"Kak."
"Kak Jeonghan."
"Jeonghan? Mau pulang ngga?
"Hei?!"
"Hah?"
"Tuhkan ngelamun lagi, ayo pulang udah jam 8. Kasihan Jihoon."
Mataku melirik seorang anak lelaki di atas sofa, tengah tertidur tertutupi selimut bergambar Iron Man kesukannya. Tubuh kecilnya meringkuk.
"Ada Seungcheol di depan." Taeyong berbisik sebelum akhirnya keluar dari ruanganku.
Aku memutar kursi dan menatap pemandangan kota Seoul yang seolah tidak pernah mati. Aku menghela nafas, lelah.
"Kak, ayo bangun. Kita pulang." Aku membereskan seluruh file yang sebelumnya berserakan di atas meja-ku. Aku mendial nomor orang yang selalu kurepotkan selama 1 minggu ini.
Joshua, kembaranku yang selalu setia mengantar jemput. Mamih ga ijinin aku bawa mobil. Jadi terpaksa Joshua sama Seokmin gantian ngantar sama jemput. Terkadang supir juga. Tapi lebih sering Seokmin karna rumah sakit tempatnya bekerja satu arah dengan kantor.
"Kakak." Aku berjongkok di samping sofa, mengusap rambut hitam Jihoon yang tertidur lelap.
"Ayo, Shua samcheon sudah di depan." Aku mengusap pipinya, dan kedua mata hitamnya terbuka.
"Daddy?"
"Daddy sudah pulang, sekarang waktunya kita yang pulang." Aku tersenyum, dan Jihoon bangun dari posisinya untuk duduk. Ia mengusap matanya pelan dan menguap sedikit.
Rambutnya berantakan, mencuat kemana-mana. Pipinya tambah tembam, katanya ia mau jadi kuat untuk jagain adik bayi dan aku.
Gemas.
"Mommeh, pulang kemanah?" Tanyanya lagi, kini jagoan ku sedang memakai sepatu dan jaketnya sendiri. Jihoon lebih mandiri sekarang.
"Ke rumah oma Jjongie." Aku berkata, menutup tirai jendela di ruanganku.
"Ngga pulang ke rumah daddy?" Jihoon mengerjapkan matanya, tas nya sudah berada di punggungnya.
"Nanti ya." Aku tersenyum lesu, menggedong Jihoon yang kini beratnya sudah bukan main-main. Aku bahkan mulai khawatir setiap Jihoon minta gendong, khawatir akan kandunganku.
Kami berdua keluar dari ruangan, dan mataku menatap Seungcheol yang terlelap di sofa ruang tunggu. Aku memeluk erat Jihoon dan menyembunyikan wajahnya di dadaku. Berharap anak kecil ini tidak penasaran dan berakhir mengintip lalu menemukan Seungcheol dan akhirnya akan merengek turun dari gendongan.
Jihoon rindu pada Seungcheol.
Aku berjalan dengan cepat, berusaha menghindari Seungcheol yang bisa kapan saja terbangun dari tidurnya.
"Daddy!" Jihoon berteriak saat pintu lift tertutup, Jihoon berbalik dari dekapanku dan mata kami bertatapan sebelum akhirnya pintu lift tertutup meninggalkan Seungcheol yang terperangah.
Aku tidak melarang Jihoon bertemu dengan Seungcheol, mereka selalu makan siang bersama. Bahkan saat weekend aku akan menginap di rumah agar Jihoon bisa bermain dengan Seungcheol.
Kami terdengar seperti pasangan yang akan bercerai. Tapi tidak atau... Kami tidak tahu.
Jihoon menatapku dengan wajah murung, ia rindu Seungcheol. Akupun sama, tapi setengah hatiku masih belum bisa memaafkan apa yang Seungcheol lakukan tempo hari.
Aku memegang keningku, akhir-akhir ini aku gampang sekali pusing.
"Han." Joshua sudah berada di depan kantor, dan aku langsung masuk kedalam mobil. Ketika mobil mulai jalan, aku melihat Seungcheol berdiri di kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongcheol + Jihoonie. | #wattys2019 [END]
FanfictionCerita kecil, keluarga Choi. Seungcheol + Jeonghan = Jihoonie. Ngga pinter bikin summary, cuman diinget ya. 1. Ceritanya loncat-loncat 2. Most of it One shoot 3. Ini sedikit unsur lokal bxb Mpreg