Seorang pemuda memasuki rumah setelah seminggu lebih tidak pulang. Rumahnya kosong, sepi dan seseorang yang menyuruhnya untuk pulang kemarin tidak ada di rumah karena tadi ia masuk menggunakan kunci yang sering ibunya letakkan dibawah pot tanaman hiasnya. Jam segini memang orang-orang rumahnya sudah melakukan aktifitas mereka masing-masing. Papa dan Ibu pergi bekerja sedangkan si bungsu Yohan, sudah ke sekolah.
Pemuda itu bergerak menuju kamarnya setelah menutup pintu kembali. Ia merebahkan tubuhnya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi orang yang menyuruhnya pulang sekedar memberi tahu kalau ia sudah berada di rumah.
Setelah membalas ia kemudian mematikan ponselnya dan menunggu Mina, orang yang menyuruhnya untuk pulang hari ini sambil menebak-nebak apa yang mau dibahas oleh gadis itu.
Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Mina datang. Tapi ada apa dengan ekspresi gadis itu?
Mengabaikannya, pemuda itu lantas bangun dan hendak memeluk gadis yang berdiri diambang pintuk kamarnya itu.
"Kangen." Ucap pemuda itu sambil memeluk pacar sekaligus saudara tirinya itu.
Mina melepaskan pelukan sepihak itu. "Ngobrol di kamar gue."
Meski bingung, Jeka – pemuda itu tetap mengikuti si gadis
"Duduk." Ujar Mina begitu mereka sudah berada dalam kamarnya. "Lo habis ngapain sama Elana?" Tanya Mina kemudian
"Maksudnya?" Jawab Jeka mengutarakan kebingungannya.
"Buka baju lo." Mina kembali bersuara dengan nada memerintah yang membuat Jeka semakin kebingungan dengan sikap Mina hari ini.
Mina berdecak karena Jeka masih berdiri diam. Dengan langkah pasti ia mendekati pemuda itu dan melepaskan koas pemuda itu dengan sedikit memaksa.
Mina mengusap tatto TRUTH dipinggang kanan pemuda itu.
"Na..." Suara Jeka terdengar berat karena tindakan Mina itu.
"Sekali lagi gue tanya. Lo.habis.ngapain.sama.Elana?"
"Gak habis ngapa-ngapain Na. Lagian gue gak ngerti ini arah pembicaraannya ke mana?"
Mina mendengus.
"Kalau kalian gak habis ngapa-ngapain kenapa dia bisa tau soal tatto lo ini?" Mina kembali mengusap bahkan kali ini juga mengecup tatto bertuliskan TRUTH dipinggang kanan pemuda itu.
"Kenapa Elana bisa tau soal tatto lo Jehan kenan? Lo bilang cuma gue satu-satunya yang lihat tapi apa? Elana juga lo kasih lihat!" Dada gadis itu terasa sesak. Ia merasa marah saat tahu Elana – temannya sekaligus pacar Jeka juga tahu perihal tatto itu.
Mina sadar tidak seharusnya ia seperti ini, Elana lebih berhak tapi hatinya merasaa tidak rela Jika ada yang melihat Jeka dengan tattonya.
Melihat Mina yang hampir menangis, pemuda itu lantas memeluknya. "Na, gue beneran gak pernah nunjukin tatto ini ke dia." Kata Jeka berusaha menenangkan.
Mina tertawa sinis. "Ya terus kenapa dia bisa tau?! Kemarin gue ketemu sama dia kita ngobrol sambio nugas di cafe biasa terus dia tiba-tiba bahas tatto lo! Dan lo tau? Mukanya merah dan dia kelihatan jelas salting Jeka!"
Jeka memejamkan matanya. Mina pasti sulit ditenangkan jika sudah seperti ini.
Jeka hampir mengumpat saat dengan tiba-tiba Mina mengecup bahkan menghisap kuat daerah pinggangnya yang bertatto itu. Jeka yakin pasti meninggalkan bekas.
"Gue tau gak seharusnya gue begini. Dia pacar lo yang sebenarnya." Mina tersenyum kecut, jauh dalam dirinya sebenarnya merasa bersalah ia sudah mencoba sebaik mungkin menyudahi ini tapi Jeka, pemuda itu terus membujuknya bahkan mengancam tapi lambat laun ia jatuh terperosok. Ia menjadi semakin terikat dengan pemuda itu
"Tapi gue juga gak bisa bohong kalau gue benci kalau dia juga melihat yang lo klaim kalau cuma gue yang bisa lihat Jek. Gue-"
"Cukup Na. Lo tau betul kalau lo satu-satunya buat gue. Dan semua pikiran lo itu salah. Sekali lagi gue tekankan. Gue gak pernah nunjukin ini ke cewek manapun selain lo."
Mina tidak merespon, ia memilih duduk diatas ranjangnya dan mengabaikan pemuda itu.
Jeka mengacak rambutnya frustasi. "Fine! Kita telpon Elana sekarang biar lo percaya kalau gue gak bohong sama lo."
Mina melirik sebentar pemuda yang sedang berusaha mencari kontak Elana dengan kondisi Shirtless karena ulahnya tadi.
Panggilan tersambung. Jeka menekan tombol loudspeaker lalu duduk tepat disebalah gadis itu.
Terdengar suara gadis berpipi tembam itu diseberang sana.
"Halo Jeka"
"Halo El, gini. Kemarin ketemu Mina ya?"
"Oh iya. Kita nugas bareng sekalian nongkrong soalnya udah lama gak ketemu juga, kenapa?"
"Ah gak. Aku lagi di rumah terus Mina cerita katanya kamu kemarin bahas soal aku yang pake tatto."
"Iya hehe. Aku liat instastory Bams pas kalian ke air terjun terus kan kamu ga pake baju tatto kamu kelihatan."
Jeka melirik Mina yang saat ini kelihatan sudah lebih tenang. Jeka tau pasti gadis itu sekarang sedang merutuki dirinya.
"El, udahan dulu ya. Aku mau mandi dulu."
"Okey... Eh Jeka hari ini main ke mana gitu atau kalau kamu capek aku ke rumah kamu."
Jika diam sebentar lalu memperhatikan gadis disebelahnya. Ia tersenyum kecil saat Mina terlihat gusar.
"Next time ya El. Aku juga gak lama kok di rumah hari ini."
Terdengar desah kecewa dari gadis bernama Elana itu sesaat sebelum Jeka memutuskan sambungan telpon mereka.
Atensi Jeka kembali ke gadis yang tengah memainkan kukunya seolah tidak perduli itu.
"Denger sendirikan." Kata Jeka yang direspon gumaman tidak jelas.
"Gue usah bilang. Lo gak gak berbagi apapun dengan Elana. Orang-orang emang taunya yang pacar gue itu dia tapi gue, gue sepenuhnya punya lo."
Jeka berpindah ke hadapan gadis itu, ia berlutu untuk menyamakan tinggi mereka.
"Lihat gue."
Mina menurut, ia kali ini melihat ke pemuda yang berlutut dihadapannya itu.
"Lo sejak tadi menguji kontrol diri gue sebagai cowok dan di rumah ini cuma kita berdua jadi apapun yang terjadi setelah ini itu semua karena lo." Jeka berkata dengan suara beratnya lalu
"Hah? Mana bisa git-" ucapan Mina terputus saat Jeka membungkamnya dengan mencium bibirnya dengan melumat dan sedikit menuntut.
Mina mengalungkan tangannya ke leher pemuda itu dan Jeka ia mengubah posisi mereka sehingga kini Mina berada dibawah kunkungannya.
Mina tau ini tidak benar tapi ia juga tidak menampik kalau ia sangat mencintai pemuda yang tengah mencumbunya ini.
Mina melepaskan tautan mereka dan membuat pemuda itu mengerutkan keningnya dan berujar "Jangan kebanyakan mikir Na, gue sayangnya sama lo dan gue gak pernah nganggep lo saudara"
Mina tersenyum. "Sok tau. Orang cuma mau bilang jangan balik ke kost dulu. Nginep di rumah aja soalnya papa sama ibu pulangnya masih tiga hari lagi. Mereka ke acara nikahan sepupu."
Jeka ketawa. "Sesuai keinginan tuan putri" ucapnya sebelum kembali menyatukan bibir mereka.
Biar ga bingung coba baca part book ini yang saudara? Inilah lanjutan part itu soalnya