"Eh Mina mau kemana?" Mina yang merasa dipanggil langsung menoleh dan mendapati Rose, teman sekostnya sekaligus teman baiknya.
"Mau ke warung padang depan Ce, mau nitip gak?" tawar Mina dan Rose menggelengkan kepalanya.
"Malem-malem makan masakan padang. Gak deh, hati-hati ya." kata Rose dan Mina mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.
"Kak ayam satu ya bungkus, yang paha aja." kata Mina begitu sampai di warung padang.
Setelah memesan Mina duduk disalah satu kursi. Mina memainkan hp nya sambil menunggu pesanannya.
"Kakak" Mina yang semula asik membalas chat dari temannya langsung masukkan hpnya ke kantong hodie yang dia pakai begitu ada anak kecil berumur sekitar tiga tahunan yang menghampirinya dan memanggilkanya kakak.
"Haloo." sapa Mina ramah kemudian beranjak dari tempatnya duduk lalu berjongkok di depan anak kecil itu untuk menyamakan tinggi mereka.
Mina memang tipekal orang yang sangat suka pada anak kecil."Ini kakaknya Alin ya." kata anak kecil yang menyebut dirinya Alin itu.
"Namanya Alin ya. Lucu banget kamu." kata Mina sambil mencubit pipi Alin.
"Alin rumahnya di mana?""Alin lumahna di sana, jauh." celoteh Alin dan membuat Mina makin gemas pada anak kecil itu.
"Alina, ayok pulang." Alin dan Mina menoleh begitu ada yang memanggil Alin.
"Itu siapa, Lin?"
"Itu om alin." Mina mengangguk.
"Mbak ini pesanannya."
"Alin ke om dulu ya, kakak mau bayar dulu."
Setelah membayar, Mina berniat langsung pulang ke kost karena ia juga sudah tidak melihat Alin lagi, mungkin sudah pulang.
"Kakak Alin." suara cempreng anak kecil membuat Mina menghentikan langkahnya.
"Kakak Alin mau pulang." seru Alin lagi dan bikin Mina ketawa.
"Yaudah Alin hati-hati yaa, dadah."
"Alinnya doang nih yang dihati-hatiin? Om nya gak?" Mina mendongkak untuk melihat orang yang mengaku sebagai Om Alin itu, memang sejak tadi Mina belum melihat rupa dari om Alin itu yang ternyata seniornya sendiri.
"Di dunia ini kayak gak ada orang lain aja sampe gue ketemunya lo lagi lo lagi. Kak Daniel"
"Mungkin itu emang udah kode kalau kita itu emang udah ditakdirin." Daniel ketawa.
"Lagian ya, lo tuh belum ada setengah jam kenal sama Alin udah akrab tapi sama gue? Udah dua bulan inj gue ngejar-ngejar lo tapi lo masih aja judes sama gue." lanjut Daniel lagi.Mina memutar bola matanya malas. "Suruh siapa emang ngejar-ngejar gue? Emang gue buronan apa."
"Iya lo buronan, buronan spesial Daniel. Suruh siapa lo susah banget dideketin terus gak ngasih gue kesempatan sampe gue harus ngejar lo kayak gini." Daniel memasang wajah melasnya. Memang sudah terhitung dua bulan Daniel mengejar-ngejar Mina tapi bukan untuk jadi pacar melainkan jadi adik kesayangannya tapi Mina sama sekali tidak kelihatan tertarik dan terus-terusan menolak Daniel tapi Daniel juga tidak mau menyerah.
Mina menoyor kepala Daniel. "Gak usah sok melas deh kak, dikira gue bakalan luluh apa. Sana pulanh tuh kasihan Alin."
"Tapi besok kita ketemu ya." pinta Daniel.
"Dadah Alin. Besok-besok kalau keluar malam gini Alin minta dipakein jaket ya sayang. Kasihan kamu kedinganan nanti." Mina mengabaikan Daniel dan lebih memilih melihat Alina.
"Dadah kakak, nanti ke lumah alin ya." pinta Alin dan Mina mengangguk mengiyakan.
"Terus aja Mina. Udah biasa kok gue diabaiin terus sama lo."
"Berisik. Sana pulang tuh kasihan ponakan lo. Mana gak dipakein jaket lagi."
"Yaudah tapi besok kita ketemu inget."
Seolah tuli, Mina mengabaikan Daniel dan mulai jalan pulang untuk ke kostnya.