"Jungkookie-nya kakak.. "
Yoongi meraih tangan adiknya yang terkulai diranjang, mengusapnya perlahan lalu meraih gunting kuku yang dipinjamkan Seokjin dinakas.
"Kenapa tidak bilang kukumu sudah sepanjang ini hm?" tangan kanan Yoongi diperban dengan memar membiru, mesih terasa ngilu tetapi tak lebih besar dari ngilu dihatinya.
Jungkook lagi-lagi harus memaksa kelopak matanya tertutup karena obat, Yoongi meringis kala membayangkan kulit tangan adikknya harus ditusuk suntikan berkali-kali. Bahkan ditambah dengan satu jarum yang tertancap dipunggung tangannya.
"Kookie harus tahu jika kakak masih ada disini, bersama Kookie." Yoongi tetap berbicara kendati Jungkook yang masih terlelap diantara kesakitannya. Membawa energi positif didalam setiap kata yang terlontar dari belah bibirnya, dengan harap Jungkook akan terbangun dengan senyum yang kembali merekah.
Terdengar deritan pintu terbuka perlahan, dan suara alas selop yang beradu dengan lantai. Yoongi menerka jika pemilik langkah ini bukanlah Seokjin, karena selama Yoongi mengenal dokter itu tidak pernah memakai sepatu dengan alas yang berisik ketika menyentuh ubin.
"Yoong"
Ah, ternyata Bibi Nayoung.
"Hai bi. " Yoongi mengulas senyum tipis, dan adik ibunya itu mengusap pundak lelah Yoongi lembut. "Bibi memasak makanan, Jinnie menelpon ia bilang Yoongi belum memakan apapun sejak pagi. Dan ini sudah hampir petang. " Yoongi tersenyum. Bibinya selalu hangat seperti Mentari pagi, seperti melihat Bunda dalam tubuh yang lain. Yoongi pikir, karena bunda adalah senja-nya.
"Sebentar Bi. " Yoongi lanjut memotong kuku Jungkook, sedangkan Bibi Nayoung mengitari ranjang Jungkook hingga sampai disebrang Yoongi. Mengusap lembut anak bungsu kakaknya yang manis, anak yang selalu Juyoung---kakaknya---banggakan dimana-mana.
Nayoung meringis ketika irisnya menangkap memar didahi Jungkook, serupa dengan punggung tangan Yoongi tetapi lebih ringan. Luka-luka cakaran di lengan Yoongi dan juga dilengan adiknya membuat wanita berumur empat puluhan itu hampir menitikan air mata. Apalagi Yoongi yang tertunduk sembari memotong kuku adikknya dengan wajah sendu yang memucat, membuatnya merasa gagal menjaga dua orang berharga milik kakaknya.
Seorang perawat wanita muda masuk membawa nampan berisi alat-alat medis juga sebuah suntikan berukuran kecil.
"Selamat siang, Tuan dan Nyonya. "
Yoongi dan bibinya mengangguk dengan seulas garis dibibir."Kapan anakku akan bangun?" ucap Nayoung.
"Mungkin sekitar lima belas menit lagi, setelah pasien terbangun dimohon segera menghubungi dokter Seokjin. Saya permisi. "
Yoongi selesai memotong kuku tangan Jungkook, tangannya membelai halus kening yang terdapat luka memar.
"Yoong, setelah Jungkook lebih baik pulanglah kerumah bibi untuk sementara waktu. Adikmu butuh teman bukan selama kau bekerja nanti?"
Bibi tidak pernah berubah. Masih sama hangatnya, perhatiannya setara untuk Yoongi, Jungkook, maupun anak kandungnya. "Akan Yoongi pikirkan bi. " Nayoung tersenyum, lalu membuka kantong kertas yang ia bawa dari rumah dan mengeluarkan isinya. "Ayo makan bersama bibi. "
Yoongi tidak bisa berbohong dengan rasa ditubuhnya. Sejak kemarin jadwal tidur dan makannya berantakan, ditambah kepala yang berdenyut dan kedua tungkai kakinya gemetar. "Terimakasih bi. "
Jungkook membuka kelopak matanya perlahan. Pertama yang bisa ia lihat adalah biasan cahaya jingga lewat gorden yang sedikit tersingkap. Matanya berkedip lambat, sekujur tubuhnya terasa lemas dan ngilu. Rasa kantuknya masih terasa. Namun saat kelopaknya tertutup, didalam gelap kembali terlihat tubuh Taehyung yang mengambang diatas aliran tenang air sungai belakang sekolah.
Kali ini lidahnya kelu, tenaganya menghilang bahkan hanya untuk terduduk diranjang. Jadi, yang bisa ia lakukan hanya menitikan air mata.
Dalam hening dadanya kembali terasa sesak. Seperti dua batu besar menghimpit rongga dadanya hingga terasa sangat sakit.
Taehyung pergi, sebab Jungkook memimpikannya.
Seharusnya ia tidak perlu bermimpi Taehyung. Tetapi mengapa mimpi itu harus datang?
Mengapa harus sekarang?
Mengapa harus Taehyung?
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa harus terlahir dengan SEMUA INI?
"Jungkook.. "
Bibi Nayoung mendekat, mengelus dadanya yang bergerak tidak beraturan. "Semuanya akan baik-baik saja, benar?" tangannya yang halus meraba aliran sungai dipipi Jungkook. Wanita dengan warna rambut hitam cemerlang yang diikat buntut kuda itu sedikit menarik tubuh lemas keponakan kesayangannya mendekat, mengecup pelan pelipis bocah enam belas tahun itu lalu mendekatkan hidung bangirnya disana.
"Ada bibi..." sebelah tanganya mengusap pucuk kepala Jungkook, "ada Kak Yoong.. " Nayoung menarik nafasnya yang ikut tersendat, bahkan sudut bibirnya mulai bergetar. Ia terus merapalkan kata-kata berbentuk sugesti supaya dirinya tidak menangis. Menangisi nasib Malang kedua putera kakak perempuannya. "Kookie harus ingat bahwa Kookie tidak sendirian. " ia mengecup aliran air mata di pelipis Jungkook. Tidak ada isakan disana, hanya ada aliran air mata dan kedua mata Jungkook yang memandang lurus langit-langit rumah sakit dengan pikiran kosong.
"Bibi.. Kakak.. " suara Jungkook serupa bisikan yang sayup-sayup terbawa angin. Beruntung Nayoung mendengar jelas apa yang dikatakan bungsunya. "Iya bayiku, Kakak bersama kak Seokjin, sebentar lagi pasti akan kembali. Jadi lebih baik bayi--nya bibi ini makan dulu hm?" Nayoung beranjak, mengusap pipi Jungkook yang basah pula ujung matanya yang berkaca. Jungkook menggeleng sebagai jawaban ajakan bibinya, mata sayunya masih memandang langit-langit kamar rawat seperti ada sesuatu yang mengunci pandangnya.
"Eih, kau tahu ini bukan masakan rumah sakit. Ini bibi bawa dari rumah, kakakmu baru saja menghabiskan makanannya dan kak Seokjin bilang saat Kookie bangun, Kookie harus makan. "
Kepala ranjangnya terangkat, hingga posisinya setengah terduduk. Nayoung menyodorkan gelas air putih dengan sedotan diujung bibir pucat Jungkook. Lalu anak itu membuka bibirnya sedikit dengan setengah keengganan. []
A/n:
TBC-- nya Kurang greget ya>…<
Oh ya.. Perlukah visualisasi untuk Bibi Nayoung dan Bunda Juyoung?
(Seperti park Yuri yang akan muncul sebentar lagi he)
![](https://img.wattpad.com/cover/170116235-288-k528348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest