Sore itu Seungcheol pulang dengan perasaan panik. Jeonghan yang selalu pulang lebih awal karna Jihoon, menelfon-nya dengan suara tangis yang tertahan.
Dengan kewarasan dan kepanikan yang tersisa, Seungcheol memacu mobilnya dengan cepat.
Jeonghan memang mengeluh tidak enak badan, serta selalu mual beberapa hari ini. Ditambah dengan Jihoon yang tengah manja. Membuat Jeonghan sang pemalas bekerja ekstra 2x lipat setiap harinya.
Bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk keluarga, menyiapkan baju kerja Seungcheol, menyuapi Jihoon, memandikan Jihoon dan akhirnya berangkat kerja.
Bayi berusia 15 bulan itu tengah sangat rewel, ditambah lagi kini Jihoon sedang masa tumbuh gigi sehingga ia selalu ingin dekat dengan Jeonghan. Dan akhirnya Jeonghan membawa Jihoon ke kantor, untungnya Taeyong selalu membantu mengawasi Jihoon. Ditambah lagi, Mark sangat menyukai Jihoon bahkan Jaehyun sempat berfikir untuk memberikan Mark adik secepatnya.
"Dek?" Seungcheol masuk kedalam kamar, dilihatnya bahu Jeonghan terguncang sedikit. Ia tahu Jeonghan pasti menahan tangisnya.
"Kenapa hm?" Seungcheol membawa Jeonghan pada pelukannya, mengusap lembut bahu sang istri.
"T-tadi adek bawa Jihoon ke dokter.." Jeonghan menghela nafas, berusaha menetralkan deru nafasnya yang terengah-engah.
"Terus, Jihoon disuntik imunisasi kak... Abis disuntik Jihoon-nya nangis kak.. huweeehh.." Seungcheol tersenyum sedikit, matanya menatap kasur lantai yang tengah ditiduri anak semata wayangnya.
"Terus? Kenapa adek jadi ikut nangis juga?" Seungcheol mengangkat dagu Jeonghan, mengecup bibir sang istri yang terlihat sedikit membengkak. Mungkin efek dari gigitan gigi kelincinya yang secara sadar atau tidak, Jeonghan selalu mengigiti bibirnya saat menahan sesak tangisnya.
"Abisnya kasian Jihoonie, kata dokter abis suntik emang demam kak.. terus Jihoonie tadi rewel.. terus demam.. kan adek jadi takut kak.." Mungkin ini alasan kedua kenapa Seungcheol jatuh cinta pada Jeonghan. Ia sangat menjaga buah hati mereka.
"Kalau kata dokter-nya demam, ya mau gimana lagi? Itu kan sistem imun Jihoon lagi berusaha menyesuaikan, sayang." Seungcheol tersenyum, matanya melirik sang bayi yang tengah terlelap di atas kasurnya dengan handuk yang berada di dahinya.
Jeonghan berusaha menurunkan demam Jihoon dengan cara meng-kompresnya dengan handuk yang kini tersimpan di dahi putra mereka dan sadar atau tidak, saat Seungcheol mengusapkan tangan pada pipi Jeonghan, ia merasakan perbedaan hawa tubuhnya dengan Jeonghan.
"Pusing?" Tanya Seungcheol pada Jeonghan, sudah pasti ia masih khawatir dengan anemia yang di derita Jeonghan. Apalagi Jeonghan sangat mudah lelah.
"Ngga ko." Jeonghan tersenyum kecil, sebelum akhirnya menyandarkan kepalanya pada bahu Seungcheol.
"Kakak mau makan malam sama apa?" Tanya Jeonghan, sadar atau tidak. Ia malah ikut-ikutan manja seperti Jihoon.
"Ngga usah masak, kita delivery aja ya? Besok kan sabtu, jadi besok aja masaknya." Seungcheol merengkuh tubuh Jeonghan pada pelukannya. Biasanya Jeonghan akan berteriak menyuruh Seungcheol mandi setelah pulang dari kantor, tapi sekarang? Bahkan melepaskan pelukan Seungcheol saja ia tidak mau.
Sebut saja Jeonghan menjijikan, karna ia malah merasa ketagihan atas bau tubuh Seungcheol saat pulang kerja. Bau parfume yang samar-samar dan pheromones sang suami yang selalu saja membuat Jeonghan nyaman.
"Kakak ganti baju dulu sebentar." Seungcheol berusaha melepaskan pelukan Jeonghan pada tubuhnya, tapi gagal. Jeonghan malah merengek dan terus memeluk tubuh Seungcheol dengan erat. Seungcheol gemas bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol + Jihoonie. | #wattys2019 [END]
FanfictionCerita kecil, keluarga Choi. Seungcheol + Jeonghan = Jihoonie. Ngga pinter bikin summary, cuman diinget ya. 1. Ceritanya loncat-loncat 2. Most of it One shoot 3. Ini sedikit unsur lokal bxb Mpreg