21- After cold

1.6K 277 13
                                        

"Dokter bukan Tuhan Namjoon-ah"

Namjoon mengulum senyum, tangannya sibuk mengupas sebuah jeruk seukuran kepalan tangan.

Ia akui sang ayah adalah orang paling positif yang pernah ditemuinya. Bukan hanya untuk menenangkan, tapi Jonghyun positif pada kemampuan dirinya sendiri. Dengan hal itu pula semangat juang dalam hidupnya sangat tinggi. 

"Aku tahu, " Namjoon memberikan jeruk yang telah dikupas itu pada sang ayah, setelah sebelumnya di belah menjadi dua bagian. 

"Apa yang kau dapat?" suaranya begitu tegas, walau sedikit serak.  Namjoon faham yang dimaksud sang ayah "Banyak. " jawabnya singkat.

Jonghyun tersenyum lembut. "Aku ingin kau menjaga keluarga kita. " pandangannya menerawang kebalik celah jendela yang sedikit tertutup gorden. 

Namjoon sedikit tersentak, entah mengapa pikirannya tiba-tiba begitu buruk sekarang.

"Kita akan menjaganya bersama. " ucap Namjoon tenang.

Hening mengambil alih, hanya terdengar deru mesin penghangat disamping ranjang. Tidak ada yang mereka pikirkan, hanya menikmati. 

Pintu terbuka dengan kencang hingga membentur dinding, debaman keras membuat keduanya berbalik. 

"PAMAN!" Jungkook berseru semangat, ditangannya terdapat dua kantung kertas berukuran sedang. Namjoon dan Jonghyun terkekeh sambil menggelengkan kepala, saat seperti ini anak itu terlihat berlipat-lipat manis.

"Hati-hati Kookie, " Nayoung memperingatkan. 

Jungkook acuh berjalan menuju sofa menyimpan kantong kertasnya, "Aku memasak ini dengan bibi,  lihat paman, Kak Joon. " Jungkook mengangkat rantang-rantang berisi makanannya keatas. "Bagaimana?"

"Dari aromanya, seperti Bau-Bau kegagalan Kookie. " ujar Paman santai, sedikit meledek.  "Aish paman!" Jungkook berdecak kesal.

Bibi menyusul, meletakan satu kantung kertas lagi. "Tidak kok, enak. Kookie berbakat lho paman. " Nayoung membela.  Dihadiahi acungan jempol oleh Jungkook.

Dua lelaki dewasa lain malah terkekeh, Jungkook begitu polos dan manis hari ini.

"Sebenarnya Jungkook bukan anak yang manja, tapi karena kejadian kemarin ia menjadi lebih sensitif Joon.. "

"Kuharap kalian mengutamakan pemulihan dia, aku tidak bisa melihatnya terluka lebih. " pandangan mereka bertemu, Namjoon seperti berkaca pada sang ayah. Iras mereka begitu serupa.

"Kami akan mengutamakan kesembuhan kalian berdua. " Namjoon lembut, beranjak dari duduknya menghampiri sang ibu dan adiknya yang sedang menata makanan di meja. 

"Woah, Kimbap! " serunya semangat. Namjoon menyomot satu tak lama di hadiahi pelototan garang dari Jungkook.  "Kakak.. " rajuknya. Nayoung tersenyum hangat. Namjoon memang menginginkan seorang adik, dan ia mendapatkannya dari sang Bibi.

Nayoung harap kebahagiaan mereka akan segera sempurna. Setelah pengusahaan kesembuhan suaminya, Nayoung ingin keponakan kesayangannya ini mendapat kebahagiaan yang sama. Tanpa bayang-bayang rasa sakit lagi.

Suara pintu terbuka, lantas Jungkook memekik girang "kak Yoon ayo makan!"















***

"Bunda... "

Yoongi mengalihkan pandangannya ada Jungkook yang tengah tertidur di sofa. Beberapakali anak itu bergumam tidak jelas. Yoongi khawatir. 

"Bibi tolong periksa Jungkook sebentar," ucapnya saat melihat sang bibi berada lebih dekat. 

"Hangat Yoon, " Nayoung mengernyit, bahkan Jungkook berkeringat banyak didahinya. Sepertinya anak ini kelelahan. 

Yoongi segera meletakkan kertas-kertas dan penanya ke meja kecil disana. Menghampiri Jungkook lalu berjongkok disamping tubuh adiknya.

Kening Jungkook hangat, keringat sebesar biji jagung berjatuhan. Yoongi mengusap lembut surainya yang lepek. Jungkook tidur menyamping, baik Yoongi maupun bibi dapat menyadari pucat wajahnya, dan kernyitan-kernyitan halus didahi anak itu. 

"Bagaimana ini Yoon?"

Yoongi masih berada diposisinya, tanganya dibawa ke samping tubuh Jungkook. Terasa hangat, bahkan menembus Hoodie yang ia kenakan. 

"Kak Yoon.. "

"Kakak disini Jung, " sahut Yoongi lembut, tangannya mengusap samping tubuh Jungkook lembut. 

Seokjin ijin pulang petang tadi, Yoongi sedikit berpikir bagaimana meminta bantuan. Paman tertidur pulas dibrangkar, sampai tidak tega mengganggu karena baru bisa tidur beberapa menit yang lalu. Namjoon pergi mengurusi beberapa hal tentang kepindahannya. Tinggal bibi dan Yoongi yang mencoba tetap tenang walau nyatanya kalut didalam hati. 

"Yoon bibi takut, " lirih Nayoung yang kemudian ikut mensejajarkan tubuhnya dengan kedua keponakannya itu. 

"Tidak bi, ini hanya demam biasa. Bibi tenang ya. "

Yoongi mencoba positif, menenangkan sang bibi yang mungkin lebih panik daripada dirinya. 

Jika keadaan Jungkook seperti biasa, mungkin aku tidak akan setakut ini.

"Kookie, buka matamu. " ujar Yoongi lembut. Sedikit menepuk-nepuk pipi sang adik. 

Beberapa detik kemudian Jungkook membuka matanya, keduanya sendu ketika menangkap sepasang bola mata itu  memerah dengan binar sedikit meredup. "Sakit kak, " suaranya terdengar seperti cicitan. "Apa yang sakit sayang?" timpal Nayoung.  Jungkook tidak menjawab, matanya dipejamkan dan tangan hangatnya membawa telapak tangan Yoongi yang semula di pipi ke samping kepalanya. 

Yoongi memijat kecil disana, "apa dingin Kook?" Jungkook lantas mengangguk.

"bibi panggil dokter ya?" Jungkook menggeleng cepat, menatap bibi seperti mengemis 'tidak' dan Yoongi mengerti itu. 

"Pulang kak, " []























[ Paman - Bibi ] 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Paman - Bibi ] 





[ he he ]

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang