2-Under The Smile

4.1K 495 11
                                    

Ayahku dahulu adalah seorang pilot. Tapi bunda juga mengelola perusahaan milik mendiang kakek.

Setelah kepergian kakek, nenek memilih pulang ke desa.

Padahal bunda atau bibi Nayoung dengan senang hati merawat nenek, tapi nenek kukuh ingin menikmati masa tuanya sendiri sembari mengenang suami tercintanya di rumah pondok dekat pantai.

Saat bunda pergi usiaku sampai diangka tujuh, dan kakak duabelas. 

Kami diurus bibi Nayoung dan suaminya di Ibukota.

Sebagian dari bunda hidup di Bibi Nayoung. Bibi sangat sayang padaku dan kakak. 

Perusahaan bunda diurus bibi, hingga Kakak lulus kuliah dan dinyatakan siap memegang perusahaan.

"Bibi tidak ingin serakah, perusahaan adalah hak kalian. "

Setahun setelah kakak lulus, kami pindah dari rumah bibi Nayoung. Kakak yang mengajak. Kakak bilang kita sudah cukup menyusahkan bibi. awalnya bibi tidak mengijinkan, tapi akhirnya bibi mendukung karena ini adalah jalan yang kami pilih. 

Kakak adalah peganganku. Aku mulai bergantung padanya setelah bunda tiada.

Kakak yang ada disampingku saat aku meraung karena mimpi buruk. Memberikan dekapan hangatnya saat aku tersedu. 

Ikut menangis dalam diam jika aku sakit, atau memiliki pikiran buruk tentang akhir hidup. 

Aku memandang dua potret wajah didalam etalase. 

"Bun, Kakak yang menjagaku dengan baik." lirihku didalam hati. 

Suasana pagi dimusim semi yang cantik, langit biru dengan angin semilir sejuk menerpa kulit. 

"Aigoo, hari pertama Jungkookie di SMA. " 

Kakak datang menggeser kursi didepanku, mengambil sehelai roti lalu membalutnya dengan selai stroberi.  Aku menuangkan susu kedalam gelas bening disamping piringnya. 

"Sarapan dengan baik adikku, hari pertama SMA lebih keras dari yang kau bayangkan." aku terkekeh, kakak ini lucu berbicara dengan mulut penuh hingga mata kecilnya hampir menghilang. "Kakak berlebihan. "

Jalanan kota lengang, tidak perlu memakan waktu banyak untuk menuju sekolah baruku. Kakak memberhentikan mobilnya didepan gerbang, lalu membantuku melepas sabuk pengaman. 

"Kak?"

"Ya?"

"Aku—bisakan?"

Aku melihat alis kakak menukik, bingung. Lalu mengadah, tanda mengerti. 

"Ah tentu saja! Kaukan pintar, apa yang kak Seokjin bilang kemarin?"
Aku tersenyum tipis laku mengangguk. Kakak sangat bersemangat hari ini, aku senang. 

"Kak Yoong?"

"Apalagi? Kau mau kakak antar sampai kelas begitu?"

Aku menggeleng, sedikit mendekatkan wajahku lalu mengecup pipi Kakak lembut. 

"Terimakasih. " []

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang