Beberapa bulan berlalu sejak pengakuan Chan. Hubungan Mina dan Chan masih seperti dulu walau kadang agal sedikit canggung.
"Lo sama Harry gimana Na?" tanya Chan saat cuma tinggal mereka berdua.
Mina meletakkan laptop yang tadi dia pangku ke lantai. Helaan nafas berat dari Mina bisa Chan dengar dengan jelas.
"Masih gak peka ya Harry?" tanpa perlu Mina jawab pun Chan sudah paham maka dari itu dia mengelus kepala gadis itu lembut.
"Gak apa-apa Na. Gue yakin suatu saat dia pasti bakal sadar akan perasaan lo sama dia."
Mina menatap Chan sendu. Dalam hati dia sangat merasa bersalah pada cowok di depannya ini. Dia tau bukan hal mudah bagi Chan untuk menyamangatinya padahal Mina tau bagaimana perasaan Chan padanya.
"Jangan natap gue gitu. Gue gak apa-apa Na, gue beneran nyemangatin lo sebagai teman. Kan gue bilang jangan merasa terbebani sama perasaan gue."
"Chan gue rasanya mau menyerah."
"Hah?" bingung Chan karena perkataan mendadak Mina.
"Gue mau nyerah nunggu Harry. Gue rasanya udah gak bisa nunggu lagi buat Harry ngeliat ke gue." kata Mina dengan lesu.
"Semua keputusan ada sama lo Na. Apapun itu asal bikin lo bahagia gue akan mendukung lo."
Chan diam sebentar. Apa ini kesempatan buat dia?
"Na, gue emang minta lo buat gak jadiin pengakuan gue beban tapi apa lo gak mau nyoba sama gue? Gue bakal berusaha sebaik mungkin buat bahagiain lo."
***
Ntah sudah keberapa kalinya Mina menghela nafas panjang sejak satu jam yang lalu saat ia mumutuskan untuk duduk di taman kecil yang ada di depan auditorium kampusnya.
"Heh mantan, sendirian aja nih." Mina melirik malas ke cowok yang berdiri di sampingnya itu sambil menaik turunkan alisnya. Merasa tak mendapat respon cowok itu lantas memutuskan untuk duduk di samping Mina.
"Kenapa lo?" tanya karena melihat Mina yang tumben diam.
"Gak apa-apa."
Cowok itu kemudian ketawa. "Gak apa-apa pala kau pitak. Mina lo lupa gue siapa? Gue Elgar, gue itu ngerti lo dengan baik." Benar juga. Cowok ini Elgar mantan pacarnya yang hubungan mereka hampir jalan lima tahun sebelum putus di tengah jalan. Elgar kenal dia dengan baik jadi percuma menutup-nutupi sesuatu dari dia. Elgar itu paham betul dengan semua sikap Mina. Elgar juga merupakan mantan Mina satu-satunya dan sejak putus sama Elgar, Mina belum mau buka hati sampai suatu saat dia dia ketemu sama Harry.
"Gue tebak, pasti soal... Harry?" ada jeda sebelum Elgar menyebutkan nama Harry. Mina mendengus, Elgar terlalu paham akan dirinya. Mereka berdua, Elgar dan Mina walau sudah mantan dan putus sudah dari satu tahun yang lalu namum mereka masih saling perduli satu sama lain. Usia Elgar yang satu tahun lebih tua dari Mina membuat mereka seperti kakak-adik.
"El gue bingung. Gue sayang sama Harry tapi gue sekarang ada di titik capek nunggu dia. Di sisi lain ada Chandra yang sayang sama gue tapi gue beneran gak bisa liat dia sebagai cowok El."
Elgar menaruh telunjuknya di dagu seperti sedang berfikir.
"Gak usah sok mikir deh kak. Kayak bisa aja." celetuk Mina.
"Kurang ajar bener lo." amuk Elgar kemudian mendorong kepala Mina.
"Gini Na. Gue gak bisa kasih solusi apa-apa hehe." Elgar dengan cengirannya dan itu bikin sukses Mina mau memukulnya.
"Emang gak ada gunanya cerita sama lo." rutuk Mina.
"Hehe. Kenapa lo gak coba buat ungkapin perasaan lo dulu ke Harry? Kalau emang gak bisa baru lo belajar buat buka hati buat Chan? Atau biar adil lo balikan aja sama gue."