"Kak, ayo pelan-pelan."
|
|
880510jc
PresentMusim Panas
|
|Jeonghan lebih sering melamun, itu yang Seungcheol perhatikan. Semenjak kejadian 2 bulan lalu, dimana Jeonghan dan Mingyu putus hubungan, disitu pula keduanya renggang.
Bukannya Seungcheol tidak berusaha untuk mendekati Jeonghan, tapi Jeonghan lah yang menutup dirinya.
Tidak ada lagi pulang bersama semenjak Jeonghan tahu kebenaran bahwa rumahnya dan rumah Jeonghan tidak searah, tidak ada lagi makan siang bersama karna Jeonghan memilih makan bersama para Trainer, atau Ten atau Taeyong atau Seungkwan dan nama lainnya yang Seungcheol pun tidak tahu.
Yang membuat Seungcheol rindu, adalah tidak adanya lagi tawa Jeonghan dihari-harinya dan tidak ada lagi ucapan Selamat Malam ketika keduanya selesai bertelfon ria pada malam hari.
Malam itu, Seungcheol tengah sendiri di studio musik. Jam menunjukan pukul 10 malam, tapi ia tidak memiliki niatan untuk beranjak sedikitpun. Di lantainya masih ramai dengan para idol yang berlatih. Terlebih beberapa sedang persiapan comeback, hingga pukul 10 malam terasa seperti pukul 10 pagi.
Seungcheol mengetuk-ngetukan pensil di atas meja, satu tangannya menyanggah beban kepalanya.
Rasanya ia akan meledak beberapa saat lagi, ya. Meledak akan rasa rindu.
"Belum pulang kak?"
"Hmm. Belum." Jawab Seungcheol sekenanya, itu pasti Sungjae. Dia adalah anak magang yang bekerja bersama Seungcheol untuk 4 bulan kedepan.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Seungcheol.
"Itu, jaket ketinggalan hehehe." Sungjae sedikit membungkuk dan mengambil jaket yang tersampir di sofa.
"Bukannya kamu udah pulang daritadi?" Seungcheol kini berbalik, menatap Sungjae.
"Sebenernya aku udah pulang dari tadi, tapi aku balik lagi. Soalnya jemput Kak Jeonghan!"
Sebelum pensil mengenai jidatnya, Sungjae sudah berlari sambil tertawa. Meninggalkan Seungcheol yang gundah gulana.
Sungjae itu sepupunya, dan sialnya gosip tentang Seungcheol yang dijauhi Jeonghan, merebak bagai angin. Sangat cepat sampai di telinga siapapun.
Seungcheol menghela nafas, ia menarik jaket kulit hitamnya dan mengambil kunci motor ducatinya. Sepanjang apapun ia berfikir, ia tidak bisa menemukan jawaban bagaimana meluluhkan Jeonghan.
***
"Hei." Joshua menggenggam tangan Jeonghan, ia menatap sang kembaran dengan perasaan campur aduk.
"Kenapa? Jangan difikirin terus, ada yang lebih baik." Joshua tersenyum, ia mengusap bahu Jeonghan dengan sayang. Keduanya tengah berada di kamar Joshua, dengan Jeonghan yang bergelung dekat dengan sang kakak.
Joshua merindukan Jeonghan yang dulu, berisik, ceria bahkan ia tidak segan-segan untuk bercerita apapun. Tapi kali ini, Jeonghannya hanya terdiam tanpa bercerita apapun. Menyakitkan untuknya.
Sudah beberapa kali Joshua menemukan Jeonghan tertidur sehabis menangis, tidak terbayang sebesar apa luka yang terbuka di hati sang adik yang kini tertidur di sebelahnya. Bahkan setelah 2 bulan itu, Jeonghan masih terlihat sangat sedih. Walaupun tidak menganggu selama pekerjaannya, tetap saja Joshua khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol + Jihoonie. | #wattys2019 [END]
FanfictionCerita kecil, keluarga Choi. Seungcheol + Jeonghan = Jihoonie. Ngga pinter bikin summary, cuman diinget ya. 1. Ceritanya loncat-loncat 2. Most of it One shoot 3. Ini sedikit unsur lokal bxb Mpreg