32- Spring day

1.7K 276 24
                                        

"Jungkook jatuh dari tangga, pulanglah. Anak ini nakal sekali. "

Yoongi rasa-rasanya ingin sekali membuang Jungkook ke rawa-rawa saking gemasnya.  Setelah mengendarai mobil gila-gilaan, sampai dirumah malah disambut cengiran polos adiknya. 

Kaki Jungkook diperban, terkilir katanya. Dahinya pun lecet. Tapi anak itu masih tertawa lepas, dan sempat-sempatnya menggoda Pak Lee yang membantu mengurut kakinya. 

"Aku tidak apa kak, hanya tidak hati-hati saja. " Jungkook melemparkan cengiran yang sayang nya manis sekali hingga amarah Yoongi hanya sampai tenggorokan. Niat hati ingin memberikan kultum singkat, malah berakhir tangannya menyentil dahi lebar sang Adik.  "Duh!  Sakit tahu!" Jungkook mengaduh diselingi tawa,  "Rasakan, membuat orang khawatir saja. "

Nayoung mengulum senyum dibelakang, dengan nampan berisikan minyak kayu putih hangat dan perban ditangan.  Lagi-lagi ia mengucap syukur didalam hati, dukanya--duka mereka--berangsur pulih perlahan. Dengan Jungkook yang mencoba ikut mencairkan suasana. Walau didalam sorot mata anak itu masih tersimpan duka yang sama besarnya.

"Sudah lebih baik?" Nayoung mengambil posisi di bagian sofa kosong samping Jungkook, mengusap surai lembut anak itu lalu menerima tanggapan atas pernyataannya dengan anggukan. "Apa yang dokter katakan Yoon?" beralih pada Yoongi yang masih berjongkok dihadapan adiknya.  "Hasilnya akan keluar lusa Bi, diagnosis sementara hanya Vertigo. "

"Baiklah semoga hasilnya baik, "

Yoongi mengangguk kemudian berdiri, mengacak surai Jungkook pelan. "Kamar?  Ayo Kakak gendong?"

Jungkook yang sedikit mengubah rautnya saat mendengar konversasi kecil tadi, kembali melemparkan senyum polosnya. "Piggyback?" tanya Jungkook meraih tangan Kakaknya yang menggantung diudara. Kemudian Yoongi mengangguk dan mengarahkan punggungnya kehadapan Jungkook.

"Aigoo berat sekali kelinci nakal ini. "
Nayoung tersenyum melihat interaksi keduanya, hatinya hangat sekali. 

Mereka sampai di Kamar Jungkook, Yoongi menurunkan adiknya perlahan. Namun tiba-tiba matanya kembali berkunang-kunang dan kepalanya berdenyut, Yoongi limbung,  tapi Jungkook yang duduk dihadapannya dengan sigap meraih tangan sang kakak, hingga Yoongi bisa mengendalikan dirinya lagi. 

"Duduk Kak, " Jungkook menarik tangan kekar kakaknya untuk duduk diranjang. Yoongi memejamkan matanya barang beberapa detik.  "Maaf Kak. " Jungkook merasa menyesal, pasti karena dirinya yang membuat sang Kakak kembali kelelahan.

Yoongi tersenyum, punggung dan pundaknya memang terasa pegal. Tapi Jungkook tak pantas bila menyalahkan dirinya sendiri, sebab pun Yoongi tidak merasa keberatan karena itu adalah kewajibannya. 

"Hei tidak apa, Ayo istirahat. Saat waktu makan malam nanti Kakak bangunkan. "

***




Jam dinding menunjukan pukul delapan, matahari sudah menyorot tajam melalui celah jendela balkon yang hanya terlapis gorden tipis. 
Jungkook mengernyitkan dahinya, menyesuaikan diri dengan cahaya, dan merasakan perih bercampur ngilu di dahi dan pergelangan kakinya. 

Jungkook meraba sisi kasurnya yang kosong, masih terasa hangat. Berarti Yoongi belum lama meninggalkannya.  Lantas ia menajamkan telinganya saat terdengar suara-suara aneh bercampur gemericik air dari kamar mandi. 

Dream SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang