[16] Herin dan Mark

3.5K 476 7
                                    

Terlepas dari semua pertikaian pagi tadi yang disebabkan oleh Shuhua.

SMA Cahaya tetap mengadakan pesta hari ulang tahunnya.

Siyeon masih duduk dibangkunya sedang Herin berdiri diluar kelas yang menghadap sekolah. Planing hari ini adalah colour dance sekolah.

Ting.

Jeno
kekantin.

Mata Siyeon menyipit. Ia tak mengerti dengan pria yang menyandang status pacarnya selama hampir 3 minggu ini. Selalu bersikap dingin setelah melakukan hal yang bisa dianggap manis.

"Dia emang aneh." Gumamnya.

Ting.

Mark
kantin ndut.

Siyeon menepuk keningnya.

Hari ini akan terjadi tragedi penembakan yang dilakukan kakak kelas bulenya.

Siyeon beranjak.

Menghampiri Herin dan berkata ingin ke toilet agar gadis itu tidak khawatir terhadap dirinya.

Pukul 9.24 AM

Kantin bisa dibilang sepi karena para siswa memenuhi lapangan dan mengunjungi stan-stan disana.

"Hello Queen!" Sambut Haechan.

"Udah nangisnya? Tadi Jeno mau peluk padahal." Ledek Jaemin.

"Gak!" Bantah Jeno.

Mereka terkekeh.

Siyeon duduk dibangku kosong. Berhadapan dengan Jeno.

"Yang mantannya kejam bisa apa ya kak?!" Sindirnya.

"Shut up, Siyeon!" Pelotot Jeno.

"Udah. Sekarang kita bagi tugas. Lo yeon ajak Herin ke ruang musik. Biar kita selesain sisanya." Perintah Mark.

Siyeon mengangguk. Lalu meraih es jeruk dihadapan Jeno.

"Bagi minumnya."

Lalu gadis itu pergi begitu saja. Ia takut Herin curiga karena pergi terlalu lama.

Sedang Jeno mengamati sedotan yang tadi menempel dibibir Siyeon dengan frustasi.

"Wuih." Girang Haechan.

"Cipokan tidak langsung. Rindu Seoyeon." Ucap Jaemin.

"Kayak gini aja rindu. Kalo ada yang bening Seoyeon dilupain." Sindir Renjun.

"Herin sabar ya." Ucap Mark.

"Minum gue." Nada Jeno terdengar begitu lemah. Ia tak kuat bila berurusan dengan hal serius yang manis dengan Siyeon.

Ia suka menggoda Siyeon karena gadis itu terlihat lucu saat marah. Namun bila hal semacam ini. Bisa tolongin kameranya dimana? Ia ingin melambai.

"Gue nyerah!" Ucap Jeno lalu beranjak dan menuju ruang musik dan menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk penembakan itu.

"Kuatin iman lo Jen. Gue pernah." Ucap Haechan.

Jeno menghentikan gerakannya yang tengah mengecek suara piano yang akan digunakan Mark.

"Sama adik gue?! Yak!" Ucapnya.

"Nasih belum direstuin ternyata." Jaemin Terkekeh.

♥♥♥

Dentuman musik begitu keras dari lapangan.

Sebuah panggung yang disewa para pengurus osis sudah berdiri tegak sedati sore.

aimer.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang