"Paman!"
Jungkook berlari terpogoh-pogoh saat melihat Pamannya tertunduk lemah dengan sarapan yang dikeluarkan paksa dari mulutnya. Bibi ada disana dengan sabar mengurut tengkuk suaminya dengan kerutan didahi, kentara khawatir.
"Paman kenapa?" Jungkook ikut mengusap punggung Paman lembut, sepersekian detik paman mengadahkan wajah dan melempar senyum kecil padanya. "Bibi, " suara Jungkook bergetar, menatap Bibi penuh tanya. Dan Nayoung hanya tersenyum lembut seraya mengisyaratkan jika semuanya baik-baik saja.
Setelah puas mengeluarkan semua isi perutnya, Paman kembali berbaring dengan Jungkook merasakan suhu rendah tangan Paman yang berada dalam genggamannya.
"Paman baik Kookie, " ucap Jonghyun dengan nada menenangkan, ikut membalas erat genggaman Jungkook ditangannya.
Jungkook terdiam. Menatap wajah Paman yang begitu pucat. Tidak ada rona kemerahan dibibirnya, bahkan mata itu tampak sayu dan redup cahayanya.
"Dari mana saja hm?" Jonghyun mengeratkan genggamannya, menyadari Jungkook yang terdiam lama dan anak itu tampak berpikir keras. "Hei Jung, dengar Paman?" setelahnya pria hampir lima puluh itu terbatuk cukup lama, hingga nafasnya terputus-putus.
"Paman?"
"Hm?" Jonghyun mencoba menetralkan suaranya.
"Sebenarnya Paman kenapa?"
***
Yoongi bertemu Yuri siang ini. Di kafe dekat kantor, mereka duduk berhadapan dengan dua cangkir kopi yang mengepul asapnya. Yoongi yang meminta.
"Kemungkinannya kecil untuk Paman sembuh Yoon, sel Kankernya berkembang seperti ledakan bom atom. "
"Maaf aku mengatakan ini padamu, tapi ini faktanya Yoon. Paman terlambat ditangani. "
Yoongi menghela nafas, pandangannya berkabut saat melihat keluar jendela.
Ini bukan musim dingin terakhir Paman 'kan?
Semuanya tiba-tiba untuk Yoongi. Tidak, bahkan untuk semuanya.
Paman sakit. Dan tidak satupun dari mereka menyadarinya.
Ia selalu menganggap semua akan baik, Jungkook pulih dan semuanya berakhir. Tapi nyatanya tidak. Takdir menggariskan hal lain untuk datang padanya.
Ini teramat berat. Untuk semua orang, bukan hanya dia sendiri.
Bibi dan Namjoon pasti memikirkan hal yang sama.
"Apa tidak ada tindakan lain? Misal operasi?"
Yuri menarik nafas panjang penuh sesal, ia menyodorkan amplop besar coklat yang dibawa Yoongi tadi.
"Aku menyesal mengatakan ini Yoon, tapi sel kanker ditubuh paman sudah menyebar dan stadiumnya sudah naik menjadi akhir. Dan prosedur operasi hanya dilakukan untuk pasien Kanker yang berada di stadium awal saja. " ucapnya lembut. Yoongi bungkam menatap deretan kata dikertas itu nanar.
"Sungguh tidak ada jalan lain?" suaranya melirih, Yoongi hampir putus asa. Pandangannya betul-betul memburam diiringi denyutan hebat dikepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/170116235-288-k528348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fiksi Penggemar[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest