Jungkook terbangun dengan tengkuk yang terasa pegal.
Suasana ruangan yang ia kenali sebagai kamar kakaknya masih gelap, penerangannya hanya sebatas lampu redup di samping ranjang. Ia terbangun karena panggilan malam dan posisi tidak nyaman dalam tidurnya.
Masih mencoba mengumpulkan kesadarannya, Jungkook merasakan tangan besar menangkup dahinya. Terdiam sejenak melihat wajah Yoongi yang tampak tenang dalam tidurnya. Kakaknya itu tertidur dalam posisi duduk bersandar di kepala ranjang. Mungkin sama sekali tidak bergeser barang sejemang. Jungkook beranjak, matanya menangkap jarum pendek jam masih bertengger pada angka dua .
"Kak? kakak tidurlah dengan benar. Pinggang kakak pasti sakit. Kak-" Jungkook mengguncang bahu Yoongi pelan, tidak mudah membuat lelaki itu membuka mata. Namun pada akhirnya Yoongi membenarkan posisinya, pinggangnya sudah terasa mati rasa memang. Tapi kesatuan dari mengantuk dan malas Yoongi hanya mengintip sedikit dari celah kelopak matanya yang terbuka untuk kemudian membaringkan tubuhnya dengan benar. "kemana?" suaranya parau, Jungkook menaikkan selimut hingga sebatas pinggang sang Kakak. "Kamar mandi. "
Jungkook kembali dengan rasa lega, dan sedikit membasuh wajahnya. Tapi mungkin itu menjadi pilihan yang bodoh, karena setelahnya rasa kantuk menguap entah kemana. Ia merasa segar, mungkin ditambah lagi tidurnya sudah cukup lama. Jungkook merebahkan tubuhnya, membiarkan ujung jemari kakinya yang basah kedinginan karena tidak dibalut selimut.
Disampingnya Yoongi tertidur menyamping menghadap dirinya, tampak tenang dengan bibir yang sedikit terbuka.
Kamar Yoongi tidak memiliki balkon seperti kamar Miliknya atau Namjoon. Kamar Yoongi tampak ringkas, tanpa ornamen berlebih. Hanya sebuah televisi menghadap ranjang, nakas disamping ranjang, sebuah meja kerja, dan sebuah lemari kaca tempat menyimpan beberapa piala dan medali. Didominasi warna putih dengan aksen hitam dibeberapa sudut. Yoongi memang terlihat malas, namun sebenarnya sang Kakak adalah perencana yang hebat.
Jungkook terdiam, menatap televisi datar yang hanya berisi hitam. Dalam hatinya bimbang, jika ia menghidupkan benda itu besar kemungkinan Yoongi terbangun. Karena saat tidur, kakaknya itu menjadi sensitif cahaya. Tapi jika tidak, ia akan mati kebosanan sampai pagi.
"Kenapa tidak tidur?" Jungkook mengalihkan pandangnya pada sang Kakak, lalu menggeleng. Mata Yoongi sayu kentara mengantuk, dengan kening berkerut dan bibir sedikit mengkerucut. "Aku tidak mengantuk. " Yoongi membenarkan posisinya, benar Pinggangnya sedikit ngilu sekarang. "Nyalakan saja TV-nya" Yoongi sedikit meringis "Tidak apa, Kakak juga sudah tidak mengantuk." pada kenyataannya Yoongi masih merasa nyawanya di awang-awang, dan mata itu masih terasa berat.
"Tidak kak, lagi pula tidak ada acara seru." Jungkook memejam, mencoba mencari rasa kantuknya agar ia bisa memanfaatkan sisa pagi butanya dengan baik dengan tertidur kembali.
Yoongi beranjak menuju anglo pemanas di dekat lampu tidur, setelah sebelumnya membuka laci nakas dan meraih salah satu botol kecil minyak aromaterapi. Dari deretan panjang botol-botol berwarna coklat bening, Yoongi memilih botol paling ujung dengan klaim 'sleep comforting' diluar botolnya.
Sepersekian menit kemudian Jungkook menangkap aroma menenangkan chamomile di rongga hidungnya. Wangi ringan yang selalu ia sukai. Karena aroma ini yang selalu Bunda gunakan dulu saat ia mengeluh sulit tidur atau setelah bermimpi buruk.
"Terima kasih kak. " senyum Jungkook mengembang. Aroma chamomile sangat mujarab untuk membawa kantuknya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Sight
Fanfic[ TrueFanficIndo April'19 reading list ] ------ Jungkook benci jika harus selalu melihat takdir seseorang. Chaptered Brothership YK - - - Story©SasyaW Cast©BTS bighit entertaiment, their parents Cover©CanvaXpinterest