Siapa yang tidak tahan dengan perut buncit Jeonghan yang mulai terlihat?
Pipi nya yang menjadi gembul, ditambah dengan jalan sang calon ibu yang semakin perlahan-lahan dan sedikit tertatih karna ia takut jatuh, terpeleset dan sebagai macamnya hingga membuat Bayi terluka.
"Dad, mau ini." Jeonghan yang sedang menyandar pada dada Seungcheol menunjuk menu ayam berbumbu madu. Seungcheol dengan gemasnya mengecup pipi gembul Jeonghan.
Seminggu lalu, Jeonghan ditegur oleh Seokmin sebagai dokter kandungan Jeonghan karna ia kekurangan bobot untuk bayi normal 5 bulan dalam kandungan.
Sehingga calon ibu itu bertekad untuk membuat berat bayi normal sebagaimana mestinya.
"Kan tadi sudah makan, sayang." Seungcheol kembali mengusap perut buncit jeonghan dengan perlahan, seolah takut menganggu tidur bayi.
"Tapi daaad, mau ini." Jeonghan merengek, dan Seungcheol mengalah. Diambilnya ponsel yang sejak tadi tergeletak di sampingnya setelah menghubungi Seokmin.
Ia menelfon restoran ayam untuk memesan cemilan tengah malam mereka.
Jeonghan kembali sibuk dengan keripik kentang dalam genggamannya. Ia sedikit bersyukur dikarenakan ia hanya perlu banyak diam dan makan. Setidaknya ia tidak perlu berolahraga untuk menurunkan berat badan, malah ia diharuskan banyak makan.
Bermalasan ditambah makanan di sekitarnya adalah definisi surga dunia untuk Jeonghan.
"Udah naik berapa, beratnya hm?" Tanya Seungcheol, bibirnya menempel pada pelipis Jeonghan. Sesekali memberikan tekanan pada pelipis Jeonghan. Mencium malaikatnya yang masih asik mengunyah sambil menonton film Marvel kesukaannya.
"Sudah 2 kilo, tinggal 1 lagi." Jeonghan menengok dan mencium bibir Seungcheol sekilas. Yang dicium hanya tersenyum bodoh.
Selesai sudah siksaan Seungcheol selama 3 bulan dimasa trisemester awal kehamilan Jeonghan.
Bangun ditengah malam karna Jeonghan merengek mual tiba-tiba, hilangnya nafsu makan sehingga mau tidak mau Seungcheol memboyong Jeonghan untuk pulang ke ssamseong-dong karna hanya masakan Jonghyun yang ia mau makan, selesai sudah moody Jeonghan yang sangat berimbas pada Seungcheol dan juga Seungkwan sebagai pelampiasan segala kekesalan-nya kepada para anak didik.
Kini Seungcheol hanya menghadapi masalah Jeonghan yang banyak makan, tidak ada yang masalah dengan itu. Dan Jeonghan sekarang sudah bisa mandiri, ia bisa pergi kemanapun yang ia mau karna ia sudah tidak merasa pusing terhadap bau-bau tertentu. Seungcheol tenang dan Jeonghan bahagia.
"Udah makan sayur belum?" tanya Seungcheol lagi, dan Jeonghan tidak menjawab. Ia terlelap.
"Tadi katanya mau makan ayam, malah tidur." Seungcheol menghela nafas dan dengan perlahan Seungcheol menggendong Jeonghan kedalam dekapannya dan dengan sedikit erangan karna pinggangnya terasa akan copot, Seungcheol berjalan menuju kamarnya dan menidurkan Jeonghan di atas kasur.
Seungcheol menghela nafas setelahnya dan meregangkan tubuhnya yang tiba-tiba terasa sakit.***
Kehamilan anak kedua memang cukup merepotkan untuk Seungcheol, apalagi ketika midnight snack yang Jeonghan inginkan.
Untungnya Jihoon bisa diajak kompromi dengan tidak susah tidur, sehingga Seungcheol yang setiap malam bertugas menemani Jihoon tidur sebisa mungkin memenuhi apa yang Jeonghan inginkan.
Seungcheol baru kembali pukul 12 malam, hari itu ia sudah meminta izin untuk lembur karna harus ada pekerjaan yang ia selesaikan sebelumnya. Ditambah lagi banyaknya lagu yang harus ia selesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol + Jihoonie. | #wattys2019 [END]
FanfictionCerita kecil, keluarga Choi. Seungcheol + Jeonghan = Jihoonie. Ngga pinter bikin summary, cuman diinget ya. 1. Ceritanya loncat-loncat 2. Most of it One shoot 3. Ini sedikit unsur lokal bxb Mpreg