Pesawat Korean Air Airbus A380-800 kehilangan kontak setelah mengudara selama sepuluh Jam dari Bandar Udara Internasional Tempelhof, Berlin menuju Bandar Udara Internasional Gimpo. Diperkirakan jumlah penumpang sekit---
BRAK!
Seluruh penghuni ruangan yang sedang mendengarkan berita ditelevisi segera mengalihkan atensinya pada pintu yang terbuka paksa, terlihat Yuri yang terengah dengan senggalan nafas bergelayut disana.
"Yuri-ya ada apa denganmu?" Suara Bibi menginterupsi konsentrasi mereka. Sedang yang dipanggil malah meluruh dilantai dengan isakkan yang mulai terdengar samar. Jungkook yang berada di samping brangkar sang Kakak tak jauh dari pintu bergegas mendekat.
"Ada apa Kak?"
Yuri mengangkat pandang, melihat wajah Jungkook membuat tangisnya semakin pecah. Jungkook yang kebingungan melempar pandang ada dua orang dewasa yang duduk disofa sudut ruangan.
"Ayo duduk," itu Bibi, berjalan mendekat kemudian membantu Yuri untuk berpindah tempat. Namjoon memberikan segelas air kemudian.
Hening sesaat, tiga orang dengan kebingungannya dan satu orang lain dengan ketakutannya.
"Seokjin.." Hela Yuri
"Pesawat Seokjin hil--" belum rampung apa yang dikatakan oleh dokter muda itu, suara pecahan beling terdengar.
Disana Jungkook dengan wajah terkejut mematung menatap Yuri yang diapit Namjoon dan Nayoung lamat.
"Maaf--maafkan aku." setelah tersadar Jungkook segera merunduk memunguti satu persatu pecahan gelas yang berserakan di dekat Kakinya.
Bibi lantas mendekat, ikut memunguti bekas kekacauan itu dan meminta Jungkook untuk bangun dan duduk saja.
"a-ah tidak bi tidak apa." getar suara yang terbawa hingga telapak tangannya.
Jungkook menarik nafasnya yang terasa berat sambil mengumpulkan satu-persatu pecahan kaca yang tercecer. Lama kelamaan pandangannya memburam, suara disekelilingnya pun mulai terdengar jauh.
"Jungkook!" Nayoung menggeram rendah saat mendapati tangan bungsunya yang meneteskan cairan kental pekat setelah tersayat ujung tajam pecahan beling.
Jungkook menatap nanar jemarinya setelah mendudukan diri di sofa, tak begitu jelas percakapan orang dewasa disampingnya. Satu hal yang mengganggu pikirannya hanya satu, nasib kakaknya yang lain. Jemari sebelah kanannya bergetar hebat, sebelum diremas dengan tangannta yang lain walaupun tidak merubah apa-apa. Panik menjalar, Jungkook berdoa dalam hati agar ketakutannya dapa ia kendalikan sendiri.
***
"Jungkook-ah perkenalkan ini kak Seokjin."
Pria paruh baya itu tersenyum lebar hingga mata sipit dibalik kacamata tebalnya hampir menghilang, kentara semangat sekali. Kerutan-kerutan di sudut matanya pun terlihat, terlebih saat anak yang duduk di atas brangkar mengulurkan tangannya untuk menyambut telapak tangan besar milik pemuda yang ia rangkul bahunya.
Bunda disamping tersenyum simpul, mengelus surai halus milik anaknya lembut.
"Dan Jungkookie, mulai hari ini adaah adiknya Kak Seokjin!" pekik riang sang Dokter muda menggema, juga suara tawa unik yang terdengar seperti gesekan kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfic[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest