Saat membuka mata, yang pertama Jungkook lihat adalah wajah bunda.
Wajahnya masih tetap hangat, tidak pernah berangsur tua kendati sekian tahun tidak pernah bertatap muka. Bunda tersenyum, tetapi garis wajahnya tak lama menjadi mengeras dengan rahang menegak. Terlihat garang dengan mata memerah yang sorotnya menyendu. Jungkook tidak pernah melihat yang bunda seperti ini.
"Apa yang bunda katakan padamu Jung?! "
Bunda tidak pernah memanggilnya seperti ini.
"Jaga kakak! Bukan malah membuatnya pusing! "
Urat dileher jenjang bunda timbul, satu kesimpulan dalam benaknya Bunda marah.
Jungkook mencoba bangkit, keningnya berdenyut tubuhnya lemas. Bunda masih menatapnya garang, Jungkook melihat kedua kepalan tangan Bunda begitu kuat. Bunda marah, sangat marah.
Pandangannya berputar hebat, semua yang tertangkap matanya hanya bulatan-bulatan acak hingga tubuhnya yang terasa ringan seolah terlempar ke dalam sebuah ruang hampa.
Jungkook berteriak memanggil kakaknya, tetapi suaranya menghilang bahkan untuk sampai digendang telinganya sekalipun.
Lagi-lagi pening di kepalanya kembali, kali ini lebih berat hingga ia harus memejam untuk mengusir rasa tak mengenakan itu.
Tetapi yang ia lihat selanjutnya setelah membuka mata adalah hamparan padang ilalang setinggi bahu, Jungkook merasakan semilir angin yang terasa hangat menerpa pipinya.
"Kook.. "
Jungkook berbalik matanya terbelalak kala melihat sosok Taehyung berdiri dihadapannya. Tampak sehat dan tanpa beban, rambutnya menjadi cokelat terang dan iris sepakat madu yang menawan. Jungkook meraih tangan Taehyung yang terulur, kemudian Taehyung menuntunnya berjalan menapaki Indah padang ilalang sepanjang mata memandang.
"Kak--"
"Kau harus kembali Kook. "
Taehyung tersenyum, senyum yang Jungkook coba lupakan sakitnya. Pandangannya mendung seperti langit senja, Jungkook terpana selama sepersekian detik.
"Tapi kakak--" ucapannya terpotong kala Taehyung mengeratkan genggamannya tanda tidak setuju. Senyum sahabatnya tidak luntur, mengusap rambutnya lalu menggeleng. "Kak Yoongi. "
Setelahnya yang bisa Jungkook lihat adalah kegelapan, diujung pandangnya ia bisa menangkap setitik cahaya kuning. Jungkook membawa tungkainya berlari, langkahnya terasa sangat ringan.
Tiba-tiba diotaknya kembali terbayang wajah Yoongi, ingatan-ingatan bagaimana ia menyakiti kakaknya baik batin maupun luka diraganya. Langkahnya dipacu lebih cepat, yang ia ingin lakukan sekarang adalah melihat kakaknya.
Namun Jungkook teringat wajah marah bunda, langkahnya memelan.
Aku menyusahkan kakak.
Kemudian sesak didadanya kembali, langkah kakinya terhenti tubuh itu ambruk, dengan lutut sebagai tumpuan Jungkook menangis, berteriak, hingga menjambak rambutnya. Hatinya kalut, seluruh tubuhnya sakit hingga ia tahu titik sakit sebenarnya terletak dimana.
Rasa bersalah membuncah, bagaimana ia bisa menjadi seperti ini?
Yoongi terluka, dan ia adalah muaranya.
Mengingat seberapa besar beban yang Yoongi tanggung setelah bunda pergi, mengurusnya dan semua yang kedua orang tuanya tinggalkan.
Dan Jungkook bukan meringankan, malah menambah. Menyakiti, bahkan merusaknya.
Tidak berguna.
Dunia terasa kembali berputar, Jungkook rasanya ingin mati saja.
***
Yoongi baru sampai saat melihat Jungkook gelisah dalam lelapnya. Tubuh anak itu banjir keringat bahkan keningnya mengernyit tak tenang. Yoongi buru-buru meletakan tas laptopnya di nakas "hei Kookie, dengar kakak? Ayo buka matamu" tak lama setelahnya kedua mata bulat itu terbuka, menyisakan setitik air yang mengalir melewati pelipisnya.
"Tidak apa"
"M-maaf kak. " []

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest