Sudah lewat tengah malam saat Jungkook terbangun karena dering panjang yang berasal dari ponsel sang Kakak.
Anak itu melepaskan diri dari rengukahan Yoongi pelan-pelan, agar Kakaknya itu tidak ikut terjaga. Jungkook meraba nakas disamping tubuh Yoongi dengan malas, lantas saat menemukan benda pipih bergetar itu ia langsung menempelkannya pada telinga. Tanpa melihat nama siapa yang tertera disana.
"Halo?"
"Halo Kookie, adik?"
Jungkook sedikit mencoba mempokuskan pikirannya, saat yang terdengar dari seberang adalah suara milik Namjoon.
"Ada apa kak?"
"Kak Yoongi sudah tidur?"
Jungkook melangkahkan kakinya menuju meja kerja Yoongi di pojok ruangan, lalu menuangkan air bening ke gelas tinggi dengan gerakan pelan.
"Sudah, nyenyak sekali. Kenapa kak?"
Terdengar helaan nafas di ujung sambungan telepon.
"Kalian bisa datang kesini? Bangunkan Pak Lee dan Suna, minta Pak lee antar ya?"
Jungkook terdiam sejenak, meneguk airnya hingga hampir tandas. Menengok jam dinding yang berdentang, dan Kakaknya bergantian.
"I-iya, tapi kak Namjoon sebenarnya kenapa?"
"Tolong Kookie jangan banyak memberi kakak pertanyaan dulu Okay? Kookie kemari dan kakak jelaskan. "
"O-okay. " jawab Jungkook sedikit ragu, setelah itu Namjoon meminta ijin memutuskan sambungan telepon hingga kemudian terdengar nada panjang.
Jungkook bingung, sebenarnya terjadi apa disana? Ia merasa janggal, kenapa pula Namjoon memintanya ke rumah sakit kala mataharipun masih berada di persembunyian.
Sekelumit kecemasan tentang keadaan buruk hadir di dalam pikirnya, tapi ia tepis dengan cepat. Tidak, tidak semuanya akan baik.
Jungkook membangunkan Yoongi dengan halus, menepuk pipi putih kakaknya lembut hingga kedua manik kecil itu terbuka.
Pertama yang dirasakan Yoongi adalah pening, pandangannya masih buram, dan seluruh tubuhnya masih terasa lemas kendati rasa panas dan mual sudah berkurang.
"Kenapa Kook?" tanyanya dengan suara serak, Jungkook tersenyum kemudian membantu Kakaknya itu bangun.
"Kak Namjoon meminta kita menyusul. Aku tidak tahu kenapa. "
Yoongi terdiam mencerna apa yang di bicarakan sang Adik, kemudian tubuhnya mendadak beku. Pikiran-pikiran buruk memenuhi ruang di otaknya kemudian.
"Namjoon mengatakan apa ?"
"Hanya meminta untuk menyusul. "
Yoongi menarik nafasnya berat, mencoba menetralkan pikirannya dan berdamai dengan hatinya. Ia harus meyakinkan dirinya agar tidak berpikiran buruk tentang keadaan disana. Semua akan baik-baik saja.
Menyadari keterdiaman Yoongi, Jungkook segera meraih tangan sang Kakak dan merematnya pelan. Jungkook mengerti dengan perasaan Yoongi, yang mungkin sama kalutnya dengan dia. Tapi mengingat apa yang dibicarakan Seokjin, tentang kakaknya yang kelelahan dan stress itu membuat Jungkook harus menjadi pihak yang bisa meyakinkan Yoongi untuk tidak memiliki pikiran buruk yang akan mempengaruhi kesehatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfiction[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest