Bbyo.

13.8K 930 60
                                    

Sebagai suami siaga, Seungcheol selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan Jeonghan dan calon anak mereka yang belum diberi nama.

Memang sudah ada beberapa nama yang mereka sematkan untuk calon anak pertama mereka, tapi belum final.

Jeonghan kini cemberut ketika Jonghyun - Ibunda Seungcheol - memberikan nama sementara untuk bayi mereka, reongi ( 렁이 = cacing ). memangnya anak mereka cacing? Walaupun Jeonghan mengeluh kalau anak mereka banyak sekali bergerak di dalam perutnya bukan berarti anak mereka seperti cacing.

"Kak, kasih tau bunda dong jangan panggil reongi lagi." Jeonghan bersidekap di sebelah Seungcheol, suaminya hanya terkik geli melihat tingkah istrinya.

"Suruh panggil bbyo aja kak, jangan reongi ."

Jeonghan menatap Seungcheol dengan memelas.

"Iya iya nanti kaka kasih tau Bunda buat manggil bbyo." Seungcheol mendekatkan wajahnya pada kening Jeonghan guna mencium orang yang paling ia sayangi di dunia ini. Walaupun akhirnya nanti sayangnya dibagi dua dengan bbyo.

"Bbyo~ liat mommy-nya cemberut kaya gitu tuh." Seungcheol mencium perut Jeonghan, sesekali ia mengusap perut besar itu. Dan Seungcheol terkekeh geli ketika bayi di dalam perut Jeonghan merespon dengan tendangan halus yang berhasil membuat Jeonghan terkesiap. Tidak sakit hanya cukup ngilu.

"Kak! Bantuin itu di belakang belum beres." Seungcheol meringis ketika sendok sayur mengenai kepalanya, siapa lagi kalau bukan Bunda-nya yang super sibuk dengan Mamih Jeonghan. Mondar-mandir kesana kemari.

"Iya iya ini mau bantuin." Seungcheol mengedikan bahunya, ia kembali menatap Jeonghan dengan usil dan dalam sejekap mencuri ciuman dari bibir sang istri.

"Dadah bbyo bbyo, daddy bantuin grandma sama grandpa dulu ya." Dan satu lagi ciuman mendarat di perut Jeonghan sebelum calon ayah itu pergi ke taman belakang rumah.

Kali ini, Jeonghan berada di Seodaemun rumah kedua orang tuanya, untuk melakukan tradisi penyambutan calon bayi mereka yang akan lahir dalam 1 bulan kedepan. Jeonghan jadi semangat sendiri karna ia tidak sabar untuk bertemu bbyo.

"Gimana?" Kali ini Jisoo datang dan duduk secara tiba-tiba di sebelahnya, dengan Chan yang tidur di gendongannya.

"Gimana apa?" Tanya Jeonghan, tangannya mengusap perut bundarnya.

"Kata mamih, katanya mimpi?" Jisoo kini menatap kembarannya dengan excited.

Jeonghan mengedikan bahunya, "ngga yakin juga sih apa yang ada di mimpi, tapi kayanya biru."

"Biru? Bagus! Chan jadi ada temen main nanti." Jisoo tersenyum lebar, walaupun mimpi tidak selalu benar tapi menurut kepercayaan apabila sang ibu bermimpi tentang jenis kelamin anaknya, maka hampir 80% itu adalah anak mereka.

"Sekarang tinggal Seungcheol ya?" Ujar Jisoo, ia ingat bagaimana dulu Seokmin bermimpi soal jenis kelamin anak mereka.

"Seungcheol juga biru." Jawab Jeonghan.

"Loh? Kalau gitu udah pasti laki-laki dong? Nah berarti minggu depan kita belanja barang anak laki-laki." Jisoo tersenyum lebar, menurut Jeonghan itu senyuman bodoh.

"Ada barangnya Chan, nanti pinjem aja deh, gimana?" Jeonghan menatap Jisoo yang lahir hanya 2 menit lebih awal darinya dan dia tidak mengerti kenapa Jisoo harus jadi kakanya, hanya karna lahir lebih dulu. Seharusnya dulu Jeonghan menahan Jisoo di dalam perut Jaejoong dan ia lahir duluan.

"Buat anak sendiri kenapa sih pelit banget? Heran deh." Kali ini Jisoo yang cemberut, mendapatkan decihan dari Jeonghan.

"Sama sodara sendiri pelit, heran." Jeonghan kembali bersidekap karna Jisoo.

Jeongcheol + Jihoonie. | #wattys2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang