante iren udah sehat?" Tanya Jihoon.

Siyeon mengangguk. Mengatur napasnya yang terengah.

"sekolah gimana yeon? Sekarang kelas berapa?"

"yagitu lah kak. Kelas sebelas."

"belajar yang rajin. Jangan pacaran mulu."

"emang kak Jaf tau Siyeon pacaran?" Tanya Siyeon.

Jihoon mengangguk dan tersenyum tipis.

"stalker." Cibir Siyeon lalu keduanya tertawa.

Satu tangan Siyeon diraih Jihoon ㅡmahasiswa kedokteran UIㅡ memijat kecil disela-sela jari.

"hahaha... Enak kak. Nanti kak jaf buka bisnis pijet. Siyeon dikasirnya."

Jihoon terkekeh dan menarik hidung Siyeon gemas.

"dia baik?" Tanya Jihoon.

"siapa?"

"pacar siyeon."

"baik kok kak. Hehe.. Pinter biologi kayak kak jaf."

"waaahhh... Berarti kak jaf bisa jadi pacar siyeon juga dong kalo gitu."

"hahahah.... Bisa diperhitungkan."

"Siyeon tau kak Jaf suka sama Siyeon kan?" Tanya Jihoon.

Siyeon menggeleng lemah. Ia melepaskan tangannya.

"awalnya kak jaf pikir itu rasa suka sama lawan jenis. Tapi sekarang kak jaf pikir itu rasa sayangnya kak jaf ke siyeon sebagai kakak ke adeknya." Ucap Jihoon.

"maafin siyeon ya kak."

Jihoon menggeleng.

"Siyeon ga salah. Ga ada yang salah. Mulai sekarang. Kalo siyeon minta tolong sama kak jaf, jangan sungkan buat bilang. Sekalipun itu cuma nganterin ke warung bu Dasom." Ucapnya.

Siyeon terkekeh pelan mendengar ucapan pria dewasa didepannya itu.

"itu mah siyeon bisa sendiri."

"kakak anter kemanapun asal jangan siyeon minta kakak buat anterin pacaran. Jadi obat nyamuk tuh ga enak."

Siyeon kembali tertawa. Sedikit lebih kencang.

"pulang sekarang? Kamu kayaknya capek bgt." Ajak Jihoon.

"haha.. Iya."

"ayok."

Mobil putih yang teramat familier bagi gadis yang tengah duduk diteras itu masuk kedalam area rumah Siyeon.

Jeno keluar setelah mematikan mesin mobil. Menghampiri Siyeon yang masih melihat kearahnya. Duduk diteras Siyeon.

"lo mau ngapain?" Tanya Siyeon.

"jalan."

"yaudah. Kenapa duduk kalo mau jalan?"

Jeno memutar bola matanya kesal. Gadis itu. Polos atau tidak paham dengan dirinya? Pacar loh.

"sana mau jalan kan?" Tanya Siyeon.

"yaudah iya. Yang abis diojekin mas mas grab mah beda ya, yang?"

"hahaha... Enteng bener tuh mulut manggil gue yang."

"ga mau yaudah." Ia beranjak. Namun ujung jaket jeansnya ditahan oleh Siyeon. Memintanya untuk duduk kembali.

Jeno hanya menuruti.

"kak?"

Siyeon menyelipkan tangannya kedalam lengan Jeno. Menyatukan tangan mereka.

"eh? Apa?" Percayalah Jeno menahan napasnya beberapa detik lalu. Sebelum mengusap jari gadis bercepol acak disampingnya itu.

"tadi gue ditembak." Ucapnya.

"lo tolak kan?" Tanya Jeno.

Siyeon mengangguk. Menatap Jeno takut. Namun Jeno tersenyum.

"gue tau kok. Banyak yang suka sama lo. Tapi lo punya gue. Ga boleh ada yang ambil."

"sa ae lo, nyet. Terbang gue."

Jeno terkekeh pelan. Ibu jarinya masih mengusap jari Siyeon. Gadis itu meletakkan kepala dibahu Jeno. Manja.

"kok lo bisa suka sama gue sih kak? Secara kak Shua lebih cantik ye kan? Pinter dah tuh. Jinsol juga sampe luar negeri. B. Inggrisnya jago pasti." Tanya Siyeon.

"lo bule, yeon!" Dengus Jeno.

"eh? Hehe... Jawab kenapa?"

"gue juga ga tau kenapa. Liat lo seneng. Gue ikut seneng. Liat lo ketawa sama Herin. Gue bisa lupa sama semua beban. Ga liat lo disekolah. Gue bisa uring-uringan." Jelasnya.

"anjir stalker ngaku juga akhirnya?!"

"gue tau elo udah lama. Mau kenalan tapi selalu ga sempet karena Shuhua. Gue juga ga mau nyakitin banyak orang."

"gue ga pernah mikir status bohongan kita malah jadi kayak gini, kak."

"gue seneng kita kayak gini. Lo seneng?"

"B aja sih. Bentar. Gue ganti baju dulu. Katanya mau jalan."

Siyeon beranjak. Berjalan terburu-buru menuju pintu rumah. Jeno hanya menggeleng tak habis pikir dengan gadis yang mampu meluluhkannya.

aimer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang