42- Not an ending

1.9K 243 89
                                        

Yoongi Koma.

Dimenit ke tigaratus enampuluh tujuh, lampu diatas ruangan operasi meredup. Dan perlu sekitar dua jam agar  Yuri dan Dokter pemimpin operasi dapat ditemui.

Gelanyar ngilu seketika merambati hati Jungkook saat mengawal sosok sang Kakak yang terbaring tampak tak berdaya dengan segala macam benda aneh melekat pada tubuhnya. Bahunya di tahan seketika, tubuhnya limbung saat Namjoon menariknya menjauh.

Yoongi dipindahkan ke ICU, terisolasi dari lingkungan luar.

Jungkook meletakkan telapak tangannya pada permukaan kaca pemisah antara dirinya dan sang Kakak. Seperti ingatan lawas yang membawanya ke masa dimana kejadian ini pernah terjadi. Hanya saja sebagai pembeda, saat itu Yoongi yang berada disampingnya dan kini Kakaknya lah yang terbaring disana.

"Keadaan Yoongi memburuk diakhir, setelah sebelumnya prosedur berjalan begitu mulus."

Ketika embusan nafasnya mengenai kaca, embun tipis menguar disana, memburamkan pandangannya seketika. Dibalik wajah datarnya, Jungkook menyimpan risau dihatinya.  Tapi apa yang mesti ia lakukan, bukankah Yoongi memintanya untuk kuat?

Diluar gemericik hujan terdengar mengalun jernih. Selalu saja, saat Jungkook berada diatas pucuk kerisauannya Hujan senantiasa menjadi harmoni yang menemani. Padahal ini puncak Musim semi. Begitukah cara musim menemani kegelisahanya?

Lucu memang.

"Jung?"

Aroma eskrim stroberi menyapa penciumannya, juga suara lembut yang sedikit membuatnya tenggelam mengaungkan namanya. Tak perlu lelah menebak, sebab tidak ada lagi sosok yang beraroma semanis dan sesegar ini selain dokter cantik yang turut mengawal perjuangan sang Kakak.

Jungkook mengalihkan wajahnya, segaris senyum diperlihatkan.

"Ayo duduk." ditariknya lembut pergelangan tangan anak lelaki berumur enam belas itu menuju deret kursi tak jauh dari tempat mereka berdiri sebelumnya.

"Yoongi menitipkan sesuatu," Yuri merogoh saku Jas putih yang dikenakan, menyerahkan ponsel putih kepunyaannya kepada Jungkook.

Sempat tertegun bingung, akhirnya Jungkook membuka kunci geser layar benda pipih itu dan langsung menunjukan sebuah work video yang belum diputar.

Setetes air mata meluncur bebas dipipi, namun Jungkook lantas mengusapnya kasar. Hatinya hangat sekaligus ngilu dalam satu waktu.

Video singkat yang berisikan rekaman-rekaman dirinya saat  bersama atau tidak dengan sang Kakak. Beberapanya Jungkook mengingat dimana rekaman itu diambil, dan beberapa lainnya mungkin diambil secara diam-diam atau aset milik teman terdekat mereka. Seperti milik Seokjin, atau video latihan bersama Jimin.

Jungkook terkekeh getir, sejak kapan Kakaknya menguasai teknik video editing? Walaupun terbilang dasar, tapi Yoongi adalah Yoongi yang pemalas. Bukannya mungkin untuk rela berlama-lama duduk dihadapan komputernya dan mengolah video-video acak tadi.

Tapi ini untuk Jungkook, apapun akan ia lakukan untuk adiknya.

"Kemarin Yoongi mengirimkannya padaku, katanya ia ingin Jungkookie melihat." usapan dirambut tengkuk terasa lembut, Yuri bahkan beberapa kali menepuk pundak anak itu pelan.

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang