Yoongi bukan tidak mendengar raungan Jungkook dilantai bawah. Ia jelas mendengarnya, namun tak sedikitpun ada keinginan untuknya agar berlari dan meraih adiknya kedalam pelukannya seperti yang biasa dilakukan.
Tubuhnya meluruh dibalik pintu dengan wajah yang ditenggelamkan diantara lipatan tangan, air mata tak kunjung surut malah semakin deras meluncur dari kedua iris matanya yang sayu.
Yoongi berada diantara ketakutan dan kekecewaan. Langkahnya terhenti disuatu tempat, stagnan.
Merutuki dirinya yang begitu lemah saat Jungkook yang mati-matian menjadi kuat demi menjadi sandaran orang-orang disekitarnya.
Jungkook telah banyak menyaksikan kehilangan, bak penyampai takdir, Jungkook mendapat mimpi buruk yang dua kali lipat lebih menyakitkan.
Lalu lihat kali ini siapa yang sudah berjanji secara kasat mata untuk luka yang selanjutnya akan datang?
Bodoh, bodoh.
Yoongi takut mati, lebih takut lagi bila melihat Jungkook kembali jatuh kedalam jurang luka yang bahkan lebih dalam dari sebelumnya.
Bukan merasa sangat berharga, tetapi Yoongi yakin sebab ialah yang menjadi pegangan Jungkook selama ini.
Sepasang mata itu hampir saja tertutup sebab kantuk mendera setelah lelah menangis, sebelum ketukan pintu dan suara lembut mengalun kedalam rungunya.
"Yoon?"
Nayoung mengetuk pintu berkali-kali, namun tetap tidak ada jawaban dari dalam. Pintu nya tidak dikunci, tetapi sesuatu menghalanginya. Yang ia yakini adalah si sulung.
Lantas yang dilakukan wanita itu adalah ikut berjongkok dibalik pintu dengan helaan nafas yang terdengar dari belah bibir cantiknya.
"Yoon. Jungkookie menangis, Lama sekali sampai nafasnya sesak. Kau tahu itu sangat menyakiti Bibi, dan Bibi pun tahu itu lebih menyakitkan untukmu. "
"Kalian meminta ijin untuk pergi bersenang-senang bukan? Bukan ini yang bibi harapkan saat kalian pulang. "
Nayoung melirik Namjoon yang masih mencoba menenangkan Jungkook di ruang keluarga, dapat terlihat jelas dari celah tralis yang menjadi penghalang dilantai dua.
"Yoon, salah satu dari kalian harus menjelaskan semua ini pada Bibi bukan?"
Nayoung meneteskan airmata, namun tak lama ia hapus sebab bukan waktunya untuk menyesap kesedihannya sendiri.
Hening mengambil alih selama beberapa saat, setelah kemudian suara knop terdengar dan pintu terbuka menampilkan Yoongi yang kacau dengan mata layu dan wajah lembab.
***
"Ada yang ingin dibicarakan dengan kakak hm?" Namjoon mengusap punggung adiknya perlahan, tangis Jungkook sudah mereda hanya tinggal sisa isakkan nya yang terdengar satu-satu.
Jungkook sempat menggeleng, akan tetapi kemudian berucap dengan suara parau "Aku marah. "
Namjoon sempat menghentikan gerakan tangannya sebentar, sebelum kemudian melanjutkannya sembari mendengarkan dalam diam Bungsu mereka mengudarakan kegelisahan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
أدب الهواة[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest