Siyeon keluar dari mobil begitu sampai diparkiran rumah sakit. Mengabaikan Hilal yang masih duduk dibelakang kemudi.
Langkahnya kearah ruangan bunda yang penuh dengan orang. Siyeon melipir dan masuk kedalam ruangan setelah mengatakan bahwa ia anak dari Irene Kailani.
"bunda kenapa dok?"
Siyeon mengamati Irene yang tertidur lemah. Wajahnya semakin pucat. Sama seperti wajah dokter yang berdiri disamping ranjang ibunya.
"maafkan kami nak. Dosis yang diberikan kepada ibumu terlalu tinggi."
"BAGAIMANA BISA?" Bentak Siyeon.
"kami sangat minta maaf. Sebenarnya itu untuk pasien dikamar lain yang jam periksanya sama dengan nyonya Irene Kailani. Kami sangat minta maaf."
Kemudian ruangan itu menyisakan Siyeon dan Irene. Siyeon mulai terisak untuk kesekian kalinya. Tangannya menggenggam jemari Irene yang memucat.
"lo mau tinggal disini atau pulang bareng gue?" Tanya Hilal.
Siyeon diam. Kemudian Hilal keluar dari ruangan. Membiarkan Siyeon sendiri.
"Bun."
"Bunda."
"cepet sehat ya. Siyeon rindu bunda."Siyeon membuka tas toska nya. Meraih sebuah kertas dan menuliskan note diatas lembar kertas itu.
Bunda, bunda rindu Siyeon bukan? Siyeon juga rindu bun. Bunda cepet sehat ya. Tadi Siyeon kesini tapi bunda sedang tidur. Bunda harus rajin terapi dengan dokter! Insha Allah, akhir Minggu ini Siyeon kesini buat ketemu bunda. Tapi bunda harus sehat okay? Kita liat langit pagi bersama. Siyeon janji.
-Siyeon sayang bunda-
Ia meletakkannya diatas nakas disamping ranjang ibunya. Mengecup dan membelai anak rambut dipelipis sang ibu.
"Siyeon pulang Bun."
Langit sudah senja. Rasa khawatirnya akan keadaan masih belum padam. Langkahnya keluar, menemukan Hilal disana. Sungguh, Siyeon terkejut.
"kok masih disini kak?"
"udah bisa pulang? Gue harus mandi."
"lah yang larang lo pulang siapa?"
"gausah banyak tanya. Sekarang bisa pulang?"
"lo duluan aja. Gue masih mau ketemu dokter."
"dokter udah minta maaf. Lagi pula mama lo itu syok karena dosis dan syukurnya ga sampai over."
Siyeon diam. Ia melirik bundanya yang masih terlelap dalam tidur.
"dokter juga manusia dek. Dia juga bisa salah. Yok pulang." Ajak Hilal.
♥♥♥
Terima kasih bila kalian ingin mengatakan kepada Jeno bahwa Siyeon bersama pria lain. Terima kasih. Tapi ia juga bisa melihatnya sendiri. Gadis nya. Keluar dari sebuah mobil hitam yang kemudian melaju bergitu saja setelah mengantarkan Siyeon.
Iya, Jeno juga ingin menghampiri Siyeon. Namun ia tak bisa. Entahlah Jeno seolah merasa memergoki pacarnya yang tengah berselingkuh.
Jeno tahu. Itu mobil salah satu siswa Cahaya satu angkatannya. Hanya tahu, kenal dan tidak dekat. Hilal Hyunjin bukan?
Jemo memilih melaju dan menjauh dari rumah Siyeon. Sudah dua jam ia menunggu disana.
Ponsel Jeno berbunyi, tanda telfon.
Jeno menepi, meraih ponsel. Tante Tiffany, ibu Shuhua.
"ya tan?"
"maaf tan. Tapi Jeno sudah tidak bisa menjaga Shuhua. bukan karena apapun tan. Jenoㅡ Hanya tidak bisa lagi."
Sebisa mungkin Jeno menutupi fakta yang tadi ia ucapkan secara keras dihadapan Shuhua.
"gimana gue mau jagain lo kalo lo selalu kelayapan entah kemana dengan alasan nama gue?"
"sorry Jen. Tapi aku mohon. Jangan pergi."
"gue juga pengennya gitu Shuhua. Tapi gue pikir lo udah dapet yang lain, gue tau. Dan ya tolong stop bawa pergi Seoyeon dengan nama Jaemin." Kata Jeno.
Shuhua masih menggenangkan air mata.
"terakhir gue tegesin sama lo. Kita udah putus. Dan gur harap lo ngga ngusik hidup gue terutama Siyeon karena dia ga ada salah apapun." Tegas Jeno.
Jeno mengusap rambut Shuhua sejenak.
"seharusnya dari awal kita ngga gini Shuhua. Rasa yang lo bilang itu cuma kebutuhan lo akan sandaran. Dan rasa yang selalu gue utamakan itu nyatanya hanya rasa simpati."
Wanita disebrang sambungan mendesah pelan. Lalu mengakhiri sambungan dengan ucapan terima kasih karena pria itu sudah mau membantunya menjaga Shuhua.
Jeno menghampiri angkiran Koh Kun. Memesan es jeruk dan memandang ponselnya hampa.
Jeno
lo dari mana? Kenapa ngga ngabarin gue?Jeno mendesis dan mengalihkan perhatian kearah es jeruk yang disodorkan Justin.
"lo kenapa Jen? Tumbenan sore kesini?" Tanya Koh Kun.
"ngga Koh."
"tempo hari si Jaemin bawa cewek kesini. Tapi bukan adek lo. kata Jaemin itu cewek lo. Hahaㅡ Cantik juga."
Jeno hampir tersedak es jeruk yang ia kecap. Lalu Mengangguk ragu.
♥♥♥
Tak ada satupun dari mereka yang mengirim pesan setidaknya mengabarkan bahwa ia baik-baik saja.
Jeno terlalu kesal pada Siyeon untuk melakukan itu. Dan Siyeon teramat kecewa dengan Jeno karena kejadian sore ini. Wajahnya tersembunyi dibalik bantal. Ranjang disampingnya juga bergerak, Jiheon.
"keluar Jiheon!"
Si cantik berwajah manis itu tak bisa mendengar ucapan kakak tirinya yang bergumam dibalik bantal. Suaranya terdengar seperti dengungan lebah yang sering Jiheon temui dulu di surabaya.
"kak."
"kak Jeno ngga nelpon lo lagi ya?" Tanya Jiheon."hmmm."
Jiheon menggigit bawah bibirnya. Ia tahu tentang tante Irene siang tadi. Namun ia tak berani karena Seohyun yang melarangnya pergi.
"kak."
"apaan sih? Ribut banget."
Siyeon membalikkan badannya menghadap langit-langit kamar yang berwarna biru dan terdapat gambar awan-awan putih bertebaran.
"jangan sedih! Gue juga sedih." Ucap Jiheon.
Siyeon melotot melihat Jiheon yang memeluknya secara tiba-tiba. Kemudian ia melepaskan dan pergi kekamar mandi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
aimer.
Fanfiction𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝 ㅡ 𝐣𝐞𝐧𝐨 𝐟𝐭. 𝐱𝐢𝐲𝐞𝐨𝐧 🌼 ❝In the dark, i can see your light.❞ ©deyleeas, 2018